Terakhir bertemu

467 41 10
                                    

Laras pikir ini hanya mimpi, ternyata ini nyata. Papa yang begitu dia sayang kini terbujur kaku di hadapannya, dengan berbalut kain kapan baju terakhir untuk papanya.

pulang sekolah tadi Laras  berteriak histeris menyebut papa papa yang di pikirannya hanya papa. Orang yang berada di sekitar Laras tidak berani mengutarakan sedikit pendapat, karena mereka kasihan dengan nasib gadis itu. Bahkan Abangnya saja hanya dapat diam menyaksikan adiknya yang sudah seperti orang gila.

"ABANG BILANG SAMA LARAS, PAPA HANYA TIDUR."Teriaknya.

"Abang bilang...." Ucap Laras yang kedua tangannya memang bahu Daffa, tubuh Daffa bahkan hampir saja terpental kebelakang kalau tidak manda pacarnya yang menahannya. Daffa hanya diam, Bahkan orang sekeliling nya tidak ada yang berani berbicara.

"Kenapa? Kenapa Abang nggak jujur sama Laras! Aku juga anaknya bang."

Benar kata orang kehilangan terbesar dalam hidup anak perempuan itu adalah cinta pertamanya.

"Udah, Kamu tenang dulu, istighfar" Ucap Daffa, dia juga hancur tapi ini sudah takdir. matanya berkaca-kaca menahan untuk tidak menangis. "Abang bukan ga mau kasih tau, Abang mikirin kamu, nanti kamu sakit."

"Hiks....hikss....hikss" dia mendekat ke arah papanya, dia sedikit tersenyum melihat wajah Bagas yang tenang seperti tidak ada beban.

"Papa maafin Laras, Saat papa Sakit Laras nggak tau apa-apa, bahkan untuk menemani saat-saat terakhir pun Laras ga ada di samping papa"

"Laras udah jadi anak hiks...hiks durhaka ya pa"

"Laras kangen papa, Katanya mau bawaain laras boneka besar, katanya mau ajak Laras liburan berempat?" Dia melihat di sekelilingnya satu persatu, Namun!

"Mama mana bang?"

"Ma__m_a" Daffa terbata-bata menyebutkan nama mamanya, dia melirik arah Manda.

Manda pun mengangguk kan kepalanya pertanda setuju.

"Mama masih di rumah sakit"

"Kenapa nggak ikut?"

"Mama sama papa kecelakaan waktu pergi ke Surabaya"

"Ya Tuhan" Ucap Laras yang tertunduk lema

Benar kata orang kehilangan terbesar dalam hidup adalah kehilangan salah satu seorang yang berarti dalam hidup.

Sangara dan kawan-kawan hanya diam memperhatikan Laras, mereka iba melihat gadis itu Bahkan mereka ikut menangis melihatnya.

"Nggak kebayang kalo di posisi Laras itu gue" Ucap Amel.

"Iya, pasti gue udah pingsan duluan" sahut Melisa.

"Kasian Laras" Ujar Arin.

"Bin, Inginku mendekap si manis, gue nggak tega liat dia sedih gitu." Ucap Mamat.

"Gue juga kasian" Ucap Bibin.

"Baru kali ini liat dia sesedih itu" Ucap Carles, sebab dia tahu Laras adalah gadis ceria.

Sangara bisa merasakan sakitnya kehilangan itu seperti apa? Ingin rasanya dia mendekat ke arah gadis itu, untuk sekedar menyemangati atau mendekapnya supaya beban dalam pikiran gadis itu sedikit berkurang.

"Udah ya, Kita harus segera makamkan papa, kamu harus ikhlas ya biar papa istirahat dengan tenang." Ucap Daffa yang memberikan pengertian kepada sang adik.

"Papa...hiks...hiks" dia kembali menangis.

"Untuk para hadirin sekalian, terimakasih sudah datang di kediaman saudara Bagas Baskara. Dan untuk pihak keluarga semoga di berikan hati yang ikhlas supaya beliau tenang di alam sana, untuk semua apabila semasa hidupnya beliau ada salah mohon di maafkan dan apabila beliau mempunyai utang piutang tolong beri tahu pada kami pihak kerabatnya."

LARAS[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang