Chapter 49 - His Love

704 27 3
                                    

Sudah satu hari Aryan tidak memberikan kabar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah satu hari Aryan tidak memberikan kabar. Pria bertato itu bahkan tidak memperlihatkan batang hidungnya sama sekali. Berulang kali Vanilla menghubungi Aryan sebab tidak bisa menahan diri. Namun, hanya suara operator yang didengarnya.

Tangan Vanilla memasukkan aneka sayuran ke dalam panci dengan pikiran melayang. Mengambil pisau untuk mengiris sosis sebagai campuran. Netra Vanilla melihat ke arah benda tajam itu, tetapi fokusnya terpecah. Ia terus memotong hingga tanpa sadar ujung jari menjadi sasaran.

"Aw!" seru Vanilla saat permukaan kulitnya tergores. Sontak ia menghisap darah yang keluar untuk membekukannya. Ia tidak bisa membohongi diri sendiri jika keadaan Aryan kini tenang meracau benak. "Kamu dimana Aryan?"

Entah mengapa hati Vanilla merasa tidak enak setiap memikirkan pria itu. Ia tidak benar-benar yakin jika Aryan akan pergi begitu saja. Vanilla merasa jika pria itu sedang tidak baik-baik saja.

Setelah masakannya matang, Vanilla memasukkan ke dalam wadah. Tidak lupa beberapa centong nasi dan juga ayam crispy bumbu kesukaan Aryan.

Vanilla menatanya di wadah dengan rapi. Semuanya tersaji lengkap sesuai dengan selera Aryan. Dulu Aryan selalu memuji ayam crispy bumbu buatan Vanilla. Well, meskipun kadang asin karena Vanilla baru bereksperimen. Sekarang salah satu kesukaan Aryan menurun pada Zayn.

Tanpa membuang waktu, Vanilla segera bergegas ke apartemen Aryan. Entah mengapa pikiran Vanilla tertuju kesana alih-alih Blue Sapphire, villa yang sering digunakan ketujuh putra Aditama berkumpul.

Melajukan mini cooper dengan kecepatan rata-rata untuk membelah kemacetan di Badung. Hari ini lalu lintas cukup padat karena tanggal merah. Banyak turis dari luar pulau yang berbondong-bondong untuk mengunjungi tempat wisata favorit Indonesia itu.

Vanilla langsung memasukkan mobilnya ke parkiran basement. Meraih semua kotak makan yang sudah disusun rapi dalam tas kemudian mengayunkan langkah masuk ke dalam lift.

Angka digital yang tercetak di layar pintu menandakan jika Vanilla sudah tiba di lantai yang dituju. Pintu terbuka lalu Vanilla mengayunkan kaki. Kedua matanya memindai angka yang tercetak di depan pintu apartemen.

"Se ... belas," ucap Vanilla sambil berjalan pelan. Hingga nomor yang dituju ada di depan mata. Vanilla mengembuskan napas kasar sebelum menekan bel pintu apartemen tersebut.

Jantung Vanilla sedikit berdebar menunggu pintu tersebut dibuka. Berharap tidak ada hal buruk yang terjadi. Pun semoga saja bukan seorang wanita dalam balutan lingerie seksi yang membuka pintu tersebut.

Takut, Vanilla takut dengan apa yang akan dilihatnya kali ini. Dua kali menekan bel dan tidak mendapatkan jawaban dari dalam. Pun tidak ada tanda-tanda pemilik apartemen akan membukakan pintu itu.

Vanilla menekan sekali lagi dan sia-sia. Ia masih tidak mendapatkan sambutan dari Tuan rumah. Lalu ia mencoba menekan nomor sandi di pintu elektrik Aryan.

How To Deal With  Bastard CEO (SUDAH TAMAT DI KARYAKARSA DAN BESTORY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang