24. Di Depan Mata

2.7K 419 113
                                    

Setelah kejadian semalam, Sya terlelap kelelahan. Tidak ada yang dia bicarakan kepada Alma. Setidaknya, wanita itu memberi telinga untuk menemani Sya menangis sendirian. Pagi ini, Sya sedang mencetak tugas untuk dititipkan kepada temannya. Sembari menunggu mesin print melakukan tugasnya, Sya mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan dari Awan yang dikirim laki-laki itu semalam dan pagi tadi.

Mas Awan
Udah sampai rumah Sya?

Udah tidur?

Ke rumah sakit jam berapa Sya?

Sya yang baru sempat membuka ponselnya mengetik balasan untuk suaminya itu dengan tanpa lupa menyertakan permintaan maaf karena semalam tidak membuka pesannya.

Perempuan itu meletakkan ponselnya dan merapikan kertas yang sudah selesai dicetak. Setelah memastikan dengan membaca isinya sekilas, Sya meraih stapler dan membuat lembaran kertas itu menyatu.

"Mba Sya, Pak Amin udah di depan!"

Sya segera memasukkan sebundel tugas tersebut ke dalam totebag putihnya dan tidak lupa meraih ponselnya. Dia menuruni tangga dan disambut oleh Bibi yang sudah siap menyerahkan setumpuk tempat makan berisi makan siang. Orang-orang di rumah sakit pasti sudah sarapan. Selain itu, Sya akan cukup lama di kampus karena harus bertemu dengan Ara yang mencarinya beberapa hari ini.

"Sya ke rumah sakit dulu ya, Bi. Tapi mampir ke kampus dulu," pamit Sya yang diangguki oleh Bi Parti.

Perempuan itu lekas masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkannya ke kampus. Matanya sibuk membaca pesan yang beruntun di dalam grup kelas. Ada beberapa ujian yang akan dilakukan pekan depan dan beberapa hari ke depan pun Sya tidak bisa membolos karena ada beberapa presentasi yang mesti dilakukan. Terlebih lagi presentasi kelompok.

Sya meminta Pak Amin untuk menunggu di parkiran. Perempuan itu berjalan menuju fakultas dan langsung naik ke lantai lima tempat kelasnya berada. Sebenarnya kelasnya akan dimulai satu jam lagi, tetapi karena Sya tidak akan masuk kelas jadi dia meminta janjian kepada salah satu temannya yang lumayan dapat dipercaya untuk menitipkan tugasnya.

"Kak Sya!" Seseorang yang sedang duduk di bangku tunggu depan deretan kelas melambai ke arah Sya yang terlihat mengedarkan pandangannya.

Sya lekas mendekati perempuan bermata sipit sebab kentalnya darah salah satu etnis.

"Sorry ya ngajak janjiannya jam segini," kata Sya sambil membuka totebagnya dan mengeluarkan sebundel kertas dari sana. Perempuan itu menyerahkan kepada Rasikha yang biasa dipanggil Caca.

"Nggak apa-apa, Kak. Santai aja," kata gadis dengan kulit putih dan rambut tergerai sepunggung itu. "Kakak udah dapet jadwal ujian dan presentasi kan?" tanyanya sambil menerima uluran kertas dari Sya.

Sya mengangguk. "Besok aku masuk seperti biasa, InsyaAllah," terang Sya yang dibalas senyuman dari Caca. Perempuan itu merogoh lagi totebagnya dan mengulurkan sebuah kotak makan dari merek yang cukup terkenal.

Caca yang berdiri di hadapan Sya melipat dahinya. "Buat Caca?" tanya gadis itu. Sya mengangguk. "Buat sarapan."

Ada binar yang Sya lihat di sepasang mata gadis itu. Dengan senyum lebar dia menerima kotak itu dan memeluknya. "Thanks Kak Sya. Padahal nanti baru mau nyari sarapan ke kantin," katanya sambil menyengir.

"SYA!" panggil seseorang yang membuat Sya dan Caca menoleh ke sumber suara.

Perempuan dengan rok hitam dan kemeja denim juga pasmina syar'i melambai sambil berlari kecil ke arah Sya. Caca melipat dahinya lagi seakan bertanya siapakah sosok manusia itu.

MENGIBA CINTA DALAM SATU SURGA(SELESAI)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang