Epilog

9.4K 704 193
                                    

Ada banyak hal di dunia yang tidak cukup diterka dengan logika. Ada banyak hal yang tak tergapai kuasa manusia. Banyak rencana yang tetap berakhir sebagai rencana hingga perlahan menemui titik lupa, tetapi banyak pula yang terjadi tanpa ada sebuah rencana.  Begitulah semesta yang digerakkan oleh Dia, Maha membolak-balikkan hati hamba-Nya.

Perasaan yang terasa ringan setiap membuka mata hingga kembali terpejam adalah bagian syukur sebab tidak ada bagian dari dunia yang membebani jiwa. Perjalanan yang terasa ringan mungkin juga sebab beratnya perjalanan yang berhasil menjadi bagian masa lalu.

Seorang perempuan menoleh dan menunduk saat dia merasa sesuatu memperhatikannya.  Siku yang tertidur di atas meja menyentuh lengan seseorang di sampingnya.

"Abang, kucingnya ngeliatin Sya," ujar perempuan itu tanpa memutus tatapannya pada kucing yang berada di samping meja dan mendongak ke arahnya.

Laki-laki yang sedang menikmati es kelapa di sampingnya menoleh dan mengikuti arah pandangan istrinya. Dilihatnya kucing itu duduk dengan kaki belakang menekuk sedangkan kaki depannya tegak seakan duduk memandangi istrinya. Tangan laki-laki itu merangkul bahu perempuan di sampingnya hingga membuat perempuan itu menoleh, tetapi mata laki-laki di sampingnya masih mengarah pada kucing tersebut.

"Ngeliatinnya biasa aja, Meng. Istri Lingga emang cantik nggak ada obat," ujar laki-laki itu dengan nada serius membuat perempuan di sampingnya terkekeh. "Husssst sana!" lanjutnya sambil mengulurkan tangan berniat mengusir kucing yang masih menatap keduanya tanpa mengubah posisi.

Perempuan yang tidak lain adalah Sya itu memandangi wajah laki-laki yang merupakan suaminya.

"Abang nggak bosen bilang Sya cantik?" tanya perempuan itu. Kedua alisnya terangkat.

Lingga menggeleng dan kembali fokus kepada es kelapanya. Tangannya memutar sendok dan meraih daging kelapa yang lembut, lalu menyuapnya ke dalam mulut.

"Padahal Sya gendut lho," kata Sya melipat bibirnya.

Terdengar suara laki-laki di sebelahnya itu tertawa. Telunjuk tangannya berpindah dari sendok ke pipi istrinya. Ditusuk-tusuknya pelan pipi tembam perempuan yang sedang melipat bibir kesal.

"Tak peduli berapakah berat badanmu nanti. Kau tetap yang ter-muah di hati," kata Lingga menyanyikan salah satu lagu milik Sheila on Seven. Nada suara Lingga yang jauh dari kata merdu dan lebih tepat merusak nada lagu membuat Sya tertawa.

"Bakat terpendam Abang memang harus terus dipendam," kata Sya disusul pekikan. "Aaaaaaaaaaa! Sakit ish!"

Perempuan itu mengusap pipinya yang dicubit gemas suaminya. Lingga tersenyum dan menarik tangani istrinya itu dan mengusap pipi Sya menggantikan kegemasannya.

"Maaf, Sayang."

Sya mengangguk. Perempuan itu tidak bisa marah kepada manusia yang sudah kembali sibuk mengeruk-ngeruk daging kelapa dengan sendok.

"Kangen nggak ke sini?" tanya Lingga sambil menyerahkan kelapa yang sudah selesai Lingga pisahkan dari batoknya ke depan istrinya. Laki-laki itu meraih kelapanya sendiri dan mengulang kegiatannya memisahkan daging kelapa dari batoknya.

Sya mengaduk air kelapa dan menyendok hasil jeri payah suaminya sambil mengedarkan pandangannya.

"Kangen banget, tapi Sya lebih suka Semarang. Abang suka mana?" tanya Sya menoleh kepada suaminya.

"Mana ajalah, yang penting sama kamu."

Sya bergidik. "Abang sehat kan?" tanya perempuan itu sambil meletakkan punggung tangan kanannya di atas kening Lingga yang menatap aneh istrinya.

MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang