[Bab 2] Injured

7.7K 415 21
                                    

Tubuh Chaterin merosot ke lantai, seluruh dunia yang dimilikinya berceceran tidak berbentuk. Jika orang lain yang menjadi pelakunya mungkin tidak akan sesakit itu. Tapi yang membuat hatinya hancur lembur, adalah dua orang yang begitu dia percaya dan menjadi pusat kehidupannya.

Mereka telah menyimpan bom aktif dalam pelataran hati. Meledakkannya dengan guncangan hebat yang sulit diterima.
Dia merasa bodoh karena tidak peka akan keadaan, cinta membuat dunianya terbalik. Perisai yang dia pasang telah memudar, bahkan Chaterin hampir lupa bagaimana cara untuk kembali menggunakannya.

James telah menghapus benteng pertahanan dirinya dengan sangat rapi. Tidak menyisakan sedikitpun petunjuk agar dia dapat kembali menutup diri.

"James, kenapa kau lakukan ini padaku?" Chaterin mendongak. Mengajukan pertanyaan, berharap dapat mengetahui alasan di balik sikap bajingan pria itu. Meski jawaban yang akan dia dengar menyakitkan, setidaknya gadis itu merasa perlu dan harus mengetahui alasan sebenarnya.

"Aku tidak melakukan apapun, aku hanya bercinta dengan wanita yang kucintai," James balik menatap Chaterin, mata birunya menyorot tajam. Seolah menyiratkan bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

"Brengsek! Jadi hubungan kita selama ini apa? Aku tidak pernah berharap dan tidak akan pernah berharap bisa berbagi lelaki dengan Ibuku sendiri. Tidak akan!" Gadis itu mengumpat dengan segala amarah yang dirasakan. Batinnya kesakitan, meski berusaha tegar, tapi hatinya terlalu rapuh. Dia hanya seorang anak yang menjadi tolol karena dibohongi oleh semua orang terdekatnya.

"Aku pernah mencintaimu, tapi itu dulu sebelum aku mengenal Delilah lebih dekat. Tapi sekarang dialah yang telah memiliki hatiku sepenuhnya," pria itu menjawab acuh, berlalu pergi setelah memungut semua pakaiannya yang berserakan.

Demi Tuhan Chaterin merasa nyawanya perlahan pergi menjauh. Perkataan James terlalu menyakitkan untuk didengar. Membuat telinganya terasa panas dan terbakar, tempat yang dipijakinya terasa terbalik. Membuatnya harus berdiri dengan posisi yang tidak wajar, dan itu membuatnya merasa mual.

Pria itu telah menghilang di balik pintu kamar mandi, Chaterin beralih menatap wajah ibunya yang masih duduk di atas kasur tanpa bersuara. Udara terasa jauh lebih panas dari sebelumnya, gadis itu hanya dapat menahan semua kekesalan. Karena sangat tidak mungkin dapat memaki Delilah seperti dia memaki James.

"Mom, apakah kau mencintainya?" Chaterin bertanya lirih, mata hijau bercampur abu-abu miliknya menatap wanita berbalut selimut itu dengan pandangan mengabur. Air mata telah sukses kembali menggenang dan menyamarkan penglihatan.

Beberapa detik berlalu, Delilah masih diam, dia tidak bisa melukai putri kecilnya lebih jauh lagi. Andai James tidak pernah hadir diantara mereka, mungkin kejadian seperti ini tidak akan pernah terjadi.

"Jawab aku Mom!"

Chaterin berusaha bangkit setelah dia bertanya kembali dengan sedikit memaksa. Kabut amarah masih melingkupi seluruh organ tubuh. Dia tidak mungkin pergi sebelum mendengar jawaban jujur dari Delilah.

"Mom, please jawab pertanyaanku," kali ini suara Chaterin melunak, lebih terdengar seperti rintihan putus asa yang menyakitkan.

"Honey, katakan yang sejujurnya pada Putrimu!" Suara James yang baru keluar menyela perbincangan, pria itu sudah mengenakan kembali seluruh pakaiannya.

"Maafkan aku, sayang, Mom hanya...."

"Cukup, Mom! Jika itu membuatmu bahagia aku akan berusaha untuk mengerti!" Chaterin melangkah mundur menuju pintu. "Maaf sudah mengacaukan malam kalian, lanjutkan harimu, Mom. Aku pulang sekarang."

Gadis itu berlari menuruni tangga, tangisan yang dia tahan telah berhamburan keluar. Turun seperti derasnya hujan yang tidak mungkin dibendung. Saat dia berlari menerobos ruang tamu yang gelap, menyebabkannya tersaruk ketika kakinya menginjak permadani yang terlilit di kaki. Lututnya membentur meja kaca, keras dan terasa ngilu.

Surrender To Destiny [Surrender Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang