Mata Sya menyipit ketika netranya menangkap sosok familiar. Seorang perempuan sedang menggandeng laki-laki yang umurnya Sya perkirakan tidak terpaut jauh. Perempuan itu masih lengkap dengan totebag dan pakaian yang dia lihat tadi pagi ketika sarapan. Yang menjadi pertanyaan adalah siapa laki-laki yang sekarang tengah mengusap pipi perempuan itu?
"Nanti aku pinjemin catatan semester ini sama kisi-kisi ujian semester lalu deh. Ba...ik--" Kalimat Ara memelan dan terjeda di akhir saat sepasang mata Sya tidak lagi fokus terhadapnya.
Perempuan yang duduk tepat di seberang Sya itu menoleh perlahan mengikuti arah pandangan sahabatnya. Ara melipat dahinya.
"Siapa sih, Sya?" tanya Ara sembari menoleh kembali ke Sya. "Kenal?"
Sya memutus pandangannya dan menggeleng. "Bukan siapa-siapa," katanya sembari mengaduk minumannya.
Ara mengangguk dan mulai menyuap makan siangnya lagi sembari bercerita. Sementara itu, Sya sesekali mencuri pandang ke arah perempuan yang kini tengah tertawa lepas dengan seseorang di sampingnya. Mungkinkah mereka sepasang kekasih?
Pertanyaan itu berputar di kepala Sya hingga pertemuannya dengan Ara berakhir akibat sahabatnya itu harus kembali ke kampus karena masih ada kelas. Sementara itu, Sya kembali ke rumah dengan pikiran yang masih bertanya-tanya.
Sesampainya di rumah, Sya memarkirkan motornya dan lekas masuk ke dalam rumah menuju kamar tidak lupa sekilas menyapa ibu mertuanya yang sedang menonton televisi. Meskipun Awan melarang dirinya untuk mengendarai sepeda motor, Sya tidak mematuhi hal tersebut. Dia tidak bisa bergantung kepada orang lain dan mendapat suara pedas dari ibu mertuanya.
Setelah membersihkan diri, Sya membantu Bibi. Apapun yang bisa Sya lakukan, perempuan itu akan lakukan untuk menunggu suaminya pulang. Tadi pagi suaminya mengatakan bahwa akan pulang lebih awal.
"Mba Sya belum masuk kuliah?" tanya Bibi yang sedang mencuci piring.
Sya yang sedang memotong semangka untuk stok buah potong di dalam kulkas menoleh sekilas sebelum kembali sibuk dengan pisau dan buah semangka. "Bulan depan, Bi."
"Bibi seneng Mba Sya kuliah lagi," kata Bibi lagi membuat Sya menghentikan gerakan pisaunya.
"Mba Sya jadi punya kesibukan dan nggak di rumah terus," lanjut Bibi. Sya memandang semangka di hadapannya.
Bibi yang sudah selesai mencuci piring sedang mengeringkan tangannya dan mengambil beberapa kotak yang biasa digunakan untuk tempat buah-buah yang sudah di potong. Wanita itu berjalan menghampiri Sya yang masih diam.
"Jadi, berkurang sakit hatinya sama omongan Ibu," ujar wanita itu ketika sudah duduk di samping Sya.
Sya menoleh dengan ekspresi tanda tanya membuat Bibi tersenyum.
"Bibi yang denger aja sakit hati kok, Mba. Apalagi Mba Sya yang setiap hari diomongin kayak gitu." Bibi mengusap bahu Sya pelan. "Sabar ya, Mba. Berdoa terus semoga Allah melembutkan hati Ibu."
Sya mengangguk. "Sya udah kebal kok, Bi. Nggak bisa marah atau lebih tepatnya nggak boleh marah." Sya menjeda kalimatnya. Sya memang harus tahu diri, Bi," ujar Sya disusul helaan nafas lelah. Tangannya kembali mengiris semangka.
Sya kadang takut bahwa semua ini hanya bom waktu yang menunggu meledak. Entah dia atau ibu mertuanya yang meledak hingga akhirnya menyerah. Menyerah menerima dengan lapang dada atau dengan terpaksa. Menyerah menetap atau melepas. Sampai sekarang pernikahannya sudah hampir satu tahun, Ibu mertuanya belum menerima kehadirannya.
Bahkan, mereka tidak pernah duduk bersama untuk berbagi cerita. Paling-paling setiap bulan Heni akan mendatanginya dan bertanya "Sudah haid atau belum?" dan kalau jawab Sya "Sudah, Bu." atau "Sedang, Bu." tanggapan umum beliau adalah "Kapan hamilnya?" Jawaban berupa pertanyaan itu akan berubah ketika Heni tepat bertanya saat Sya sedang terlambat dari tanggal seharusnya menjadi "Coba dilihat bertahan sampai kapan terlambat haidnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓
SpirituellesJudul awal: CAHAYA SEORANG IMAM/CAHAYA UNTUK SYA 🔥🔥Plagiat Artinya Mencuri dan Mencuri Itu Dosa 🔥🔥 Shalihah, taat, hafizah, cantik bukan hanya rupa tapi juga akhlaknya adalah sederet kriteria perempuan yang seluruh laki-laki di dunia ini sepakat...