30. Adakah Surga?

4K 515 246
                                    

Dengerin lagunya deh. Sya banget.

***

Mas Awan
Sya, Mas nggak bisa jemput kamu. Mobil Shima mogok di jalan. Kamu pulang naik taksi online aja ya, Pak Amin belum pulang anter Ibu nyekar Bapak. Hati-hati ya.

Sya mematikan ponselnya tanpa membalas pesan dari Awan. Sudah hampir satu jam Sya menunggu di depan perpustakaan daerah, tetapi kegiatannya ternyata sia-sia. Seharusnya dia tidak keluar sebelum Awan benar-benar sudah sampai menjemputnya. Atau seharusnya dia menolak tawaran suaminya tadi pagi untuk mengantarnya mencari referensi.

Dengan menghembuskan nafas kasar, Sya bangkit dan berjalan hendak mencari angkutan umum yang bisa mengantarkan dia ke rumah. Namun, saat Sya baru saja sampai di area masuk halaman perpusda, sebuah mobil berhenti tepat di depan Sya.

Perempuan itu melipat dahinya dengan mata melihat ke sekitar yang memang tidak terdapat orang lain selain dirinya. Sekarang memang baru lewat tengah hari dan Jogja sedang panas-panasnya. Tentu saja, berdiri di pinggir jalan bukan sebuah pilihan yang tepat.

Sya melebarkan matanya saat kaca mobil bagian penumpang perlahan turun dan menampilkan seseorang yang tersenyum ke arahnya dengan lambaian tangan.

"Sya!"

"Kak Ruhi!"

Rasa kesal Sya menguap begitu saja saat melihat Ruhi di hadapannya. Perempuan itu lekas membuka pintu mobil dan bergerak mendekat menghampiri Sya. Dua orang itu saling memeluk erat.

"Lama banget nggak ketemu! Gimana kabar kamu, Sya?" tanya Ruhi setelah mengurai pelukan dengan tangan yang masih berada di masing-masing lengan Sya.

"Alhamdulillah, Kak. Kak Ruhi sibuk banget ya? Kata Bunda repot ngurus pernikahan?"

Ruhi mengangguk semangat. "Iya. Pusing banget ternyata ya ngurus nikahan," keluhnya sambil menampilkan ekspresi kesal. Namun, sesat kemudian dia kembali ceria. "Nanti kamu harus dateng ya? Wajib pokoknya."

Sya mengangguk. "Insyaallah. Kakak mau ke mana?" tanya Sya. Dia cukup terkejut bisa bertemu dengan Ruhi di tempat itu tanpa sengaja.

"Mau ke panti."

"Panti?" tanya Sya membeo.

Ruhi mengangguk. "Kakak ada pendampingan rutin ke salah satu panti. Nah, ini mau ke sana. Mau ikut?" ajak Ruhi dengan mata berbinar.

Tanpa menunggu dan berpikir terlebih dahulu, Sya mengangguk setuju. Akhirnya Sya dan Ruhi pergi bersama. Selama perjalanan, Ruhi menceritakan bagaimana persiapan pernikahan yang sudah dinantikan beberapa tahun ini. Terlebih lagi, laki-laki yang menjadi pilihan Ruhi adalah laki-laki yang sudah membangun komitmen bersamanya sejak bertahun-tahun lalu.

Jika dilihat, memang Ruhi sangat siap menikah. Usianya sudah matang, pekerjaan yang sudah mapan, dan tentu ilmunya tidak perlu diragukan. Meskipun demikian, tetapi saja ada hal-hal yang membuatnya dan calon suaminya baru bisa melakukannya sekarang.

"Menentukan suami itu bukan hal yang mudah, Sya."

Sya mengiyakan. Tentu saja bukan hal yang mudah sebab salah memilih suami artinya salah memilih pemimpin dan nahkoda. Kesalahan yang akan membuat pernikahan tidak berjalan ke tujuan yang harusnya.

"Kita menikah bukan hanya di hari pernikahan saja, tetapi ada perjalanan panjang setelah itu," kata Ruhi menoleh singkat ke arah Sya yang duduk di sampingnya.

"Namun, sayangnya sekarang banyak orang yang terjebak dalam sebuah hubungan yang penuh racun. Mirisnya, mereka bertahan hanya karena takut akan masa depan."

MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang