Oh, Astaga. Sayang apa yang sedang kau lakukan di sini?" Delilah menghampiri Chaterin bersama barang belanjaannya. Di belakang wanita itu James berjalan dengan gaya khas seorang pengusaha muda yang digandrungi banyak gadis.
"Mom, seharusnya yang mengajukan pertanyaan seperti itu adalah aku. Kenapa Mom bisa ada di sini?" Delilah melirik cemas ke arah James yang tengah saling menatap bersama Damian. Wanita itu kembali fokus pada gadis kecilnya, dia berkata dengan suara yang lembut, dan tidak seantusias tadi.
"Maafkan Mom sayang, setelah kau pulang hari itu tidak sedikitpun Mom tidur dengan nyenyak. Tapi setelah melihatmu baik-baik saja aku dapat bernapas lega, karena tidak ada hal buruk yang terjadi denganmu."
'Mom kau mengacaukan hidupku, tapi aku tidak mungkin melawan dan mencoba bersaing denganmu. Kau adalah wanita yang sangat aku hormati di dunia ini, aku menyayangimu seperti aku mencintai Daddy.' Batin Chaterin.
Semua perkataannya tersangkut di tenggorokan. Dia tidak mampu untuk menyakiti Delilah dengan cara apapun, wanita itu sudah membesarkannya dengan susah payah, meski ia melakukan kesalahan fatal, namun Chaterin tetap berusaha untuk menjadi putri yang baik dan berpura-pura tegar di hadapannya.
Chaterin tahu jika saat dia kembali ke apartemen suasana hatinya akan berubah buruk, dia tidak yakin masih mampu bersikap tenang jika sudah tidak ada lagi orang lain yang melihatnya. Yang ingin Chaterin tunjukan pada ibunya dan James, hanyalah fakta bahwa dirinya baik-baik saja dan sudah bisa menerima kenyataan.
"Ya, Mom kau sudah mendapat restuku dua malam yang lalu. Aku melihat matamu berbinar saat menatapnya, akan sangat tidak adil jika aku memisahkan dirimu dari orang yang telah membuatmu bahagia."
'Meskipun ini semua tidak adil bagiku.' Catherin membatin lagi.
"Oh sayang terima kasih, Mom yakin ayahmu akan bahagia di sana. Dia memiliki putri kecil yang luar biasa sepertimu. Aku hanya berharap kau menemukan lelaki lain yang dapat menjaga dan mencintaimu dengan baik," Delilah melirik Damian dengan ekor matanya, namun Chaterin tidak menyadari hal tersebut. Ia hanya mengangguk lemah saat Delilah bersikeras mengajaknya untuk makan siang bersama.
***
Untuk beberapa saat keheningan tercipta di antara ibu dan anak tersebut. Sementara dua pria di sampingnya hanya memperhatikan dengan malas, terlebih Damian. Dia menunjukan wajah tidak ramah saat menatap James, melihat lelaki itu muncul di hadapan Chaterin bersama Delilah membuat emosi Damian tidak menentu.
Tapi dia tidak ingin membuat Chaterin tersinggung, sejujurnya Damian sudah berencana membawa Chaterin lari saat dia melihat dua orang kasmaran tersebut, hanya saja dia tidak ingin Chaterin menyangka dirinya berusaha menjauhkan wanita itu dari ibu kandungnya sendiri.
Bagaimanapun dia bukan kekasih Chaterin dan sebagainya. Terlebih gadis itu lebih kuat daripada yang Damian kira, terbukti kini mereka tengah makan siang dalam satu meja yang sama. Wajah Chaterin menunjukan rasa kurang nyaman, namun sebisa mungkin gadis itu menutupinya dengan cara meremas buku-buku jarinya hingga berubah pucat.
Damian menyelipkan tangan pada jari Chaterin yang bertaut dan saling meremas. Untuk sesaat tubuh Chaterin menegang, gadis itu merasakan getaran hangat saat jari Damian menyelinap di antara buku tangannya. Pria itu seperti tidak perduli, dia mengalihkan pandangan ke sekitar seolah sentuhan itu tidak memiliki makna apapun.
"Jadi... Mom, apa yang kau lakukan di Manhattan?" Chaterin berhasil membuat suaranya keluar, dia menatap Delilah yang tersenyum lembut, melirik sekilas ke arah James, sebelum akhirnya menjawab.
"Semalam setelah James bertemu denganmu dia menghubungiku. Dia mengajakku kemari untuk menikmati hari libur bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Destiny [Surrender Series #1]
ActionChaterin Elizabeth Kavanagh seorang gadis yang cantik, pintar dan juga banyak prestasi yang sudah dicapainya. Namun dia menutup diri dari sekitar semenjak kematian sang Ayah. Banyak pria yang berusaha untuk menarik perhatian dan mengajaknya berkenca...