Chapter 23 : Penantian

1.3K 156 43
                                    

Ada beberapa orang yang datang untuk berziarah hari ini. Draken berdiri didepan sebuah nisan dan meletakkan buket bunga pada nisan tersebut. "Maaf baru menemuimu hari ini, aku harus bolak-balik ke rumah sakit." ucapnya di depan nisan tersebut. "Aku daridulu selalu gagal melindungi orang yang berharga bagiku dan saat ini pun sama. Aku benar-benar lemah bukan?" tambah Draken. Tanpa bisa ia bendung air matanya kembali mengalir. Ia memang lemah, bahkan ia dengan mudah meneteskan air mata padahal sejak masih bocah ia selalu beranggapan orang yang mudah menangis adalah orang yang lemah.


Dari jauh sosok Takemichi dan Hinata hanya bisa menatap Draken yang menangis di makam keluarga Sano. Untuk saat ini mereka membiarkan saja Draken mengeluarkan isi hatinya pada sosok berharga yang telah tiada tersebut.



.


Draken kembali ke rumah sakit setelah pulang dari pemakaman. Ia ke ruangan dimana sosok Mitsuya kini bersandar di kepala tempat tidur ditemani Ran yang mengupas apel untuknya.


"Ah Draken kau datang." Mitsuya tersenyum kecil pada Draken.


"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" tanya Draken.


"Seperti yang kau lihat, aku baik."


Saat pertarungan beberapa minggu lalu Mitsuya terluka cukup parah karena itu ia masih dirawat di rumah sakit. Ran dan Hakkai gantian menjaganya, Taiju dan Yuzuha juga beberapa kali sempat datang menjenguk.


"Draken kau melihat adikku tidak?" tanya Ran karena sedari tadi ia tidak melihat Rindou. Biasanya Sanzu dan Rindou sempat saja berkunjung tapi hari ini mereka tidak kelihatan sama sekali.


"Aku tidak tau Ran."


"Souka."


"Draken, kau harus istirahat yang cukup. Kau tampak kelelahan." Mitsuya menatap Draken dengan tatapan prihatin.


"Aku tak apa Mitsuya."


Mitsuya hendak mengatakan sesuatu namun Ran menggenggam tangan pemuda itu dan menggelengkan kepalanya, mencegah Mitsuya mengatakan apapun itu yang ingin ia katakan pada Draken.


"Aku akan pergi, kalian tidak usah menahan diri sekarang. Silakan bermesraan." Draken tersenyum paksa sebelum meninggalkan ruangan rawat Mitsuya.


"Draken.."


"Semua akan baik-baik saja Mitsuya. Kau tenang saja jangan banyak pikiran."  Ran mengusap rambut Mitsuya lembut.


"Tapi--"


Cup


Mitsuya terbelalak ketika Ran mencium bibirnya dengan tiba-tiba, spontan saja wajah Mitsuya memerah. Mitsuya belum terbiasa dengan hubungan mereka saat ini.


"Ran.."


"Kalau tidak begitu kau tidak akan bisa diam. Pikirkan dirimu dulu baru orang lain Mitsuya. Kau tidak boleh banyak pikiran agar kau bisa cepat pulih."


"Maafkan aku.."


Ran tersenyum. Ia genggam tangan Mitsuya sebelum mencium punggung tangan itu dengan lembut. "Aku tidak marah, aku hanya khawatir. Kau jangan memasang wajah seperti anak kecil yang dimarahi ayahnya karena nakal."


Mitsuya mengangguk dan tersenyum kecil. "Aku tidak menyangka kita akan sampai sejauh ini."


Ran mengerti apa yang dimaksud oleh Mitsuya, tentu saja ini tentang hubungan mereka. Mereka yang awalnya saling bermusuhan bahkan dulu Ran pernah menyerang Mitsuya kini malah tumbuh benih cinta diantara keduanya. Mitsuya juga baru tau Ran adalah tipe pemuda yang gentle dan perhatian pada pasangan.


"Mitsuya terima kasih."


Mitsuya menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Ran yang tiba-tiba mengucapkan terima kasih. "Untuk apa Ran?"


"Karena mau menerimaku setelah apa yang aku lakukan di masa lalu."


Tersenyum kecil, Mitsuya diam saja saat Ran membawa tubuhnya dalam pelukan sulung Haitani tersebut. Aroma dari tubuh Ran membuat Mitsuya memejamkan mata, menikmati aroma tubuh dari sosok yang kini telah resmi menjadi pasangannya.



.



Pemuda berambut hitam pirang itu berjalan sendirian untuk menemui seseorang di penjara. Ia kini duduk dihadapan pria tinggi yang tengah memasang wajah malasnya ketika tau siapa yang datang.


"Setelah membuatku masuk kesini kau malah menemuiku? Apa maumu Kazutora?" tanya sosok yang tak lain adalah Hanma tersebut. Ia pada akhirnya ditangkap karena insiden yang terjadi beberapa minggu lalu.


"Lebih baik aku membuatmu masuk penjara daripada kau mati ditangan seseorang bukan?" ucap Kazutora dengan tenang.


Sebenarnya awal mula Kazutora pada akhirnya ikut campur masalah Hanma karena Chifuyu ingin bertindak sendirian lagi. Ia mengetahui pertarungan Hanma dan Mikey dari Takemichi dan berniat membantu namun Kazutora tidak mengizinkannya karena tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada Chifuyu. Pada akhirnya Kazutora mengalah dan mau membantu asal dengan caranya sendiri dan Chifuyu sama sekali tidak boleh ikut andil dalam hal ini.


Kazutora menghubungi polisi dan ambulance sekaligus. Tidak akan sia-sia ia memanggil ambulance, setidaknya jika dari pihak Mikey tidak ada yang terluka ia bisa memakai ambulance untuk menyelamatkan yang lain, mungkin dari pihak Hanma.


Siapa sangka tindakannya itu akan sangat berguna. Saat itu Mikey dan Mitsuya terluka parah walaupun pada akhirnya kabar tidak baik datang dari Mikey yang menerima tiga luka tembak di tubuhnya. Hanma langsung diamankan saat itu. Ia hampir sekarat dihajar Draken dan sesaat sebelum polisi datang mereka semua langsung membubarkan diri. Tachibana Naoto ikut datang bersama polisi dan langsung mengamankan Hanma yang satu-satunya dalam keadaan sadar di tempat tersebut.



"Cih." decih Hanma pada sosok di depannya saat ini. Ia setengah membenarkan tindakan Kazutora karena jika polisi tidak datang ia mungkin hanya tinggal nama saja sekarang.


"Kau tidak akan pernah mendapatkan Mikey jadi berhentilah mulai sekarang Hanma. Bukankah daridulu kau selalu gagal melakukannya?"


"Itu bukan urusanmu."


Kazutora menghela nafas kasar. Ia pada akhirnya berdiri dan hendak pergi karena ia bicara pun Hanma tidak akan mau mendengarkannya.



"Kazutora.." panggil Hanma saat Kazutora telah berbalik. Kazutora pun terpaksa menghentikan langkahnya karena panggilan dari Hanma.


"Jangan datang kesini lagi."


Kazutora terdiam sesaat sebelum melangkahkan kakinya kembali meninggalkan Hanma. "Baiklah."


.


Dicari oleh saudaranya ternyata Rindou malah berada disini. Draken baru saja akan memasuki ruangan ketika melihat Rindou dan Sanzu berada didepan ruangan tersebut. Kenapa mereka malah berada disana bukannya masuk kedalam? Dan kenapa wajah mereka serius seperti itu seakan tengah menantikan sesuatu?


"Ada apa dengan kalian?" tanya Draken pada dua orang tersebut.


"Draken--"


Ucapan Sanzu terpotong ketika dokter keluar dari ruangan yang hendak dimasuki oleh Draken.



Draken mendengarkan setiap kata yang dilontarkam oleh sang dokter. Air mata mengalir dari kedua bola mata obsidiannya. Ia pun masuk kedalam ruangan setelah dokter pergi. Di ranjang pasien ia bisa melihat sosok yang ia nanti selama lebih dari seminggu ini kini tengah menatap dirinya yang baru saja datang.



"K...ke..n..ch..chin.."





T
B
C

Pendek dan gaje banget dah, jujur ini lanjut tanpa pikir dulu langsung main ketik aja. Maaf kalau rada gk nyambung kata-katanya atau ada yang kurang ya...

Satu chapter lagi end ya😁

Best friend or Boyfriend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang