XI - Second Meet

386 42 6
                                    

Arraven's Town
March Evening - 1886

Chanhee terdiam.

Pikirannya sedang menjelajah entah kemana.

Si vampire manis itu sama sekali tidak menghiraukan hiruk pikuk penduduk kota yang sedang pergi berlalu-lalang disekitarnya.

Ia hanya diam dan memperhatikan, berusaha sebaik mungkin untuk berbaur diantara ratusan manusia lainnya -guna membaurkan aroma tubuhnya-.

Chanhee memang sudah hidup cukup lama sebagai vampire, jadi berdiam diri diantara para manusia yang merupakan santapan lezat baginya pun kini tidak terlalu mengusik dirinya.

Justru Chanhee menyukainya, itu membuat ia kembali teringat pada masa lalu.

Masa dimana ia masih seorang manusia biasa.

Ia rindu masa-masa itu. Berlari kesana kemari diantara rimbun bunga dandelion bersama sang sahabat saat langit membiru cerah.

Sungguh ia sangat merindukannya.

Kini Chanhee tidak dapat lagi melakukan itu semua.

Jaringan urat pembuluh darah yang terdapat di bawah lapisan tipis kulit tubuhnya akan bersinar berkilauan apabila terkena sinar matahari.

Terlebih lagi ia kini bahkan hanya tinggal seorang diri.

Tanpa keluarga yang ia begitu sayangi, ataupun sang sahabat yang begitu ia rindukan.

Begitu banyak yang Chanhee pikirkan saat ini.

Tentang masa lalu dan juga masa sekarang.

Younghoon yang semakin mendesaknya adalah salah satu masalah yang harus segera ia pikirkan jalan keluarnya.

Namun beberapa hari terakhir Chanhee melihat perubahan sikap dari sang vampire bangsawan itu.

Mata perak yang biasanya berkilau emas penuh emosi membara, kini terlihat jauh lebih jernih bahkan dibandingkan dengan kilauan bulan purnama.

Younghoon terlihat jauh lebih berbeda. Mengingatkan Chanhee pada sosok sang vampire bangsawan itu saat dulu -sebelum peristiwa tragis itu terjadi-.

Tidak ada tatapan mata penuh dendam. Tidak ada ambisi untuk membunuh di dalamnya.

Untuk sekejap Chanhee bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan tuannya itu, namun Chanhee berpikir jika mungkin saja itu adalah suatu pertanda baik.

Ia hanya berharap setidaknya di kehidupan kali ini sahabatnya dapat hidup jauh lebih lama. Tanpa kematian tragis lainnya yang harus ia derita di kehidupan yang sekarang.

"Hei?"

Sebuah tepukan ringan di bahu membuat sang vampire manis terlonjak kaget.

"Oh ternyata benar dirimu. Maaf, apa aku mengagetkanmu?" tanya Sangyeon sopan.

"Ti-tidak, aku tidak apa-apa."

Chanhee tertunduk malu sembari merutuki kebodohannya. Astaga kenapa tadi ia justru sibuk melamun hingga tidak sadar akan kedatangan si pemuda itu.

Sekarang Chanhee terjebak.

Ia takut menatap si pemilik mata onyx hitam yang sedang berdiri di hadapannya ini.

Chanhee takut.

Terlampau takut dirinya dapat tersesat di dalam onyx menawan itu hingga tidak tau lagi jalan keluar.

"Kau sendirian?"

"Hm ya begitulah," jawab Chanhee asal dengan mata yang sibuk menatap ke arah lain -kemana saja asal jangan ke sepasang onyx itu-.

[SKZ × TBZ] Mate Universe : A Story of FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang