"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Sasuke tanpa menatap Itachi, "bukankah aku sudah menghabisimu sebelumnya?"
"Kabuto, dia menggunakan jurus edo-tensei pada beberapa anggota Akatsuki, termasuk aku. Jelas, untuk tujuan yang tidak baik. Maka dari itu aku akan menghentikannya," balas Itachi sembari menatap dua kepala yang menyembul malu-malu di badan pohon, "kurasa hal itu harus kutunda. Aku butuh bantuan anggota yang lain untuk memulangkan mereka ke dimensi asal. Jika mereka terus berada di sini terus, masa depan akan berubah total."
Sasuke bergeming. Mengikuti arah pandang Itachi. Sarada dan Boruto tengah beradu mulut diam-diam supaya tidak ketahuan oleh Itachi maupun Sasuke. Mereka berniat menguping.
"Diam dulu, jangan banyak menggerutu. Nanti aku tidak bisa mendengar apapun," sahut Sarada kesal melihat ke belakangnya, Boruto ada di sana dengan tampang sebal.
"Kau juga diam, dasar cerewet!" ketus Boruto.
"Kau yang cerewet, Bolt!" sanggah Sarada.
"Tidak, kau!"
"Diamlah!"
"Kau yang diam!"
"Sarada, Boruto..." panggil Itachi menusuk, "keluarlah, aku tahu kalian ada di balik pohon."
Sarada berlari keluar dari persembunyiaannya diikuti oleh Boruto. Anak gadis itu langsung memeluk Itachi dengan erat, rengekannya pun ikut terdengar.
"Jangan marah, ya. Sarada hanya ingin mendengar saja, bukan menguping, kok," akuh Sarada.
"Apa saja yang Salad dengar tadi?" tanya Itachi sembari berjongkok menyamai tinggi Sarada.
"Sarada tidak—"
"Dia sudah mendengar semuanya," ketus Boruto sembari bersidekap dada.
Sarada menatap nyalang Boruto.
Boruto ikut menatap nyalang. "Apa? Kita sejak tadi menguping mereka. Kau pasti sudah mendengar semuanya."
Sarada memilin kedua jemari telunjuknya sembari menunduk malu-malu. Perlahan dia mengangkat kepalanya dan menatap manik yang sama milik Itachi.
"Iya, Paman. Sarada sudah mendengar semuanya." Sarada akhirnya mengakui. Pada detik berikutnya wajahnya berubah cemas hingga mengacungkan jemari kelingking. "Sarada janji tidak akan membocorkannya kepada siapapun."
"Termasuk kepada Papa?" tanya Sasuke jahil.
Dahi Sarada mengerut, diikuti kekehan kecil dari kakak-beradik tersebut.
"Kudengar kalian akan memulangkan kami. Apa kalian akan membawa kami kembali ke Konoha?" tanya Boruto ketika ingat ucapan Itachi tadi.
"Ya. Anggaplah begitu."
"Yosh! Kalau begitu aku akan segera bertemu dengan Hima, dattebasa!"
"Sarada juga akan bertemu Mama!" timpal Sarada ikut memekik girang.
"Kemungkinan Dobe masih berada di sana," simpul Sasuke.
"Kita akan ke sana sekarang." Itachi beralih menggendong Sarada dengan mudahnya. "Mari kita berangkat."
Sasuke terpaksa menggendong Boruto dengan berat hati sebab Boruto merupakan putra sulung dari rekan rivalnya. Tampang, bentuk dan isinya sama seperti Naruto.
-
"Apa sebenarnya tujuan Kabuto membangkitkan kalian?" tanya Sasuke. Tidak Orochimaru, tidak bawahan setianya, Kabuto—tidak waras.
"Dia bekerja sama dengan Madara. Kurasa karena Madara tidak bisa melakukan itu sendirian, maka dia meminta bantuan Kabuto. Tapi aku masih belum mengetahui tujuan aslinya." Itachi menepuk-nepuk punggung Sarada. Gadis itu hampir terlelap. "Target kita fokus kepada Kabuto. Jangan terlalu hiraukan yang lain. Dia kunci dari masalah ini."
"Hn."
"Aku merasakan keberadaan Kabuto tak jauh dari sini." Itachi melihat ke depan, memperkirakan jarak Kabuto singgah. "Di depan sana sepertinya ada sebuah gua—Kabuto ada di sana."
"Kenapa kita mencari orang yang bernama Kabuto itu, -ttebasa?" tanya Boruto tak menahu. Bahkan tidak tahu pula jika Itachi ini adalah bentuk edo-tensei.
"Kabuto itu kenalan Paman, ya?" Sarada ikut bertanya.
"Hn."
Saran bertanya lagi, "Paman ada urusan apa dengannya?"
"Melepas rindu," sahut Itachi.
"Teman lama, ya. Kalian pasti sudah lama tidak bertemu," celetuk Sarada ketika puas mendapatkan hasil dari rasa penasarannya.
"Jika kita ingin bertemu dengan Kabuto, dimana kita akan menyembunyikan mereka?" Sasuke akhirnya buka suara. "Akan bahaya apabila tidak ada yang menjaga."
"Sasori dan Deidara menunggu di tempat yang tak jauh dari sini," beritahu Itachi, "Sarada dan Boruto akan aman bersama mereka."
"Paman akan meninggalkanku lagi?" tanya Sarada menyimpulkan apa yang ia dengar. Intinya, dia dan Boruto tidak akan diajak bertemu kawan lama Itachi.
"Setelah selesai Paman akan menjemputmu," balas Itachi menangkan Sarada yang gundah.
Itachi berhenti.
Sarada turun dari gendongan Itachi begitu pula dengan Boruto. Mereka bisa melihat dua anggota Akatsuki lainnya—Sasori dan Deidara. Dua anggota yang terkenal akan kecintaannya kepada seni.
"Yo, Anak Pungut," sapa Sasori tanpa beban.
Sarada melirik tajam.
"Jadi, kalian menyuruh kami menjaga dua bocah ini?" Deidara meneliti wujud kedua anak itu.
"Hanya sementara. Setelah kami bertemu Kabuto, kami akan menjemput mereka kembali." Itachi dan Sasuke bersamaan menghilang menuju ke tempat persinggahan Kabuto yang tak jauh dari sana.
"Siapa mereka, -ttebasa?" tanya Boruto sembari berbisik.
"Temannya Paman," sahut Sarada polos.
Boruto mengernyit kesal. "Maksudku namanya!"
"Sasori-danna dan Deidara-senpai." Sarada menangkap raut wajah kebingungan Boruto. "Itu nama yang biasa dipanggil oleh pria bertopeng konyol itu."
Itachi mendekat dan menyamakan tingginya setinggi Sarada. Tangannya mengelus kepala Sarada dengan lembut.
"Sarada di sini dulu, ya."
Sarada merengut, "Sarada tidak boleh ikut dengan Paman?"
"Bukannya begitu." Itachi melirik Sasori dan Deidara. "Siapa yang akan menemani Paman Sasori dan Paman Deidara?"
"Papa juga ikut?" tanya Sarada. Dia tidak ingin Paman-nya pergi sendirian.
"Tentu."
"Baiklah, Sarada akan tetap di sini bersama Bolt," putus Sarada.
Itachi tersenyum tipis, keponakannya penurut.
"Papa, hati-hati!" seru Sarada sembari berlari menghampiri Sasuke yang tak jauh di belakang Itachi.
Sepertinya Sasuke tsundere.
"Hn." Sasuke menunduk, mengetuk dahi Sarada seperti yang dulu dilakukan oleh kakaknya. "Hati-hati."
Sarada tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARADA Goes To THE PAST
FanfictionCanon Version. [On Going] - Diolok-olok dengan dalih tidak memiliki ayah serta kacamata yang Sarada gunakan dikatakan dapat mempermalukan klan Uchiha. Sarada kecil hanya dapat menangis sendirian di bawah pohon sendirian. Benar apa yang dikatakan tem...