Update sedikit, semoga suka 😊
🦋🦋🦋
Chaterin duduk dengan perasaan hancur, melihat Delilah terbaring dengan berbagai peralatan medis membuat kepalanya terasa sakit. Dia berusaha mengingat pertemuannya dengan Delilah tadi siang, tanda yang tidak biasa telah dia lihat, namun tidak sedikitpun berpikir ke arah sana.
Saat makan siang Delilah berubah sedih dan tiba-tiba menangis. Padahal beberapa waktu sebelumnya dia terlihat baik-baik saja, "Oh Tuhan Mom, aku tidak tahu kau menderita selama beberapa bulan terakhir. Aku menyesal karena tidak mengetahuinya, kenapa kau tidak pernah bercerita padaku?" Dia meremas buku jari Delilah yang kukunya terlihat cantik dengan polesan warna merah, ada sengatan rasa sedih melihat wanita yang selalu kuat itu tergeletak tidak berdaya.
Selama dia mengingat sosok ibunya, wanita itu adalah wanita yang sangat baik dan penuh kasih sayang. Kecuali saat dia memergokinya tengah bercinta bersama James, itu adalah hal yang sangat mengerikan. Kenyataan yang sulit untuk dihapus dan tidak bisa diubah, James mencintai Delilah. Hal itu terlihat jelas saat laki-laki itu menatap ibunya dengan penuh cinta, tatapan yang posesif dan ingin memilki wanita itu seutuhnya.
Tapi hal yang membuat Chaterin bertanya, apakah James sudah mengetahui penyakit Delilah sejak lama? Bajingan itu mungkin sekarang mencintai ibunya tapi jauh sebelum itu, James berusaha untuk memanfaatkan mereka berdua. Hanya dengan membayangkan hal tersebut perasaan Chaterin berubah sakit dan menjadi sangat marah.
Bertepatan dengan itu, seseorang membuka pintu. James muncul masih dengan wajah sama seperti sebelumnya—berantakan—Chaterin bangkit dan memilih untuk pergi. Setidaknya dia ingin memberi kenyamanan bagi mereka berdua, terlebih hal itu akan sangat tidak adil bagi perasaannya.
Bagaimanapun James pernah menjadi seseorang yang membuat dunianya kembali cerah. Tapi laki-laki itu pula yang menghancurkan hatinya hingga tidak berbentuk.Melewati bahu James, Chaterin paham betul dia tengah diperhatikan secara seksama. Namun dia tidak perduli dan tidak ingin mendongak untuk menatap mata hijau James yang selalu berkilau. Membuka pintu dan menutupnya dengan pelan, tidak ingin membuat Delilah terbangun karena merasa terganggu oleh suara-suara.
Setelah melepaskan diri dari ruangan yang terasa menyiksa, Chaterin berjalan melewati lorong yang mengarah pada tangga darurat. Saat bertemu seorang perawat Chaterin bertanya di mana kamar Spencer Smith dirawat. Dia tahu sahabatnya di rawat di rumah sakit ini saat Damian memberitahunya ketika dalam perjalanan.
Melewati tangga darurat, namun dia tidak jadi turun karena kamar Spencer berada di pojok ujung yang menghadap langsung ke pemandangan jika berdiri di depan jendela. Chaterin mempercepat langkah, dia butuh bahu sahabatnya untuk bersandar. Dia ingin menceritakan semua perasaan yang menggerogotinya seperti penyakit kronis.
Ketika berniat membuka pintu hal itu dia urungkan saat mendengar Spencer sedang berbicang dengan seseorang. Chaterin hapal siapa pemilik suara tersebut, obrolan mereka menarik minat Chaterin untuk tetap diam di sana. Saat obrolan itu semakin serius hatinya seperti mendapat pukulan sakit yang bertubi-tubi, kenyataan yang baru saja sampai ditelinganya membuat dia terduduk di lantai.
Dia menyesal karena tidak peka terhadap sekitar, semua orang mengetahui hal yang terjadi.
Sementara dirinya seperti orang tolol yang tidak mengetahui apapun. Bagaimana mungkin hal yang sudah begitu lama terjadi dia tidak melihat keganjilan sedikitpun. Ataukah memang dirinya terlalu percaya pada setiap orang dan tidak pernah menyimpan rasa curiga tanpa alasan yang benar-benar kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Destiny [Surrender Series #1]
AzioneChaterin Elizabeth Kavanagh seorang gadis yang cantik, pintar dan juga banyak prestasi yang sudah dicapainya. Namun dia menutup diri dari sekitar semenjak kematian sang Ayah. Banyak pria yang berusaha untuk menarik perhatian dan mengajaknya berkenca...