Chapter 8 - Worries (21+)

5.5K 134 10
                                    



Dengan sigap, Gavin berlari lalu menceburkan diri ke kolam setelah mendorong tubuh Aryan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan sigap, Gavin berlari lalu menceburkan diri ke kolam setelah mendorong tubuh Aryan. Hampir saja Aryan ikut tercebur ke kolam dengan kedalaman 1,35 meter itu.

Gavin langsung menangkap tubuh Zayn yang berusaha untuk menggerakkan kedua kaki dan tangan. Bocah itu bisa berenang, meskipun belum begitu mahir. Sementara itu Vanilla berdiri di pinggir kolam sembari memastikan sang putra baik-baik saja.

Raut wajah cemas tercetak jelas di wajah Vanilla. Jantungnya hampir terlepas dari peraduan. Ia tidak sempat melihat apa yang membuat Zayn terjatuh ke kolam karena berada di tengah ketegangan antara Aryan dan Gavin.

"Zayn!" Vanilla buru-buru berlari dan menggendong Zayn setelah Gavin keluar dari kolam. "Astaga, Nak! Are you okay?"

Zayn mengalungkan kedua lengannya di leher Vanilla sambil menganggukkan kepala sebagai jawaban. Beberapa tamu undangan ikut menghela napas lega setelah memastikan Zayn dalam keadaan baik. Ia hanya sedikit terkejut karena tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya.

"Ganti baju dulu aja," ucap Gavin sambil mengusap puncak kepala Zayn.

"Iya aku masuk dulu. Aku siapin baju kering buat kamu. Cepat ganti baju juga," ujar Vanilla setelah memindai tubuh Gavin yang basah kuyup.

Kedua manik mata Aryan merekam adegan romantis calon pengantin baru itu, sambil mendengus. Lalu bocah dengan rambut blonde yang bersembunyi di belakang tubuh sang ibu menarik atensi Aryan. Bocah yang baru saja menangis karena Zayn itu tampak ketakutan. Aryan seperti bisa menebak kesalahan apa yang sudah diperbuat olehnya.

Melihat ke sekeliling, lalu wanita dengan rambut yang diikat ekor kuda meraih tangan sang putri untuk keluar dari rumah Vanilla.

Tanpa pikir panjang, Aryan berjalan membuntuti langkah mereka.

"Permisi." Suara Aryan sontak membuat langkah keduanya terhenti.

"Mama," gumam bocah tersebut sambil menarik ujung blouse sang ibu.

"Maaf, ini cuma kesalahpahaman saja," ucapnya berusaha melindungi sang putri.

Aryan menarik salah satu sudut bibir dan menoleh pada bocah yang menatapnya dengan ekspresi ketakutan.

"Siapa namamu?" tanya Aryan sambil duduk jongkok untuk menyamakan tinggi mereka.

"Claire," jawabnya dengan nada bergetar.

"Oh Claire. Sangat menyebalkan ya dibuat menangis sama Zayn. Om tahu itu," ucap Aryan. "Tapi, mendorongnya ke kolam itu sangat berbahaya."

"Tapi Zayn sangat menyebalkan! Dia itu jahat! Aku cuma mau jadi temannya!" seru Claire menahan tangis. Bibirnya sudah mengerucut dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Ta-tapi dia bilang tidak menyukaiku karena suka menangis."

How To Deal With  Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang