Chapter 13 - Ayah Zayn

1.7K 119 5
                                    


Aryan merendahkan tubuhnya di balik kemudi seraya menggulirkan jemari pada layar iPad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aryan merendahkan tubuhnya di balik kemudi seraya menggulirkan jemari pada layar iPad. Ia membuka undangan dari Chakko hotel Singapura yang akan meresmikan taman bermain dalam area hotel. Salah satu sudut bibir Aryan terangkat ke atas, sebab sudah lama menunggu hari itu datang. Setelah dua tahun proses pembangunan, taman bermain buah pikirannya itu bisa dibuka.

Mematikan layar iPad lalu Aryan mengamati dengan seksama obyek yang sedari tadi menjadi incarannya itu. Hari ini Aryan memilih untuk melakukan zoom meeting di dalam mobil sambil mengamati Vanilla. Sesekali ia membenarkan kacamata hitam yang bertengger di tulang hidung sambil menyembunyikan wajah jika Vanilla merasa dirinya sedang diamati. Aneh! Bagaimana bisa Aryan Aditama menjadi stalker?

Well, keinginan tersebut muncul begitu saja di benak Aryan setelah mengunjungi The Heights dan memastikan pembangunan kafe di sana berjalan dengan baik.

"Aku hanya penasaran saja. Aryan Aditama kalau sudah penasaran bisa melakukan apapun!" omel Aryan kepada diri sendiri ketika pikiran aneh mengenai hati meracau di benak.

Ia kembali melihat Vanilla yang sedari tadi berhenti ke beberapa hotel untuk menurunkan beberapa kardus dengan gambar makrame yang tercetak di kedua sisi. Beberapa kali wanita itu menyeka keringat yang membasahi kening dengan punggung tangan.

Waktu Aryan sejenak berhenti ketika sepasang iris gelapnya mengamati Vanilla yang sedang meraup semua helai rambut dan mengangkatnya ke atas. Rambut hitam panjang yang semula terurai itu diikat lalu digelung, hingga menampilkan wajah mungil nan memesona.

Dering ponsel yang menampilkan nama Tino mengganggu waktu Aryan untuk menikmati pemandangan indah dari Vanilla.

"Ish, kenapa lagi orang ini." Aryan mendesis kesal lalu menggulirkan jemari ke ikon hijau untuk menerima panggilan. "Katakan!"

["Tuan muda, apa belum ada perintah untuk saya?"]

Aryan mengernyitkan kening. Ia lupa jika sedari tadi meminta Tino untuk bersiaga jika butuh bantuan untuk tebar pesona pada Vanilla. Namun, ia belum mendapatkan ide yang cemerlang.

"Aku belum ada ide. Apa kamu memiliki ide yang bagus?"

Suara Tino tidak lantas terdengar dari balik ponsel. Tetapi senyuman lebar dengan warna yang kontras dengan kulit di depan kaca mobil depan membuat Aryan terkesiap.

"Sialan!" umpat Aryan saat menyadari pribadi itu adalah Tino.

Ia buru-buru membuka kuncian pada mobil dan menyuruhnya masuk.

"Kamu mengagetkanku saja! Bagaimana kamu bisa datang secepat ini?" tanya Aryan heran. Pria itu baru saja berbicara dengannya di telepon, tetapi dalam hitungan detik bisa muncul tanpa aba-aba.

Tino meringis dengan deretan gigi putihnya yang cemerlang. Ia baru saja menghabiskan setengah bonus dari Aryan untuk veneer gigi.

"Saya dari tadi ngikutin Tuan Muda." Bekerja dalam keluarga Aditama selama bertahun-tahun menjadikan Tino terbiasa siaga saat sang Tuan sudah memberikan isyarat saat butuh.

How To Deal With  Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang