Bab 10

3.8K 278 4
                                    

Spencer bertahan di belakang tumpukan kardus, Neil yang berada di sampingnya; beberapa kaki di sebelah kiri. Para anak buah yang lain menyelinap dan berusaha untuk menyelamatkan diri, meski mereka terlatih dengan baik tapi penyusup yang menyerang mereka berjumlah tiga kali lipat dari mereka berenam.

Beruntung semua selamat dan hanya ada dua orang yang cedera di bagian pundak, mereka terkena serpihan kaca yang diledakkan. Spencer memberi kode pada Neil saat melihat pergerakan lawan, ada sekitar 3 orang yang berjalan ke arah mereka. Neil mengangguk setuju dan selanjutnya dia melompat dari persembunyiannya menuju tumpukan kardua di sisi lain.

Tiga orang tadi berbalik dan menembak ke arah Neil menghilang, kesempatan itu tidak di sia-siakan Spencer. Dia bersama dua anak buah Damian melumpuhkan 3 penjahat tersebut dalam sekali tembak. Satu peluru bersarang dalam satu tubuh yang terkapar, darah merembes melalui baju hitam milik mereka, bau anyir mulai memenuhi ruangan tersebut.

Saat Spencer mulai bergerak ke sisi lain, terdengar tembakan dari arah pintu masuk. Dia dan beberapa rekannya saling menatap, pemikiran mereka searah dan mengetahui bahwa bantuan telah datang. Mereka meringsek maju dan berusaha melakukan penyerangan, sebagai tanda untuk Damian dan yang lain bahwa mereka telah bergerak lebih dulu.

Semua bersembunyi di setiap sudut yang di rasa aman, musuh terkepung di tengah-tengah. Pihak Spencer menekan pelatuk setiap kali ada kesempatan, namun perlawanan dari pihak musuh semakin gencar. Peluru yang melesat semakin banyak saat para penjahat semakin bertindak agresif.

Setelah sebagian berhasil dilumpuhkan, dua diantaranya berhasil meloloskan diri dan keluar menuju pintu. Spencer yang melihat kejadian tersebut lantas mengejar tanpa mempertimbangkan keselamatannya.

Spencer naik ke dalam Audi R8 miliknya yang terparkir di sisi kiri gedung. Sementara penjahat tadi telah melarikan diri menggunakan Civic hitam yang diparkir di sisi kanan. Saat para penjahat tadi sadar telah dikejar, mereka melaju ugal-ugalan.

Melewati rambu lalu lintas yang mengharuskan mereka berhenti. Dengan berat hati Spencer melanggar peraturan, jika dia mengikuti lampu merah dan berhenti dapat dipastikan dia akan kehilangan jejak. Dan Spencer tidak mau mengambil resiko tersebut, mengingat dalam dari semua ini masih berkeliaran.

Saat kamera pengawas mengambil photo yang biasa dijadikan untuk bukti pelanggaran. Spencer tersenyum dengan dua jari membentuk huruf V. "Silahkan kirim laporan pelanggaran ke kantorku." Spencer merasa tidak manusiawi saat membayangkan dia harus mendapat surat tilang dan berhadapan dengan pihak berwajib hanya karena alasan melanggar lampu merah.

Saat melewati tikungan dengan lalu lintas yang masih ramai, Spencer berusaha mengejar dan menyalip beberapa mobil yang ada di depan. Civic yang dikejarnya terus menyalip mobil lain dan sesekali memapas jarak hingga menyebabkan mobil lain saling beradu. Tak ayal hal itu membuat lalu lintas semakin kacau.

Salah satu mobil yang tersingkir berputar dengan kencang, hingga akhirnya terbalik. Atap mobil bergesekan dengan aspal, menimbulkan percikan api dan selanjutnya ledakan besar terjadi. Para pengguna jalan berusaha menjauh menghindari kobaran api yang makin membesar, kekacauan semakin parah saat mobil yang berada di belakang terkena imbas, membuat semua berhenti secara mendadak.

Kecelakaan beruntun tidak dapat dihindari, beruntung Spencer berkelit dan melewati sisi jalan lain. Dia memanfaatkan sedikit celah untuk terus melaju dan mengejar ketinggalan. Dia tidak memiliki pilihan lain, selain terus maju dan berusaha mencapai depan di tengah situasi yang semakin tidak terkendali.

Setelah berhasil meloloskan diri dari kekacauan, Spencer menginjak pedal gas hingga ke dasar. Hal itu menyebabkan R8 yang dikendarainya seperti terbang di tengah jalanan padat menuju New York.
Saat melihat tanda target yang dikejarnya, Spencer membanting kemudi dan menggeser Civic hitam yang ditumpangi dua penjahat tersebut. Tidak ada yang mau mengalah, mobil melaju oleng ke arah kiri lantas kembali ke arah kanan. Pengemudi yang Spencer lawan cukup tangguh untuk urusan berkendara.

Setelah suasana jalan berubah lenggang, Spencer semakin membuat lawannya terpojok. Honda Civic tersebut melewati garis pembatas, dan akhirnya pengemudi tersebut menabrak pagar pembatas jalan dan melaju di jalur yang berlawanan.

"Shit!"

Dengan terpaksa Spencer harus membagi konsentrasi, dia tidak ingin kehilangan buronan dan harus kembali dengan tangan kosong. Dia ingin semua kekacauan di perusahaannya dapat segera teratasi. Jika ada satu lalat penganggu yang melarikan diri, besar peluang bagi mereka untuk kembali menyerangnya dengan perhitungan yang matang.

Dari kejauhan sirine polisi mulai terdengar, Spencer melihat helicopter yang berada sejajar dengan mobil lawannya. "Mereka benar-benar pembuat masalah," geram Spencer dan menambah kecepatan. Dia kembali melihat Civic hitam melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.

Kini mobil itu kembali berada satu jalur dengan Spencer dan mempermudah pengejaran. Terlihat di belakang mobil polisi tengah berusaha mengejar, saat melaju menuju arah jalan tol mobil itu berbelok ke pemukiman warga. Menyelinap di antara puluhan mobil lain yang berlalu lalang.

Spencer berusaha untuk tetap tenang dan tidak menimbulkan kegaduhan, terlalu riskan mengingat banyak warga sipil yang bisa menjadi korban. Damian pasti akan menghajarnya jika lelaki itu tahu bahwa sahabatnya telah membuat kekacauan di sepanjang jalan antar kota besar tadi.

Spencer terkejut saat melihat Civic tersebut menuju salah satu gudang di tengah kota. Tidak banyak yang tahu bahwa tempat tersebut adalah salah satu pabrik pembuat alat-alat kesehatan. Spencer mengetahui hal tersebut karena pernah di ajak oleh ayahnya saat dia masih kecil.

Spencer menjaga jarak saat mengetahui polisi kehilangan jejak dan tidak berhasil mengejar mereka hingga ke sini. Pemikiran akan orang yang mengincar Chaterin ada di dalam gedung membuat Spencer memutuskan untuk turun dan mengintip untuk mencari informasi.

Spencer berhasil menyembunyikan mobilnya di balik bangunan tua yang sedikit tidak terawat. Dia yakin para penjahat itu tidak melihatnya ikut hingga ke dalam sana, hal itu dikarenakan Spencer menjaga jarak sangat jauh dan memarkir mobil dalam radius 20 meter di tempat aman. Spencer mengendap dan terus menyelinap. Melewati sudut bangunan yang berlumut untuk mencapai belakang gedung, dia masih ingat saat kecil ayahnya membawa dia ke sini bersama Mr. Kavanagh—ayah Chaterin.

Pria malang itu meninggal beberapa hari setelah Spencer dan ayahnya berkunjung ke sini untuk melihat hasil penemuan terbaru ciptaannya. Ayahnya dan ayah Chaterin berteman baik, Mr. Kavanagh menuju tempat kerja dengan mengendarai mobil dari Seattle menuju Manhattan, dan begitu juga sebaliknya.

Ayah Chaterin seorang Profesor, kepintarannya terbukti dia turunkan pada gadis kecilnya yang sekarang terlihat berkilau. Spencer berhenti sejenak saat mendengar seseorang memaki dengan suara keras, rasa penasaran memaksa Spencer untuk mencari cara agar dapat melihat hal apa yang terjadi di dalam sana.

Saat melihat pintu yang dipenuhi lumut terbuka, Spencer berusaha untuk menyelinap. Tempat ini berubah menjadi kotor dan tidak terawat, sementara saat dulu dia berkunjung, pintu dan seluruh dinding dicat bersih tanpa ada noda sedikitpun yang menempel.

Spencer menghembuskan napas lega saat dia berhasil masuk, mengendap perlahan melewati dinding dan banyaknya perawatan medis yang terbengkalai. Saat dia berdiri untuk memastikan bahwa semua peralatan itu masih dapat dipakai. Spencer merasakan benda dingin menyentuh tengkuknya, dia tidak perlu berbalik untuk memastikan benda apa yang kini tengah diarahkan padanya.

"Ikuti semua perintahku dan jangan melakukan perlawanan!"

Sial! Spencer mengumpat dalam hati, dia tidak bisa berkutik saat beberapa orang dengan senjata laras panjang menghampirinya.

🦋🦋🦋🦋🦋

Selamat malaaam, update hari ini 3x sehari 😂😂😂😂 udah kayak minum obat.

Surrender To Destiny [Surrender Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang