Rasa gundah.

530 130 32
                                    

Lantunan irama dari earphones memecahkan sunyinya ruang kelas, tiap lirik yang keluar seakan menyampaikan pesan tersirat. Ketenangan dan kesunyian yang sudah lama tidak Chifuyu rasakan, sebelum mengenal Baji ia sering melakukan hal ini hanya untuk merilekskan pikirannya. Menikmati jam pulang sekolah dengan duduk di lantai sambil mendengarkan musik adalah sesuatu yang tepat di saat rasa gelisah menghantui.

Akhir-akhir ini Chifuyu tidak bisa memahami dirinya sendiri, kegundahan melanda, tidak tau apa penyebabnya. Sosok Baji terus mengelilingi kepalanya, jantungnya berdegup kencang saat bersama pria itu. Apa semua ini karena Chifuyu tidak memiliki teman yang sama sepertinya ? Ketika Baji datang mengisi hidupnya, Chifuyu bisa menghargai kelebihan ataupun kekurangan yang ia miliki.

"Perasaan ini menganggu"

Chifuyu meremat dada sebelah kirinya, menunduk dan bersandar pada lututnya. Ada rasa janggal yang tidak bisa ia jelaskan, perasaan aneh yang selalu hadir saat dirinya bersama Baji. Jantungnya selalu berdegup kencang, rona merah di pipi sering muncul tatkala Baji menggoda dirinya. Semua perasaan ini bisa saja menganggu Baji suatu saat, Chifuyu sangat takut orang yang berharga baginya pergi. Dia tidak ingin perasaan semu di dalam dirinya menghancurkan masa-masa indah yang ia lalui bersama Baji.

"Masih disini ?" napas Chifuyu tercekat mengetahui seseorang yang memergokinya.

"Baji-san belum pulang ?"

Dirinya menoleh ke asal suara, Baji mengambil posisi duduk tepat di sampingnya. Menarik salah satu alat pengantar suara, kemudian meletakkan di telinganya.

"Aku menunggumu di kelas, kenapa tidak datang ?"

Lagi-lagi detak jantungnya tak bisa di kontrol, Chifuyu merutuk dalam hati semoga saja Baji tidak mendengarnya.

"Aku pikir Baji-san sudah pulang, jadi aku tidak ke kelasmu" ujarnya pelan, ia mengalihkan pandangannya berlawanan dengan Baji.

Selama ini Chifuyu selalu datang ke kelas Baji selepas pelajaran selesai, namun beberapa hari belakangan ia hanya menemukan kursi kosong dan perasaan kecewa. Lebih baik diam saja, tidak ada orangnya lebih baik menyendiri seperti dulu.

"Kau marah ?" tidak biasanya Chifuyu lesu begini, Baji jadi sedikit khawatir pada anak itu.

"Aku tidak marah"

Perilaku dan perkataannya berbanding terbalik, pasti ada sesuatu yang Chifuyu pikirkan. Apa Chifuyu benar-benar marah karena beberapa hari belakangan Baji selalu pulang lebih dulu ?

"Jika tidak marah lalu apa ? Kau tidak seperti dirimu sekarang"

Entah mengapa ucapan Baji membuatnya jengkel, tidak menjadi diri sendiri ? Memangnya Chifuyu yang Baji kenal bagaimana ?

"Sebaiknya tinggalkan aku sendiri, saat ini suasana hatiku sedang tidak bagus" sebelah alis Baji terangkat, sikap Chifuyu sangat aneh, orang yang selalu tersenyum padanya kini mengusirnya.

"Apa sesuatu terjadi padamu?" yang di tanya masih tidak menatapnya.

"Tidak ada" balasan yang sama sekali tidak di harapkan, cara bicara Chifuyu juga tidak bersahabat.

"Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi Chifuyu ?" Baji tidak menyerah, ia masih ingin mendapatkan alasan mengapa sikap Chifuyu jadi aneh.

"Aku bilang pergi sana !"

Wajah Chifuyu sangat marah, tidak pernah terjadi dalam hidupnya. Raut wajah itu sangat serius, tapi seperti ada sesuatu yang menahan Chifuyu untuk berbicara lebih.

"Kau ini kenapa ? Aku hanya memintamu untuk bercerita" Baji ikut terbawa suasana, ia tidak sengaja meninggikan nada bicaranya.

"Baji-san selalu memintaku untuk cerita semua masalah yang ku alami, tapi kau sendiri..." wajah Chifuyu merah menahan amarah.

"Kau tidak pernah menceritakan apapun padaku, lalu untuk apa aku cerita semua masalahku padamu ?"

Kenapa Chifuyu tiba-tiba membahas masalah pribadinya, apa dia benar-benar marah karena Baji menyembunyikan sesuatu dan tidak menceritakan alasan sebenarnya ?

Baji tidak mampu membalas perkataan penuh amarah dari Chifuyu, hatinya terasa sakit saat Chifuyu mengatakan itu.

"Kenapa diam saja? Harusnya Baji-san bilang sesuatu. Ini tidak adil, hanya aku sendiri yang terbawa suasana disini" mata Chifuyu berkaca-kaca, rasanya begitu jengkel, sangat menjengkelkan, Baji tidak pernah menganggapnya serius.

"Apa maksudmu ?" melihat mata indah Chifuyu yang perlahan meneteskan air mata, dirinya semakin merasa bersalah.

"Kau datang dan mengatakan semua hal keren, menyuruhku untuk lebih jujur, menerima diri sendiri. Dan sekarang... Kau pergi di saat aku terjebak di dalamnya" Baji masih tidak paham kemana arah pembicaraan Chifuyu.

"Perasaan ini membuatku kesal, kau kembali di saat aku bingung dengan perasaanku sendiri. Tidak tau bagaimana harus menyelesaikannya. Setiap kali aku bersamamu, jantungku berdegup kencang, dan perasaan aneh yang tidak bisa di jelaskan ini..."

Cup

Bibir Baji mendarat di atas bibir Chifuyu, lengannya menarik leher Chifuyu agar memperdalam kecupan mereka. Waktu seakan berhenti, ciuman pertama Chifuyu telah di renggut darinya. Iris biru itu terus memperhatikan mata Baji yang menutup, jarak keduanya sangat dekat. Pikirannya menjadi kosong, apa yang Baji lakukan sungguh di luar dugaan.

Kecupan itu di lepas, iris kuning tajam milik Baji tepat berada di depannya. Karena terlalu terkejut dengan apa yang terjadi, Chifuyu sampai lupa bernapas. Saat otaknya sudah bisa mencerna keadaan, wajahnya bagai kepiting rebus.

"Apa kau menyukaiku ?" ucapan Baji menyentil pas di hati kecilnya, Chifuyu tidak menolak ataupun membantah.

Merasa terlalu dekat, perlahan Chifuyu bergeser ke samping. Namun, tangan Baji menghalangi akses untuk lari, ia berpindah ke depan Chifuyu. Kedua tangannya di arahkan ke dinding agar orang di hadapannya tidak lari.

"Bukankah ini terlalu dekat ?" lirikan mata Chifuyu tidak fokus, ia ingin melihat kemana saja asal itu bukan Baji.

"Aku bertanya padamu" Baji semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Chifuyu.

"A-aku..." Chifuyu tidak tau bagaimana harus menjawab, semuanya terjadi terlalu tiba-tiba.

"Tidak ada gunanya" Baji melepaskan kedua tangannya, mengambil jarak sedikit menjauh dari Chifuyu.

Apa Baji marah karena Chifuyu tidak menjawabnya ? Chifuyu sangat bingung dengan perasannya sendiri.

"Tanyakan lagi pada dirimu, jangan terlalu memaksakan perasaanmu" surai terang milik Chifuyu di usap lembut, tidak lama setelahnya Baji pergi meninggalkan Chifuyu sendirian di ruang kelas.

Baji lagi-lagi tidak menjelaskan apapun, bahkan di saat dirinya kebingungan Baji meninggalkannya tanpa penjelasan. Pria itu terlalu memberikan Chifuyu harapan, bagaimana mungkin dia masuk dalam permainan rumit ini. Kenapa juga dirinya harus bimbang dengan pertanyaan Baji, semua ini karena kenyataan Chifuyu bukanlah seorang wanita. Dia takut Baji menjauh darinya, ciuman tadi mungkin hanya untuk menyenangkan dirinya. Kenapa Baji begitu misterius, tidak ada di dalam hidupnya yang lebih misterius dari pria berumur 15 tahun itu.

"Maafkan aku Baji-san"

Di luar kelas, Baji masih berdiri dengan mengepalkan lengannya. Ia merutuki dirinya yang telah melakukan hal bodoh, perkataan Chifuyu membuatnya kehilangan akal sehat. Chifuyu bahkan tidak mengatakan suka, dia terlalu percaya diri melakukan ciuman singkat tadi. Perasaan senang dan sakit secara bersaman, dia tidak ingin menyeret Chifuyu dalam hubungan asrama yang rumit. Biarlah Chifuyu mendapatkan wanita yang akan menjadi kekasihnya, bukan dirinya yang notabenya sama seperti Chifuyu. Baji tidak ingin hubungan mereka sewaktu-waktu bisa melukai hati pria kecilnya, lebih baik menyimpan perasaan ini sendirian daripada melihat Chifuyu terluka di masa depan.

"Sial, aku kelepasan. Chifuyu, berhentilah membuatku frustasi"

.

.

.

9/10/21
To be continued.

Up lgi nanggung, cuma dikit hehe

Arcane [Bajifuyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang