13 - Uncle or Aunty

6.1K 594 44
                                    

Orochimaru tiba, akhirnya bisa menyapa Tim Taka, beserta kedua bocah yang menumpang di markas.

"Ah, jadi ini anak yang bernama Uzumaki Boruto dan Sarada-chan, nee?" Orochimaru berjongkok melihat keduanya lamat-lamat. "Mirip sekali dengan jinchuriki Kyuubi dan Sasuke-kun. Aku tidak pernah melihat mirip dengan seseorang dari genetika, tapi tidak memiliki hubungan apapun."

"Dia satu klan dengan Naruto, mungkin itu yang membuatnya mirip," ucap Sasuke seadanya.

Tidak mungkin apabila mengatakan bahwa Boruto dan Sarada merupakan anak yang berasal dari masa depan. Was-was bila Orochimaru berniat menjadikan mereka objek percobaan manusia.

"Bibi ini siapa?" tanya Sarada dengan polosnya.

"Bibi? Jelas-jelas dia pria, Sarada. Kau ini bagaimana?" sanggah Boruto.

Pertengkaran kembali terulang.

"Dia itu wanita, rambutnya panjang, wajahnya juga cantik."

"Rambut panjang tidak selalu harus wanita, bisa juga pria. Suaranya saja seperti pria tulen."

Padahal tadi pagi baru saja berbaikan dengan dalih teman tidak boleh bertengkar.

Bibir Sarada kembali mengerucut kesal. Kepalanya mendongak berusaha melihat Orochimaru yang lebih tinggi darinya.

"Nee, nee, kau pasti wanita 'kan, bukan seorang pria?" tanya Sarada memelas.

Dilihat-lihat mereka berdua seperti dikelilingi oleh para raksasa titan. Akibat pertumbuhan yang masih kanak-kanak menyebabkan tinggi badan berpengaruh pendek.

"Itu adalah pertanyaan yang menggelikan." Orochimaru tersenyum segaris lurus kala melihat Boruto dan Sarada kebingungan. "Kadang kala aku adalah seorang wanita dan kadang kala aku adalah seorang pria. Juga terkadang menjadi jenis yang tidak ada di dalam dunia ini."

"Dia bicara apa?" tanya Sarada.

"Entahlah, dia berbicara seperti anak-anak, tidak jelas," timpal Boruto diangguki Sarada.

"Mereka tidak akan mengerti, Orochimaru," ketus Sasuke.

Mereka masih anak kecil, otak mereka tentu tidak bisa mencerna hal sesulit ini. Seharusnya Orochimaru mengerti sebagai seorang ilmuwan gila.

Orochimaru masih tersenyum dengan siratan miris.

"Ya, seharusnya aku tidak terlalu bicara banyak, " kata Orochimaru, "nee, apa yang akan Sasuke-kun lakukan setelah ini?"

Sasuke bergeming.

"Kalian, sudah waktunya tidur siang," tegur Sasuke.

Kedua anak itu merengut.

"Juugo, bawa mereka ke kamarku," suruh Sasuke.

Juugo langsung menggiring Boruto dan Sarada keluar ruangan.

"Kudengar Kabuto mulai membangkitkan beberapa anggota Akatsuki—hanya yang penting saja. Tapi, aku yakin dia juga membangkitkan Itachi-kun," kata Orochimaru.

"Kami akan pergi," pamit Suigetsu paham gestur tubuh Sasuke.

"Anak-anak itu biarkan di sini bersamaku. Selagi mereka tidak mencampuri laboratorium, mereka akan baik-baik saja."

Sasuke memincingkan matanya—ragu ingin menitipkan Sarada.

"Sasuke-kun, sepertinya sangat dekat dengan anak gadis itu, seperti ada benang merah diantara kalian, nee." Orochimaru tersenyum melihat reaksi Sasuke.

"Kau terlalu banyak bicara." Karin menatap jengah Orochimaru. "Biarkan kami pergi, kau memakan waktu."

"Jaa, waktunya kembali ke laboratorium."

-

"Dia mengaku bernama Uzumaki Himawari, putri dari Nee-sama bersama Uzumaki Naruto. Bahkan dia mengaku memiliki seorang kakak, bernama Uzumaki Boruto."

Hanabi melanjutkan, "Maka dari itu Neji nii-san menyuruhku memanggil kalian berdua kemari."

"Aku tidak pernah punya anak, -ttebayo!" sanggah Naruto menggelengkan kepala keras.

Sedangkan, wajah Hinata sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Aku mungkin ada sedikit informasi soal ini," sahut Sakura datang bersama Kakashi dan Kapten Yamato.

Pandangan Neji menajam.

"Boruto, aku pernah melihatnya sebelumnya ketika aku dan yang lain bertemu dengan Sasuke-kun. Dia sangat mirip dengan Naruto dan mengakui jika dia adalah ayah—yang payah."

Naruto menatap Sakura tak percaya.

"Sakura-chan—!"

"Ada satu anak lagi—Uchiha Sarada—mengaku sebagai anakku dan Sasuke-kun. Saat ini mereka berdua ada di tangan Tim Taka."

"Souka." Neji menatap Kakashi dan Kapten Yamato. "Mungkinkah mereka..."

"Ya, mungkin saja," sahut Kapten Yamato yakin. "Apalagi dengan persentase kemungkinan yang besar."

"Dan, ya, anak seusia mereka tidak mungkin berbohong soal jati diri," timpal Kakashi.

"Sebenarnya, apa yang kalian bicarakan, dattebayo? Aku sama sekali tidak mengerti." Naruto bertanya seraya menggaruk kepala dengan wajah tanpa dosa.

BLETAK!!

"PERHATIKAN ORANG SAAT BERBICARA, BAKA-NARUTO!" teriak Sakura garang.

"Ittai, Sakura-chan!"

"Pertama-tama kita akan melaporkan hal ini pada Godaime. Setelah itu kita akan menunggu arahan," ucap Kakashi mengarahkan.

"Jika memang mereka berasal dari sana, bukankah ini sedikit gegabah? Dengan banyaknya orang yang tahu keberadaan mereka, orang yang akan menjemput mereka pasti akan kesulitan." Sakura menarik napas sebentar dan melanjutkan, "Pasti akan ada yang menjemput, mereka masih kecil. Jika semakin banyak orang tahu, maka masa depan akan berubah."

Masalah ini menjadi serius.

-

"Nee, nee, apa Bibi tahu di mana Papa akan pergi?" tanya Sarada ketika sampai di ruang laboratorium Orochimaru bersama Boruto.

"Sudah kubilang dia itu pria, dasar keras kepala," sungut Boruto kesal tetapi tidak diindahkan oleh Sarada.

"Kenapa Sarada-chan tidak tanyakan itu kepada Papa tadi?" Orochimaru melempar pertanyaan. "Lagipula, bukankah kalian berjanji tidak akan datang ke tempat ini dan tetap berada di kamar Sasuke-kun hingga mereka kembali."

"Itu sangat membosankan," balas Sarada memanjangkan kalimat. "Di kamar Papa tidak ada mainan, hanya ada foto Mama. Sarada tidak bisa main dengan foto Mama, nanti rusak dan Papa akan sedih."

"Sasuke-kun menyimpan foto istrinya?" tanya Orochimaru.

Sarada mengangguk polos, mengundang rasa penasaran Orochimaru.

Rasanya tidak pernah ia mendengar seorang Uchiha Sasuke jatuh cinta. Bersama Karin bertahun-tahun saja tidak cukup—bahkan membuat Sasuke risih ketika Karin mendekat.

Sungguh keajaiban.

"Paman, apa kami boleh keluar? Kami sangat bosan," pinta Boruto jengah terus berada di markas.

"Bermainlah sepuas kalian." Orochimaru memberikan izin. Kedua anak itu sontak bersorak riang. "Jangan, sampai kalian keluar dari daerah Otogakure."

"Baik!" seru keduanya.

Orochimaru tersenyum tipis menunggu mereka berdua berlari keluar. Senyum licik terbentuk—mengenai kedua anak itu.

Mantan sannin legendaris ini tentu tidak bodoh apa yang ingin disembunyikan oleh Sasuke darinya.

"Uchiha Sarada, ya."

SARADA Goes To THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang