"Sudah lelah, hm?" Deidara berkacak pinggang ke arah mereka—Sarada dan Boruto—yang tengah berbaring di tengah-tengah rumput ilalang.
Sarada bangun dan berada dalam posisi duduk. Kemudian, mengangguk lesu.
"Iya, Sarada lelah."
Sial, sangat gemas. Deidara menggigit bibirnya menahan gemas.
"Papa dan Paman lama sekali, ya." Sarada beranjak berdiri, menendang batu kerikil kecil yang ada di hadapan.
Sarada bosan.
Tidak ada teman bicara. Boruto bahkan sudah menutup mata—terlelap. Bahkan ketika Sarada menggangu Boruto dengan ilalang, anak itu tidak terganggu sama sekali.
Boruto sangat lelah.
Mereka bermain hampir setengah hari sembari menunggu kakak-beradik Uchiha itu kembali dari pertemuan rindu dengan kawan lama. Banyak hal yang sudah mereka mainkan seperti, petak umpat, kejar-kejar, dan lain sebagainya. Sekarang mereka sudah sangat lelah.
"Tidurlah jika lelah. Ketika kau bangun, mereka mungkin sudah datang," ucap Sasori ikut mendekat. Sedari tadi ia hanya memandang mereka. Terselip rasa gemas kepada Sarada.
Sasori tidak mungkin mengakui, apalagi setelah melabeli Sarada dengan nama 'anak pungut'. Dia tidak ingin jilat ludah sendiri.
Yakin, tidak akan jilat ludah sendiri?
Baik, Sasori jilat ludah sendiri.
Sarada menggeleng, sifat keras kepalanya kumat. "Tidak mau. Tidak mau. Sarada ingin menunggu sampai mereka datang."
"Nanti kau lelah. Jangan sok kuat," cibir Deidara.
"Sarada kuat!" Sarada menegaskan dengan kedua pipi yang menggelembung bulat.
Kruyukk~
"HAHAHA! Ini yang dinamakan kuat, bocah?" Tawa Deidara meledak.
Wajah Sarada memerah malu. Perutnya baru saja berbunyi seakan protes ingin diisi makanan. Padahal ia baru saja menyombongkan diri tapi malah seperti ini.
"Deidara," tegur Sasori sembari mengambil satu onigiri dari balik jubahnya, "makanlah."
Lihatlah, sekarang Sasori sudah menjilat ludahnya sendiri.
"Hanya satu?" tanya Sarada usai menerima onigiri tersebut.
"Satu cukup untuk anak sekecil dirimu," sahut Deidara.
Sarada merengut sembari mengunyah onigiri. "Kalau Paman di sini pasti akan memberiku banyak onigiri."
"Makan saja dan jangan mengeluh, bocah," tegur Deidara.
Hate-love relationship. Itulah kondisi mereka.
Sasori dan Deidara saling memandang satu sama lain. Pikiran mereka sama. Sebentar lagi mereka akan pergi lagi apabila Itachi dan Sasuke berhasil menhentikan Kabuto. Jika sekaligus menghabisi Kabuto, itu malah bagus.
Siluman ular itu memang suka mencari masalah. Membuat hidup orang tidak tenang.
"Sasori-danna," panggil Deidara.
"Apa?"
"Setelah kita menghilang, mereka akan aman 'kan?"
"Aku juga tidak yakin," sahut Sasori seraya memikirkan juga bagaimana nasib kedua bocah pungut ini. "Jika bersama dua Uchiha itu, aku yakin mereka aman."
"Cih, Uchiha!" ketus Deidara yang memang membenci Uchiha karena mata khas klan tersebut.
Tidak tau kah kau Deidara, rekan konyolmu itu juga merupakan keturunan Uchiha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SARADA Goes To THE PAST
FanfictionCanon Version. [On Going] - Diolok-olok dengan dalih tidak memiliki ayah serta kacamata yang Sarada gunakan dikatakan dapat mempermalukan klan Uchiha. Sarada kecil hanya dapat menangis sendirian di bawah pohon sendirian. Benar apa yang dikatakan tem...