Hantaman pintu terdengar cukup keras. Jantung Vanilla bergemuruh hebat diikuti deru napasnya yang tidak beraturan. Ia menggigit bibir bawah dengan bibir yang bergetar. Tangis Vanilla tumpah di sela-sela gerakan dada yang naik turun. Kedua lutut Vanilla lemas, seolah tidak mampu menopang berat tubuh.
Serentetan kalimat yang baru saja terucap untuk Aryan terasa mengiris batin. Bukan ini yang ia harapkan. Bukan! Mengapa harus bertemu lagi dengan Aryan ketika hatinya mulai pulih?
Air mata Vanilla terus mengalir tanpa jeda. Ia terduduk lemas di lantai sembari memeluk kedua lutut. Cinta yang pernah diberikan oleh Vanilla dengan tulus, ternyata hanya sebuah lelucon bagi Aryan. Vanilla bisa menebak bagaimana dirinya terlihat sangat menyedihkan ketika menjadi topik pembicaraan para putra Aditama. Ia hanya seorang wanita bodoh yang terlihat menyedihkan.
"A-aku sa-sangat membencimu, Ar-Aryan." Napas Vanilla tersengal ketika mengucapkan kalimat itu. Kembali ia memeluk kedua lutut sambil terisak dalam diam. Membiarkan air matanya terus mengalir dan melindas kedua pipi.
Suara bel yang berbunyi, memaksa Vanilla untuk mengusap air matanya dengan tangan kosong. Embusan napas kasar lolos untuk sedikit menguraikan rasa sesak yang bermuara dalam hati. Ia bangkit dan mendapati Tante Lina sudah berdiri di luar dengan beberapa kantong kain berisi sayur-sayuran.
"Van, ini Tante Beli...." Ucapan Tante Lina berhenti ketika melihat kedua mata Vanilla sembab. Masih ada jejak air mata di bawah kelopak yang belum kering sepenuhnya. "Kamu kenapa Van? Zayn baik-baik saja? Siapa yang membuatmu menangis? Apa Gavin berselingkuh?"
Tante Lina langsung meletakkan kantong belanjaan di sofa dan meminta Vanilla untuk duduk di sana. Semua pertanyaan yang dilontarkan adalah bentuk kekhawatiran dari Tante Lina. Ia tidak ingin melihat Vanilla menangis dan terluka seperti saat perpisahan dengan Aryan.
Kepala Vanilla menggeleng samar, "nggak Tante, Zayn baik-baik aja, dan Gavin juga nggak aneh-aneh."
Tante Lina menghela napas lega, tetapi tidak langsung mengaburkan rasa ingin tahunya. "Terus kenapa kamu menangis, ada yang membuatmu bersedih? Katakan! Cerita sama Tante, ada apa?"
Menempelkan kedua bagian bibirnya yang beberapa menit lalu baru dihisap oleh Aryan. Rasa Aryan masih tersisa di sana.
"Aku bertemu sama Aryan, Tante," ucap Vanilla datar.
"Dia kesini? Dia ngapain kamu Vanilla?" Kedua mata Tante Lina langsung memeta setiap inci tubuh Vanilla. Memastikan tidak ada bekas tanda merah di leher atau letak kancing yang terkait sembarangan. "Kamu nggak diapa-apain sama si brengsek itu 'kan?"
Tidak mungkin Vanilla bercerita jika Aryan baru saja menciumnya secara paksa. "Nggak, Tante. Kenapa dia datang lagi, Tante? Nggak bisakah dia pergi dari hidupku?"
Tante Lina meraih tangan Vanilla dan mengelusnya. Meskipun sangat membenci Aryan, tetapi ia berusaha bersikap bijak sebagai pengganti orang tua Vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Deal With Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)
RomanceADULT ROMANCE (21+) ADITAMA SERIES - ARYAN ADITAMA- Aryan adalah CEO berjiwa bebas dan tidak menyukai komitmen. Ia kembali dipertemukan dengan Vanilla, wanita yang sempat dijadikan bahan taruhan bersama saudaranya. Empat tahun yang lalu Vanilla men...