01

23.6K 1.1K 141
                                    

"Ma, aku gak mau dijodohin sama laki-laki itu."

"Kamu harus mau, nak. Papa nya udah baik hati nolong perusahaan papa kamu yang hampir bangkrut." ujar wanita paruh baya itu sambil memegang kedua bahu putra nya.

"Tapi.. kenapa harus dia? Maksudnya.. mama gak tahu gimana kelakuan nya di sekolah atau bahkan di luar sekolah?"

Renjun meremat rambutnya sekilas, "Dia anak nakal, dia juga gabung sama club motor, aku gak suka, ma."

"Renjun, gimanapun kamu harus mau. Keputusan kami udah bulat, dan putra rekan papa kamu itu juga udah setuju. Malam ini, dia bakal datang."

Renjun tidak tahu harus bagaimana sekarang. Mengingat sikap laki-laki itu yang sudah di luar kendali, bahkan para guru pun sudah tidak sanggup menanggapi sikap laki-laki itu di sekolah.

Tapi malamnya untung saja ternyata laki-laki itu tidak bisa datang ke rumahnya di karenakan ada urusan lain yang Renjun yakin bahwa laki-laki itu sedang mengikuti balapan.

Setelah acara menjamu tamu selesai, Renjun langsung masuk ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Dia lelah berpura-pura menerima perjodohan ini, tapi sebenarnya Renjun ingin sekali menolak perjodohan ini mentah-mentah di depan orang tua nya dan orang tua laki-laki itu.

Namun, nyali nya tidak cukup untuk itu. Lagian tidak baik juga jika tidak menuruti keinginan kedua orang tuanya itu.

.
.
.

Setelah sarapan, Renjun langsung pamit pada ibu nya karena ia akan segera pergi ke sekolah. Di depan, ia terkejut melihat seseorang yang ada di halaman rumahnya sambil duduk diatas motornya.

Renjun yakin, itu Haechan-- laki-laki yang di jodohkan dengannya. Mau apa dia kesini?

Tanpa bertanya atau berbicara sedikitpun, Renjun berjalan menjauh dari halaman rumahnya, berpura-pura tidak melihat Haechan.

"Hei!"

Renjun berbalik dan langsung menepis tangan Haechan yang menyentuh bahu nya, lalu kembali berjalan.

"Huang Renjun!" Haechan kembali mengejar Renjun dan meraih pergelangan tangan remaja itu, ia menggenggam nya cukup kuat agar Renjun tidak bisa melepaskannya lagi.

"Apa sih!? Lepas!"

Haechan menghiraukan teriakan Renjun dan menyeret remaja itu untuk mendekati motornya.

"Ish!" Renjun kembali menghempas tangan Haechan membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya dengan wajah yang sudah kesal.

"Kita berangkat bareng."

"Gak mau!"

"Nurut aja apa susahnya sih?!" suara Haechan mulai terdengar kesal di indra pendengaran Renjun.

"Kalo lo nya maksa, gue makin gak mau."

"Ini bukan kemauan gue, ini di suruh papa lo. Kalo bukan karna papa lo gue juga gak mau, masih ada orang lain yang layak gue jemput."

Mendengar itu rasanya Renjun ingin langsung menendang motor milik Haechan, apalagi mendengar kata 'layak'.

Jadi ia tidak layak? Maksudnya- jika tidak mau tidak usah memaksakan diri.

"Yaudah sih kalo lo gak mau gak usah, gue bisa berangkat sendiri!" ketus Renjun yang kembali berjalan menjauh tapi Haechan memang keras kepala, ia mengejar Renjun dan lagi mencengkram lengan remaja itu lalu menyeretnya.

"Chan- sakit!" Renjun berusaha melepaskan cengkraman Haechan tapi tidak bisa karna tenaga laki-laki itu lebih besar darinya.

"Chan! Lepas! Gue berangkat sen--" ucapan Renjun terputus saat Haechan meraih tengkuk lehernya dan mencium bibirnya.

Renjun dengan sekuat tenaga mendorong dada Haechan lalu menghirup oksigen banyak-banyak.

"Lo apaan sih!??" ucap Renjun kesal.

"Berangkat bareng atau gue ngelakuin lebih ke lo?"

Renjun menatap Haechan cukup tajam walau aslinya ia mulai merinding dengan ucapan laki-laki itu dan pada akhirnya ia menurut untuk berangkat bersama.

.
.
.

Sial, mengapa Renjun harus melihat pemandangan yang mengganggu di depannya. Dimana Haechan dan Jaemin-- kekasih Haechan sedang berpelukan, tak lupa Haechan yang memberi kecupan singkat di bibir laki-laki itu.

Padahal tadi pagi dengan kurang ajarnya Haechan mencium nya dengan bibir yang sekarang ia pakai juga untuk mencium Jaemin.

Bagaimana ya reaksi Jaemin ketika mengetahui bahwa Haechan juga menciumnya seperti itu.

Jaemin tampak melambai pada Haechan dan pergi dari sana. Renjun yang bersandar di tembok sambil melipat kedua tangannya itu menatap cuek Haechan yang menghampirinya.

"Gak ketemu pacar lo? Si Jeno?"

"Dia sibuk ngurus eskul, emang nya lo, pacaran terus. Kalo gak pacaran ya bikin ribut."

Haechan memutar bola matanya malas, "Lo mau makan apa?"

"Emang lo mau beliin?"

Haechan terdengar mendecak sebal, "Ya kalo gak mau makan tinggal bilang gak mau, lo rese juga ya kayak cewek."

Renjun jadi tidak mood lama-lama berhadapan dengan laki-laki bernama Haechan ini. Ia pun akhirnya memilih pergi tanpa berbicara sedikitpun pada Haechan.

Masa bodo sekarang dengan Haechan yang berteriak memanggil-manggil namanya, karena Renjun sudah menduga juga jika Haechan nantinya akan menyusulnya.

"Katanya gak mau makan."

"Kapan gue bilang gitu?"

Hm, betul juga. Haechan jadi kesal dengan dirinya sendiri. Haechan sebenarnya heran kenapa bisa ia di jodohkan dengan laki-laki seperti Renjun dan kenapa juga ia menerimanya.

"Gue mau pesen dulu." Renjun hendak melangkah namun Haechan menariknya. Entah apa alasannya, Haechan memeluk dirinya dan memegang kepalanya supaya bersandar di dadanya.

Jujur Renjun terkejut sampai tidak bisa bergerak sama sekali.

"Bentar dulu. Lo gak boleh liat pemandangan disana." ujar Haechan dengan matanya yang terfokus pada dua orang lelaki yang tampak romantis itu.

.
.
.










Hyuckren again

Vote & komen ^^

Matchmaking | HyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang