[Bab 4]

6.9K 407 44
                                    

Chaterin hanya diam saat pria penyelamat itu menariknya keluar dari area club menuju parkiran. Dia masih sedikit terkejut atas tindakan Damian yang tiba-tiba. "Masuk dan jangan tunjukkan wajah seperti itu!"
Chaterin memutar mata dengan wajah ditekuk, sebelum akhirnya dia masuk ke dalam mobil. "Jaga matamu, Miss! Aku melihat kau melakukan hal itu pada penyelamatmu," Damian berkata sambil menutup pintu, berjalan memutar dan masuk melalui pintu lain untuk mencapai kemudi.

"Ya, Mr. Fitgerald aku ucapkan terima kasih atas bantuanmu tadi, tapi aku tidak pernah memintanya," Damian memalingkan wajah dengan tangan memasang sabuk pengaman.

"Bagus! Kau sudah membuat Spencer dan aku menghkawatirkanmu. Ucapanmu begitu manis sekali, untuk didengar oleh pria yang hampir terkena tabrakkan beruntun karena mengendara di atas rata-rata."

Damian menggeser tubuh hingga condong ke arah Chaterin, membuat gadis itu mundur sampai kepalanya terantuk pintu. Sengaja menunjukkan senyum usil saat tangannya melewati tubuh Chaterin hingga ke sisi lain.

"Mr. Fitzgerald apa yang kau—" Chaterin menghentikan ucapannya saat dia tahu Damian tidak bermaksud jahat, pria itu meraih sabuk pengaman dan memasangkan untuknya.

"Terima kasih."

"Ya, aku terima ucapan terima kasihmu," Damian menjalankan Range Rover miliknya dalam kecepatan sedang. Dia ingin segera sampai di apartemen dan menceramahi Chaterin, hingga gadis itu menjadi tuli karena gendang telinganya terlalu sakit.

Sepanjang perjalanan tidak ada yang berani membuka mulut. Damian masih kesal pada Chaterin, gadis itu hampir saja membuatnya terkena serangan jantung. Kepala Damian menggeleng saat dia melirik sekilas ke arah jaket miliknya yang menutupi punggung Chaterin.

Chaterin bermain dengan bahaya tanpa perlindungan. Lelaki mana yang akan kuat menahan diri jika pemandangan yang disuguhkan begitu menggoda? "Oh, shit!" Damian menginjak pedal gas sedikit keras.

Membuat mobil itu melaju seperti terbang, Damian merasa frustasi saat bayangan punggung Chaterin melintas. Hal itu membuat sesuatu di antara ke dua kakinya mengeras, hal tersebut berimbas pada celana jeans yang dipakainya hingga terasa menyempit.

"Apa kau baik-baik saja?" Chaterin bertanya dengan wajah tegang, dia merasa Damian sedikit aneh malam ini.

"Ya, aku baik-baik saja," Jawab Damian singkat.

Selanjutnya keadaan kembali hening untuk beberapa saat. Namun suara dari perut Chaterin yang terdengar seketika membuat Damian terbelalak. Sementara gadis itu mengigit bibir bawah karena malu. Saat Damian berbalik untuk menatapnya wajah Chaterin sudah memerah.

"Oh, sialan kau, Chate. Apa kau belum makan tadi sore?!" Damian kembali memfokuskan diri pada jalan raya. Dia bersiap untuk kembali mengeluarkan umpatan jika tebakannya benar.

Mendengar Damian sedikit berteriak, Chaterin meremas ujung gaun yang dipakainya. Membuat kulit pahanya semakin terekspose, hal itu semakin membuat Damian geram. Dia semakin tersiksa saat matanya tidak sengaja melirik ke arah sana.

"Chaterin Elizabeth Kavanagh, jawab pertanyaanku! Dan tolong singkirkan tanganmu dari meremas ujung gaun yang seperti kurang bahan itu!" Chaterin hampir melompat saat Damian kembali membuatnya terkejut.

Pria itu sengaja menyebut nama lengkap Chaterin sebagai tanda; dia membutuhkan jawaban secepatnya. "Ya, aku belum makan, Mr. Fitzgerald," Chaterin melepaskan tangan dari ujung gaun, dia menariknya, berusaha untuk menutupi paha, meski kenyataannya dia tahu itu sangat tidak mungkin.

"Jam berapa terakhir kali kau memasukkan makanan ke dalam perut?" Damian berpura-pura tidak perduli, berusaha mengalihkan perhatian pada keadaan sekitar. Berharap ada restoran atau makanan cepat saji yang akan dilewati.

Surrender To Destiny [Surrender Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang