Chapter 29 - Hamil tanpa suami

1.5K 101 6
                                    


Kaki Vanilla menghentak di tempat seraya meremas handle paper bag di tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki Vanilla menghentak di tempat seraya meremas handle paper bag di tangan. Padahal ia hanya menemui Mama Gavin, tetapi rasa gugup langsung menyerang. Well, sejak dulu memang hubungan Vanilla dan Suci tidak begitu baik.

Sesekali Vanilla melirik waktu pada arloji dengan strap tali makrame di pergelangan tangan. Sudah hampir 45 menit Suci membiarkan Vanilla menunggu di ruang tamu. Suara gelak tawa terdengar dari dalam rumah. Sepertinya Suci sedang aku bercengkrama dengan seseorang. Entah siapa, Vanilla tidak bisa menerka.

"Eh, Vanilla. Udah lama nunggu?" Suci berjalan mendekat sambil melepaskan apron yang dipenuhi serpihan tepung di beberapa bagian. Lalu duduk di sofa berhadapan dengan Vanilla.

"Baru aja, Tante," jawab Vanilla berdusta. Bokongnya sudah cukup panas untuk menunggu Suci. Pun segelas minuman tidak dihidangkan untuk membasahi kerongkongan Vanilla yang mengering.

"Ada apa?" Suci bertanya tanpa basa-basi. Terlihat jika ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk Vanilla.

Menyodorkan paper bag warna putih dengan huruf tegak bersambung nama merek busana ternama untuk Suci. Vanilla mengulas senyuman tipis kepada sang calon mertua.

"Ini contoh model dan warna baju seragam untuk resepsi nanti, Tante," ucap Vanilla.

Mata Suci melirik paper bag tersebut dan Vanilla secara bergantian. Ia melemparkan punggung ke sandaran kursi sambil bersedekap.

"Pilih saja sesuai selera kamu, Van. 'Kan Tante udah bilang, nggak perlu tanya. Ini pernikahan kalian, bukan Tante," tutur Suci dengan nada bicara ketus.

"Saya tahu, Tante. Tapi ini yang pakai Tante sama keluarga besar, saya perlu meminta pendapat." Suara halus Vanilla mengalun dan semakin membuat Suci berdecak kesal.

"Merepotkan saja." Suci meraih paper bag tersebut sambil mendesah. Lantas ia membukanya pelan.

Seorang wanita dengan rambut hitam sepinggang yang dikuncir separuh, datang mendekat dengan nampan di tangan. Dua gelas jus jeruk dan beberapa iris kue dihidangkan untuk Vanilla.

"Silahkan minumannya," ujar wanita itu dengan suara lembut.

"Loh, Rima kok kamu repot-repot sih. Biar Mbok Nah aja yang bikin. Kamu itu tamunya Mama loh." Perhatian Suci teralih pada Rima yang sedang menyajikan cangkir di atas meja.

Rima menarik kedua sudut bibirnya lebar. Tampak mereka berdua sangat akrab. Bahkan panggilan yang belum bisa disebut oleh Vanilla sebagai calon menantu sudah disebut oleh wanita asing itu.

"Nggak apa-apa Ma, cuma minuman aja kok," terang Rima. Lalu ia menoleh pada Vanilla dan melemparkan senyuman manis. "Silahkan diminum, Mbak."

Vanilla mengangguk sambil tersenyum pada wanita berkulit tan eksotis itu. "Terima kasih."

"Kamu itu memang calon menantu idaman," puji Suci yang membuat Vanilla hampir tersedak.

"Oh ya, Van. Ini icipin roti buatan Tante sama Rima. Sejak pagi kami bikin ini buat Gavin." Suci menawarkan.

How To Deal With  Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang