MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓

33. Hanya Sebuah Penerimaan

Rasanya runtuh dan dunia terbalik. Tidak ada yang dapat Awan dan Shima pikirkan. Sepasang suami itu terdiam kehilangan suaranya. Begitupun Elang yang mencengkeram stir mobil milik Awan dengan erat. Kakinya bahkan tidak bisa menginjak pedal gas dengan benar.

Setelah teriakan Awan yang hampir membuat mobil tersebut mengalami kecelakaan, Elang mencoba untuk bersikap tenang. Laki-laki itu mengambil ponsel sahabatnya yang sudah terjatuh begitu saja dan membaca berulang kali dokumen yang dikirim oleh pihak rumah sakit. Tubuh Elang lemas seketika saat apa yang baru saja dia dengar dari sahabatnya adalah sebuah kebenaran.

Azoospermia

Sebuah kemandulan yang dialami laki-laki karena tidak adanya sperma di dalam air mani. Hal tersebut tentu adalah bencana besar bagi seorang laki-laki karena artinya dia tidak dapat memberikan keturunan.

Elang tidak sanggup memperhatikan keadaan Shima dan Awan yang bersandar tidak berdaya di belakangnya dengan tatapan kosong. Mobil itu hening. Tidak ada lagi suara isakan ataupun raungan. Awan menoleh ke jendela begitupun Shima. Mereka saling diam atas keterkejutan yang terjadi.

Elang percaya jika Allah telah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sekecil apapun dan sesingkat apapun di dunia ini tidak terlewat dari pengawasan-Nya. Hanya butuh satu detik semua bisa berbalik tanpa diduga. Bahkan, Elang pun sulit mencerna apapun yang sedang terjadi.

Satu bulan lalu, Sya tiba-tiba menghubunginya dan minta dikenalkan dengan pengacara yang dapat membantunya untuk mengambil sebuah keputusan yang awalnya membuat Elang terperangah. Dia tidak menyangka Sya berani mengambil keputusan untuk mengajukan gugatan cerai untuk Awan, sahabatnya. Satu bulan ini, semua berjalan dalam kediaman. Elang tidak sedikitpun memberi tahu Awan. Bukan dia jahat atau tidak berperasaan hingga mendukung sesuatu yang dibenci Allah, melainkan Elang pikir itu yang terbaik sebab dia tahu sendiri bahwa sulit bagi Awan untuk berjalan dengan seimbang.

Keputusan Sya untuk mundur sangat bisa dimaklumi, terlebih lagi perempuan itu menganggap bahwa formasi yang benar memang Awan dan Shima, tanpa dirinya di antara mereka. Namun, Elang sungguh tidak habis pikir bahwa apa yang dilakukan Awan jauh lebih jahat daripada yang mungkin sempat terlintas di pikirannya. Ucapan yang keluar dari mulut Sya ketika di stasiun tadi membuat ubun-ubun Elang rasanya berdesis menahan amarah. Bagaimana bisa sahabatnya melakukan hal kejam seperti itu kepada istrinya sendiri?

Belum selesai otaknya mencerna, Elang sudah harus menerima kabar bahwa Awan mengalami kemandulan. Seakan semua dibayar lunas kesakitan yang dirasakan oleh Sya saat itu juga. Bagaimana pun Awan telah melukai hati seorang istri yang doanya mudah menyentuh langit. Entah apa yang perempuan itu pernah doakan hingga semua terasa berbalik dengan mudah.

Elang akhirnya berhasil menghentikan mobil Awan di halaman rumah berlantai dua yang sudah berdiri sejak bertahun-tahun lalu. Laki-laki yang kedua tangannya masih tertahan di stir itu menghela nafas dan menoleh ke belakang. Matanya melihat Awan dan Shima yang masih di posisi sama seperti tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di tujuan dengan keadaan selamat. Meskipun itu hasil dari Elang yang bersusah payah untuk fokus sampai ke rumah bukan ke akhirat.

"Kita udah sampai," ujar Elang setelah terdiam beberapa saat.

Shima menegakkan tubuhnya, tangannya mengusap kedua pipinya yang masih basah. Perempuan itu membawa tasnya yang tergantung di bahu kanan dan melangkah meninggalkan mobil tanpa suara.

Elang menoleh ke arah Awan yang masih di tempat yang sama.

"Tenang dulu, Wan. Lo perlu istirahat buat mikirin ini semua."

Awan mengarahkan pandangannya kepada Elang. Tatapan datar tidak ada emosi ataupun ekspresi. Dan tanpa mengatakan apapun, laki-laki itu membuka pintu mobil dan berjalan gontai melangkah masuk ke dalam rumah.