Kaki Aryan mengayun terburu-buru sambil menjepit ponsel antara pipi dan pundak. Sementara tangan yang lain sedang melepaskan kancing lengan dan melipatnya hingga ke bagian siku. Ia baru saja selesai test food chef baru di The Heights hotel. Sebelum hotel itu menjadi milik Aditama grup, kerap sekali mendapatkan nilai rendah terkait kualitas makanannya. Sehingga Aryan harus ikut memastikan demi reputasi hotel dari Aditama grup.
"Makan siang? Sekarang?" tanya Aryan pada Narendra yang berada di seberang telepon. "Ah, aku tidak bisa, sudah ada acara."
["Kita sudah membicarakannya di grup kemarin. Kamu nggak baca?"]
"Nggak. Aku tidak bisa sekarang, sampaikan pada yang lainnya. Oke." Panggilan mereka terputus, Aryan yang melakukan.
Segera ia melajukan mercedes jeep-nya untuk menjemput Zayn. Sesekali Aryan melirik waktu pada arloji yang melilit pergelangan tangan, sebab tidak ingin terlambat menjemput sang putra.
Mobil gagah Aryan membelah lalu lintas jalanan Badung yang cukup padat. Suara klakson yang kencang terkadang dibunyikan agar membuat kendaraan di depannya memberikan jalan.
"Kasih jalan dong! Nggak tahu lagi mau jemput anak apa!" umpat Aryan ketika ada satu motor bebek berjalan dengan kecepatan pelan dan berada tepat di tengah jalan.
Sebelum turun dari mobilnya, Aryan sedikit merapikan helaian rambut sambil bercermin di kaca mobil. Lalu merapikan kemeja longgarnya yang berwarna putih. Dengan ringan Aryan mengayunkan kaki turun dari mobil dan melenggang masuk ke gedung Rainbow school.
Leher Aryan memanjang sembari mencari pribadi sang putra yang terlihat menonjol dibandingkan teman-temannya. Well, memiliki rambut hitam dengan kulit putih, dan rupa yang tampan.
"Om Aryan!" Zayn melambaikan tangan saat sedang asyik bermain jungkat-jungkit dengan William.
Tangan Aryan ikut melambai lalu setengah berlari untuk menghampiri Zayn. Bocah itu memamerkan deretan gigi yang rapi dan meminta William untuk menurunkan berat badan agar dirinya bisa sampai di bawah.
"William, ringankan tubuhmu sedikit," teriak Zayn.
Aryan terkekeh, lantas mengangkat tubuh Zayn untuk turun dari jungkat-jungkit itu. "Biar, Om bantu."
"Thank you," ujar Zayn sambil meringis.
"Will, ini Om Aryan." Zayn meraih tangan Aryan dan ditarik untuk bersalaman dengan William. Bocah itu tengah memperkenalkan Aryan dengan salah satu sahabatnya.
"Halo, aku Will," ucap William tersenyum lebar disertai binar dari kedua irisnya yang berwarna hazel.
Merendahkan tubuh agar menyamai tinggi kedua bocah itu. Aryan menyambut salaman tangan kecil William. "Halo, William."
Sesekali William melemparkan tatapan pada Zayn sambil berceletuk dengan nada teramat lirih, "your Daddy?"
Dahi Aryan berkerut sebab tingkah balita yang terkadang di luar nalarnya. Untuk apa bocah itu berbisik, sementara Aryan berada tepat di hadapannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Deal With Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)
Storie d'amoreADULT ROMANCE (21+) ADITAMA SERIES - ARYAN ADITAMA- Aryan adalah CEO berjiwa bebas dan tidak menyukai komitmen. Ia kembali dipertemukan dengan Vanilla, wanita yang sempat dijadikan bahan taruhan bersama saudaranya. Empat tahun yang lalu Vanilla men...