BAB 16

3.9K 260 4
                                    

Halo-halo, buat yang pada gemes sama Mamanya Chaterin di bab ini sudah mulai bisa icip-icip tabir yang mulai tersibak ya haha. Semoga suka, happy reading and vote dan komen serta buat yang belum follow aku aku dan belum masukin cerita ini ke reading list bisa mulai tekan folow supaya langsung dapat notif pas ceritanya diupdate. Terima kasih banyak buat semua yang udah suka sama couple ini 😍😘

****

Melewati Receptionist saat Chaterin menuju ruang ICU, dia tidak perlu bertanya mengingat rumah sakit pernah menampung dirinya saat sakit selama sepuluh hari. Melewati lorong dengan bau obat yang semakin menyengat, Chaterin berbelok ke arah kiri hingga akhirnya ruangan yang dia cari terlihat.
Saat Chaterin berdiri tepat di depan pintu, laki-laki di awal tigapuluhan muncul dalam balutan seragam kebesarannya. Hal itu membuat Chaterin melompat dan menteror Dokter tersebut dengan pertanyaan. Sang Dokter tampaknya dapat memahami apa yang dia rasakan. Hal itu terbukti saat Sang Dokter mengajaknya untuk berbincang di ruangan pribadinya.

"Chate aku ikut denganmu," Damian yang baru muncul setelah memarkir mobil meraih bahu dan merangkulnya. Dengan senyuman lemah Chaterin mengangguk, selanjutnya mereka mempercepat langkah agar tidak tertinggal. Melewati pintu dan duduk di kursi yang sudah disediakan, Chaterin menunggu dengan cemas saat Dokter yang menangani keadaan ibunya tengah memeriksa catatan kesehatan Delilah.

"Miss, Apakah anda sudah tahu jika Mrs. Kavanagh didiagnosa mengidap Manik Depresif (Gangguan Bipolar)?"

Chaterin terguncang dengan mulut terbuka, dia pernah mendengar soal penyakit itu. Tapi ini Ibunya sendiri yang didiagnosa telah mengidapnya. Tapi sejak kapan? Selama ini Delilah selalu terlihat baik-baik saja, bahkan Chaterin tidak pernah sekalipun melihatnya bersikap aneh. "Sejak kapan dia mengidapnya? Selama aku bersamanya dia tidak pernah sedikitpun menunjukan tanda-tanda seseorang yang menderita gangguan bipolar," Chaterin sedikit panik.

Dia melirik Damian seolah meminta pertolongan, pria itu dengan sigap meminjamkan jari tangannya untuk Chaterin genggam. Hal tersebut terbukti ampuh karena selanjutnya gadis itu terlihat menjadi lebih tenang.

"Saya pernah memeriksanya 3 bulan yang lalu, saat itu belum separah saat ini. Tadi kami sudah meminta rekap data pasien dari Rumah Sakit tempat biasa Mrs. Kavanagh melakukan pemeriksaan, hal itu kami lakukan untuk mengetahui seberapa parah perkembangannya," Dokter tersebut menghela napas, "Ternyata berubah menjadi buruk," dia menunjukan tatapan minta maaf.

"Oh Tuhan, seberapa buruk lalu bagaimana dia bisa berakhir di sini?" Pikiran Chaterin tidak dapat melihat dengan jernih, masalah yang menimpa ibunya seperti pukulan berat yang menghantam tepat di seluruh saraf. Membuat dia mengejang dan kesakitan, wanita yang selama ini terlihat kuat dan memiliki uforia lebih ternyata dia sakit!

"Saya rasa ada hal yang memperparah keadaannya, karena saat suatu kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat. Begitu meningkatnya hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik, hal itu bisa berubah dengan cepat," Dokter melihat catatannya kembali.

"Fase peningkatan ini disebut mania. Gejalanya mungkin mencakup berpikir dengan sangat cepat. Cerewet, dan penurunan kebutuhan untuk tidur. Bahkan, si penderita dapat terjaga selama berhari-hari tanpa tidur, tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kehabisan energi. Gejala lain dari gangguan bipolar adalah perilaku yang sangat implusif tanpa memikirkan konsekwensi. Mania sering kali mempengaruhi cara berpikir, penilaian, dan prilaku sosial dengan cara yang menimbulkan problem. Dan saya rasa tadi malam Mrs. Kavanagh merasakan ketakutan berlebih sehingga dia meminum pil penenangnya dalam dosis yang banyak."

'Brengsek bajingan tua itu pasti penyebabnya,'
Damian memaki dalam hati.

Bahu Chaterin terkulai di sandaran kursi, dia tidak menyangka ibunya dapat bertindak tidak rasional. Jika dokter tidak menyatakan Delilah mengidap Manik Depresif mungkin Chaterin akan beranggapan bahwa itu adalah upaya percobaan bunuh diri. "Bagaimana keadaan Ibuku saat ini? Apakah penyakitnya dapat disembuhkan?" Chaterin berharap mendapatkan jawaban terbaik yang ingin dia dengar, dia tidak akan bisa jika harus melihat Delilah mengalami penderitaan seperti ini.

"Mrs. Kavanagh kondisinya sudah stabil, dia bisa menjalani terapi dan pengobatan. Tapi pasien juga harus berjuang keras, karena saat dia berada di puncak euporia, dia bisa tiba-tiba merasakan gejolak jatuh di dalam dirinya. Seperti mesin yang tidak bisa dimatikan, suasana hatinya yang menyenangkan bisa tiba-tiba berubah menjadi Agresif dan Destruktif. Melancarkan serangan verbal terhadap seorang tanpa alasan. Penderita bisa marah, benci, dan benar-benar tak terkendali. Setelah memperlihatkan perilaku yang menakutkan itu, hal yang terjadi adalah tiba-tiba merasa lelah, ingin menangis dan sangat depresi. Dipihak lain, penderita bisa berubah lagi pada dirinya yang sangat ceria itu, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Fase inilah yang mengharuskan dia berjuang agar tidak kembali melukai diri sendiri."

"Aku ingin Ibuku menerima perawatan terbaik, berikan dia terapi dan sebagainya," Chaterin bersedia melakukan apapun selama itu demi kesembuhan Delilah.

"Baik Miss, kami akan mengusahakan yang terbaik," setelah informasi dirasa cukup, Chaterin keluar dari ruangan dengan tangan Damian di bahunya, dia tidak dapat berjalan dengan baik. Seluruh tulangnya seperti pergi saat penyakit Delilah berdengung di telinganya.

Berjalan kembali menuju ruang rawat inap yang diberitahukan perawat, dia—Chaterin—terdiam saat melihat James yang berdiri di depan pintu, tampilan pria itu tidak berbentuk. Kemejanya terlihat kusut dengan rambut berantakan, sementara wajahnya menunjukan rasa khawatir yang sangat jelas. Meski merasa sakit, setidaknya Chaterin merasa senang karena si brengsek itu mengkhawatirkan ibunya. Dengan langkah cepat dia maju dan menghampiri James yang masih bersandar pada tembok dengan kepala menatap langit-langit bangunan. Seluruh tenaga Chaterin seperti kembali berpuluh-puluh kali lipat, hal itu terbukti karena saat ini James tengah memegang pipinya yang terasa sakit.

Tamparan Chaterin membuatnya meringis.
"Princess, apa yang kau lakukan padaku?"

"Brengsek! Bagaimana kau menjaga Ibuku? Kenapa dia bisa meminum obat sialan itu dalam jumlah yang sangat banyak?" Chaterin menatap James dengan pandangan marah. Mata abu-abu itu memancarkan emosi yang luar biasa.

"Demi Tuhan aku selalu menjaga Ibumu, tadi aku hanya pergi sebentar untuk menyelesaikan beberapa laporan. Tapi saat aku kembali Ibumu sudah dalam kondisi yang... Oh Tuhan," James berbalik dan mendaratkan sebuah pukulan ke tembok. Dia terlihat sangat kacau, Chaterin berasumsi pria itu merasa menyesal karena telah meninggalkan Delilah sendirian untuk beberapa waktu.

"Oh Tuhan Mom," Chaterin masuk ke dalam ruangan, sementara James masih berdiri di tempat semula.Damian maju, dengan tatapan seolah ingin menembak James saat itu juga.

"Brengsek! Jika kau benar mencintainya seharusnya kau menjauhkan mantan rekan bisnismu itu dari sisi Delilah. Kau sudah mengetahui hal yang membuatnya bersikap tidak stabil, tapi kenapa kau begitu gegabah dan membiarkan semua ini terjadi?!" Damian membentak James, dia nyaris mendaratkan sebuah pukulan jika tidak ingat sedang di rumah sakit.

"Aku rasa kau juga sudah mengetahui hal ini sejak lama, tapi kenapa kau tidak memberitahukan pada Chaterin? Kau menyembunyikan banyak hal darinya. Aku rasa dia akan membencimu jika semua kebohongan yang kau simpan terungkap."

"Brengsek! Jangan pernah mencoba mengancamku, aku akan menjaga Chaterin dengan segala yang kumilki. Jika kau tidak bisa menjaga Delilah dengan baik, maka aku akan memerintahkan anak buahku dan beberapa perawat pribadi untuk selalu berada di dekatnya," ancam Damian.

"Tidak! Kau tidak perlu melakukan itu brengsek. Karena mulai saat ini Delilah akan tinggal bersamaku, aku akan menempatkan beberapa orang terbaik untuk mengawasinya. Jika perlu aku akan menyewa Dokter pribadi dan menangani penyakitnya di dalam rumah," James bertekad akan melakukan itu semua. Kesembuhan Delilah adalah yang paling dia inginkan, dia dapat mengisolasi kekasihnya dari dunia luar, hanya fokus untuk melakukan terapi dan pengobatan. Terlebih kontrak Delilah dengan perusahaan kontruksi yang memakai Desain Interior darinya telah berakhir dua minggu yang lalu.

"Lakukan yang terbaik brengsek!" Ucap Damian sebelum berlalu.

Dia berniat membeli beberapa makanan dan minuman hangat, merasa Chaterin akan membutuhkan itu semua untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Jika gadis itu tumbang sama saja dia meremukkan jantungnya sendiri, Damian ingin yang terbaik selama Chaterin dalam pengawasannya.

"Halo Neil, datanglah ke Rumah Sakit sekarang. Chaterin ada di sini, tempat yang sama dengan Spencer dirawat," memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana, Damian berniat untuk menuju toko makanan di sebrang jalan. Mereka menjual makanan khas Thailand yang buka selama 24 jam.

Surrender To Destiny [Surrender Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang