Keputusan yang sulit

311 19 7
                                    

"Dasar gila harta" emosi Sangara yang masih duduk di lantai, saat dia mengingat kembali memori kenangan waktu itu.

"Gara buka" Ucap seseorang dari luar.

Sedangkan Sangara sama sekali tidak menyahuti.

"Gara buka, ini gue Bahar" Seru Bahar yang sedang khawatir dengan kondisi Sangara.

"Kak, aku takut terjadi apa-apa dengan dia." Ujar Alena yang kini sudah panik, sebab sedari tadi dia berusaha untuk menunggu Sangara membuka Pintu kamar, tapi sampai sekarang pintu itu tak kunjung dibuka. Maka dari itu dia mengambil tindakan untuk menghubungi Kakaknya yang memang hari ini sedang berada di Paris.

Ya, Alena adalah adik kandung satu satunya dari Bahar. Alena sudah lama berada di Prancis karena pendidikan S1 di salah satu universitas yang terkenal dengan Negara Menara Eiffel. selama Sangara berada di paris Alena lah yang mengurus lelaki itu.

Clek
Pintu kamar terbuka dan terlihatlah sosok yang sedari tadi membuka kedua kakak beradik itu khawatir dengan keadaan yang berantakan.

Hal yang pertama kali Bahar jumpai saat masuk kedalam kamar nuansa Black itu adalah berantakan, bantal, selimut serta pecahan belik pun berserakan di lantai.

Bahar menoleh ke arah Sangara, "Lo, ada masalah apa?"

Sangara masih tetap diam dengan tatapan kosong dia berdiri menghadap jendela yang memperlihatkan indahnya Kota Paris.

Alena yang memang berada di dekat Sangara mencoba untuk menyentuh Bahu kokoh milik lelaki yang sudah mengisi kekosongan hatinya, tapi naas lelaki itu menepisnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Alena berusaha agar tidak menangis.

Tidak ada jawaban sama sekali dari orang dihadapnya ini, sungguh sakit. Padahal selama ini lelaki itu tidak pernah sekasar ini padanya.

Ada apa dengan mereka berdua selama di Paris? Entahlah hanya mereka yang tau.

Melihat ada hal yang tidak beres dari Sangara membuat Bahar bertindak untuk menyuruh adiknya keluar dari ruangan itu.

"Al, kamu keluar dulu ya, Kakak mau bicara berdua dengan Gara." Ucap Bahar yang menatap Adiknya, ada rasa kasihan melihat Adik semata wayangnya mencintai Orang yang tidak mungkin dia gapai.

"Iya kak,"

Setelah melihat Adiknya sudah benar-benar pergi barulah Bahar membuka topik pertanyaan pada sosok yang sudah dianggapnya sudah seperti saudara itu.

"Kalo ada masalah, cerita sama gue?" Ucap Bahar yang saat ini sudah mensejajarkan posisinya dengan Sangara.

"Laras sakit, dan dia lagi di rawat, di rumah sakit," Ucap Sangara yang sekian lama terdiam, tenggorokannya kering saat menyebut gadis yang dia cintai sedang sekarat dirumah sakit.

"Terus" Ucap Bahar yang penasaran.

"Gue rasa, gue adalah pacar yang gagal!"

"Lo, mau pulang ke Indonesia?" Tanya Bahar dengan tampang datar.

Sangara menoleh kesamping mengarah Bahar, "Gu__e, bingung,"

"Kenapa lagi!"

"Gue ingin ketemu dia. tapi, kalo gue pulang itu artinya gue ingkar janji dengan bokap!"

"Dan, akhirnya lo memilih bertahan dengan penyesalan? Iya?"

Ucapan menohok dari Bahar mampu membuat Sangara terdiam.

"Hidup itu punya pilihan Gar, dan disini memang cukup sulit untuk buat lo milih. Tapi, ini adalah kesempatan lo untuk berpikir mana yang baik dan buruk."

LARAS[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang