Hokage keenam-Kakashi saling bersitegang bersama calon hokage dan penasehat-Uzumaki Naruto dan Nara Shikamaru juga sepasang suami-istri Uchiha. Diam, menunggu hasil yang akan disampaikan oleh Sai dan Konohamaru yang ikut membantu karena juga ikut andil dalam pencarian Uchiha Sarada.
Sudah tepat seminggu, Uchiha Sarada-putri sematawayang Sasuke dan Sakura menghilang. Lebih tepatnya, terlempar ke masa lalu.
Tau akan keadaan masa lalu, membuat mereka ketar-ketir tak terkecuali Sasuke. Ayah satu anak ini mencemaskan bila putrinya bertemu dengan Sasuke remaja penuh dendam.
Begitu pula dengan Sakura. Seorang ibu juga akan merasa khawatir pula anak mereka menghilang tanpa jejak.
"Jadi, bagaimana hasilnya, Sai?" Akhirnya, Kakashi membuka suara dengan serius. Masalah ini bukan main-main.
"Dari hasil gulungan pencarian Sasuke di kastil Kaguya. Kami menemukan gulungan yang bisa membawa seseorang ke masa lalu. Tapi, gulungan itu hanya bisa mengirim dua orang saja. Tidak lebih, tidak kurang."
"Aku dan Sasuke bisa menggunakan gulungan itu. Kakashi-sensei dan Shikamaru bisa membantu mengurus desa," ujar Naruto enteng.
"Merepotkan," cetus Shikamaru malas.
"Shikamaru, kita harus profesional. Sarada menghilang dan kita tidak mendapat kabar darinya," sambar Naruto.
"Ya, aku tau." Shikamaru mengalihkan perhatian pada Sai. "Tim penerjemah sudah memastikan gulungan ini tidak berbahaya, bukan?"
"Sama sekali tidak. Kami sudah mengujinya di lab," sahut Konohamaru.
"Kapan kita akan berangkat?" tanya Sasuke.
"Secepatnya, kita perlu mengurus beberapa hal tentang Sarada. Kita harus memalsukan kehadirannya agar warga Konoha tidak gempar dengan kabar ini," utar Naruto menatap mata ayah Sarada.
"Kami sudah menangani soal itu." Sakura ganti angkat bicara. "Kami membuat alibi jika Sarada sedang sakit dan harus dirawat di rumah. Tak lama lagi pasti mereka tidak akan curiga, walau hanya berlaku sebentar." Sempat tertunduk lesu, Sakura kembali tersenyum dengan mata berbinar. "Tapi, jangan khawatir. Aku akan tinggal di desa mengatur semuanya agar keberadaan Sarada tidak diketahui. Lagipula, rumah sakit juga membutuhkanku, bukan?"
Sasuke melirik Sakura. Ia tidak bodoh, Sakura ingin ikut dalam misi penjemputan Sarada. Namun, akan lebih sulit jika Sakura ikut. Sakura akan menjadi emosional dan khawatir dengan keadaan Sarada. Ia takut istrinya kenapa-kenapa. Maka dari itu, biarlah Sakura tinggal di desa.
"Sakura..."
Si empu menengok, "Nee, Sasuke-kun?"
"Aku akan membawanya pulang."
-
"Paman, apa masih lama?" Sarada mengaduk-aduk air danau dengan mimik muka cemberut.
Kira-kira, sudah sekitar satu jam, Sarada menunggu semua selesai. Paman dan Papa tidak segera selesai mengobrol, membuatnya menunggu lama, pikir Sarada.
"Sebentar lagi," singkat Itachi alias bunshin. Itachi asli tengah bertarung hebat dengan Sasuke dalam keadaan sekarat.
"Beberapa menit lalu, Paman bilang begitu," protes Sarada. Pipi gembul itu semakin mengembang kian memerah saking sebal dengan sang paman.
Kembali memainkan air danau, tak mempedulikan kehadiran bunshin Itachi. Bertanya pun, bunshin itu pasti akan menjawab singkat, jelas, dan padat.
"Salad, jangan terus bermain air," tegur Itachi menyadari dress semerah tomat itu basah kuyup di bagian depan.
Tidak mendengarkan, anak itu terus bermain air hingga terciprat ke pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARADA Goes To THE PAST
FanfictionCanon Version. [On Going] - Diolok-olok dengan dalih tidak memiliki ayah serta kacamata yang Sarada gunakan dikatakan dapat mempermalukan klan Uchiha. Sarada kecil hanya dapat menangis sendirian di bawah pohon sendirian. Benar apa yang dikatakan tem...