BAB 15

4K 272 15
                                    

Happy reading. Semoga suka ya. Sehari update dua kali haha. Nggak diupdate tapi rasanya gimana gitu liat udah ada di draf.

🦋🦋🦋

"Apa James yang telah mengiring Ibuku menuju tempat terkutuk itu? Apa Ibuku mengetahui saat dia dimanfaatkan oleh bajingan itu?" Chaterin membentak.

"Mr. Byrne baru bisa meretas kode keamanan utama setelah sepuluh tahun dia berusaha. Sidik jari ayahmu dengan mudah dia dapatkan, tapi rumus yang terdapat di sepanjang pintu beton itu bukanlah hal yang main-main. Selain tempat itu dirancang untuk tahan terhadap bom dan sebagainya, mereka tidak punya pilihan selain menekuni setiap rumus dengan teliti. Karena jika membuka pintunya dengan cara diledakkan, mesin yang mereka incar bisa ikut menjadi serpihan abu. Ada dua lapis kemanan yang harus ditembus dengan proses rumit."

Damian meraih gelas di samping meja dan meminum isinya hingga habis, "Lapisan utaman menggunakan sidik ayahmu beserta rumus yang begitu rumit, dan pintu kedua harus diakses oleh sidik jari dan scan mata kalian. James mendekatimu hanya untuk alasan itu, dia terlibat affair dengan Mr. Byrne yang menjanjikan setengah keuntungan untuknya, namun entah bagaimana dia tidak berhasil membawamu dan malah berhasil membawa Delilah dengan sangat cepat."

"Brengsek! Oh Tuhan aku merasa menyesalan untuk Ibuku yang telah mencintai keparat itu!" Chaterin merasa perutnya seperti dipilin, ada rasa mual yang merayapi tenggorokannya. Meski begitu dia tetap berusaha untuk menenangkan diri, terlalu sayang melewatkan informasi tentang semuanya. Dan Chaterin butuh informaai yang utuh bukannya potong puzzle yang masih belum lengkap.

"Aku tidak yakin semuanya akan baik-baik saja setelah mereka berusaha untuk menculikmu, dan aku rasa kau harus tahu siapa dalang kekacauan di perusahaan Spencer, dia adalah orang yang sama," tukas Damian, dia kembali menarik napas. Ada hal yang masih sulit untuk dia ceritakan secara detail pada Chaterin.

"Aku rasa Ibuku berada dalam masalah jika saat ini dia masih bersama bajingan yang memiliki keterkaitan dengan keparat itu," kepala Chaterin serasa berputar. Dia berusaha untuk mengingat seperti apa tempat kerja ayahnya yang dulu pernah dia datangi. Namun kepingan memori itu buram dan tidak terlihat dengan jelas, membuatnya kesulitan untuk mengumpulkan informasi.

"Tidak. Aku rasa Ibumu saat ini berada pada orang yang tepat, James sudah memutuskan untuk tidak terlibat dan dia lebih fokus untuk mengurus Ibumu," Damian berusaha mengalihkan diri saat Chaterin menatapnya dengan tatapan menunutut.

"Mengurus Ibuku? Sejak kapan Ibuku memerlukan orang lain untuk mengurusnya?" Chaterin merasa ada sesuatu yang salah, Ibunya tidak memerlukan bantuan dari siapapun kecuali jika dirinya mengalami masa sulit.Damian melarikan tangannya melalui rambut, membuat tampilan rambutnya yang sedikit panjang menjadi berantakan.

"Begini Chate permasalahan ini tidak seperti yang kau bayangkan, dan juga tidak semua yang kau bayangkan adalah salah. Untuk saat ini aku rasa kita akhiri dulu sampai di sini, aku berjanji akan menceritakan semuanya padamu tapi tidak sekarang," Damian menunjukan tatapan memohon, dengan enggan Chaterin menganggukan kepalanya setengah hati.

"Bagus, gadis pintar."

"Ngomong-ngomong Informasi sebanyak itu dari mana kau mendapatkannya?" Damian nyengir saat Chaterin mengajukan pertanyaan yang sudah pasti dia ketahui.

"Aku rasa kau cukup pintar untuk menebak dari mana semua informasi itu berasal," jawaban Damian membuat Chaterin mendengus.

"Kau memang laki-laki berkuasa, kau hanya tinggal menunggu hasil sementara anak buahmu berkerja keras di luar sana," Chaterin berguling untuk meregangkan selutuh otot tubuh yang terasa kaku.

Surrender To Destiny [Surrender Series #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang