Chapter 4 - Zayn

2.6K 152 5
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kedua iris gelap Aryan memindai penampilan Vanilla dari ujung kaki hingga puncak kepala. Dress selutut warna peach membungkus tubuh sintal wanita itu. Potongan kerah persegi panjang yang sedikit turun memperlihatkan belahan dada padat pembangkit gairah para pria. Pun tulang selangka yang menonjol menjadi salah satu daya tarik Vanilla.

Senyuman tipis tercetak di wajah Aryan. Vanilla masih cantik seperti dulu, bahkan sekarang lebih memesona.

"Mommy." Suara kecil Zayn membuat Aryan melemparkan tatapan ke arah bocah itu dan Vanilla secara bergantian. Kening Aryan berkerut penuh tanya.

Embusan angin sore hari menerbangkan helaian rambut kecokelatan Vanilla. Ia lalu berjalan tanpa ragu ke arah Aryan. Sementara itu Aryan masih berdiri di tempat dengan salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Tato peluru dengan tambahan tribal tercetak jelas di seluruh lengan kirinya.

"Ayo pulang," ajak Vanilla sambil menggandeng tangan Zayn. Ia sama sekali tidak melihat ke arah Aryan yang berdiri tidak jauh dari Zayn. Bahkan ia seperti tidak menganggap pria itu ada.

"Vanilla, kamu tidak mengingatku?" Aryan sedikit membungkukkan tubuh untuk berbicara dengan Vanilla. Sebab wanita itu sekarang sedang jongkok untuk menyamakan tinggi dengan Zayn.

Mulut Aryan menganga diikuti rahang yang hampir terjatuh, ketika Vanilla mengabaikannya. Alih-alih menjawab pertanyaan Aryan, Vanilla justru membalikkan tubuh dan melenggang pergi begitu saja.

"What? Kamu mengabaikan Aryan Aditama?" ucap Aryan ketika pribadi Vanilla semakin menjauh. Satu hal yang jarang, bahkan tidak pernah dialami oleh Aryan. Selama ini tidak ada wanita yang mengabaikan dirinya.

Sementara itu, Vanilla terus berjalan sambil menahan rasa yang bercampur aduk di dalam hati. Kesal, marah, sampai ingin menangis bergejolak di dalam dada. Ia harus menahannya sebab ada Zayn di sana.

"Mommy, What happen?" (Apa yang terjadi) tanya Zayn sambil mendongak serta menggoyangkan tangan sang ibu.

Vanilla menghentikan langkah lalu menundukkan pandangan ke arah Zayn. "Nggak apa-apa. Tadi Zayn ngobrol apa sama Om tadi?"

Sekarang posisi Vanilla jongkok dengan bertumpu pada satu kaki. Ia merapikan helaian rambut Zayn yang menempel di kening karena keringat.

Kepala Zayn menggeleng samar. "Aku nggak ngomong apa-apa. Kata Mommy nggak boleh ngobrol sama stranger people." (orang asing)

Vanilla kembali tersenyum. Ia bangga sang putra selalu mengingat pesannya. Namun kali ini orang yang baru saja bertemu dengan Zayn bukan sekedar orang asing. "Good boy. Ya udah, kita pulang yuk."

Menggendong Zayn lalu didudukkan pada car seat baby. Setelah itu Vanilla beranjak dan duduk di belakang kemudi.

Embusan napas kasar berulang kali diembuskan oleh Vanilla. Bertemu dengan Aryan sama sekali tidak ada dalam daftar perkiraannya. Hati Vanilla kembali terasa perih saat sempat menatap sepasang iris segelap obsidian itu. Ia belum bisa melupakan rasa sakit atas tindakan Aryan.

How To Deal With  Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang