Vote dulu bestie❤️
..
"Bajuku mana Wi?" Dwi yang baru muncul dari ambang pintu, mengerjapkan matanya bingung. Dia baru tiba di kamar, langsung dihadapkan dengan penampakan seorang Akbar yang mengenakan jubah mandi atau kimono, rambutnya yang baru dicukur seminggu lalu masih tampak basah.
Dwi bergerak membuka lemari yang kini berjejer pakaiannya dengan baju-baju milik pria dibelakangnya. Ia mengangsurkan polo berwarna abu dan celana pendek selutut, lengkap dengan bokser yang sempat membuatnya ragu untuk mengambilnya serta. Tapi dengan cepat ia usir pikiran huru hara yang mengganggu itu.
Saat berbalik untuk mengangsurkan setelan yang telah ia ambil, Dwi menangkap ekspresi Akbar yang menyeringai.
"Kenapa?" Ditanya demikian, Akbar hanya diam. Tapi gerakan tangannya yang melepas tali kimono itu membuat Dwi panik bukan kepalang.
Dwi reflek menjerit heboh. "Akbar!?!" Suaranya cukup membuat kuping Akbar yang berdiri didekat perempuan itu berdenging.
"Kamu nggak ada malunya ganti di depanku hah?!" Dwi lekas membelakangi Akbar. Penampakan dada bidang tanpa bulu terus berputar di kepalanya saat ia tak sengaja melihatnya tadi. Nafasnya bahkan memburu, pipi beserta kuping yang tersemat anting emas pemberian ibu mertuanya juga pasti memerah. Malu.
Untungnya cuma dada yang sempat Dwi lihat. Belum yang lainnya. Bisa pingsan dia.
"Ngapain malu naked depan istri sendiri? Nggak ada hukumnya Wi. Kamu harus terbiasa ngeliat aku BAB sekalipun." Ujar Akbar santai. Tepat setelah mengatakan itu Akbar mulai memakai satu persatu pakaiannya, gerakannya santai seperti tak ada makhluk lain yang setengah mati menahan diri untuk tidak membuka kedua matanya yang terpejam.
"Udah nih." Akbar meletakkan kimononya di gantungan dekat kamar mandi. Satu kebiasaan yang diam-diam Dwi syukuri, karena Akbar juga sama seperti dirinya yang menyukai kerapihan. Bahkan mungkin standar rapi menurut Akbar jauh diatas dirinya, rapi versi Dwi belum tentu versi Akbar.
Dwi bergegas membawa dirinya kedalam kamar mandi. Tubuhnya perlu disiram air dingin agar isi kepalanya kembali jernih. Akbar yang melihat kegugupan diantara wajah datar istrinya hanya bisa menahan senyum gelinya. Ia tau betul gelagat teman yang sejak kemarin lusa telah resmi menyandang gelar sebagai istri Akbar Harris Maulana.
Dwi keluar setengah jam kemudian dengan terusan berwarna maroon. Usai menikah, Dwi selalu mengingatkan dirinya untuk membawa serta baju ganti ketika ia mandi. Karena sekarang kamarnya bukan lagi sepenuhnya milik dirinya sendiri. Melainkan ada penghuni baru yang turut berkuasa atas kamarnya, yang bisa keluar masuk sesuka hati tanpa perlu izin darinya.
Dwi duduk di depan meja rias yang telah mengalami sedikit perubahan akibat keberadaan skincare beserta botol-botol parfum milik Akbar. Diam-diam pria itu, memiliki rangkaian perawatan dari pembersih muka sampai pelembab. Dwi sungguhan tidak menduga Akbar begitu telaten merawat kulit wajahnya. Pantas saja kulit wajah Akbar tampak bersih, meski tidak lebih bersih dan cerah dibanding kulit Dwi. Tapi untuk ukuran pria, Akbar memiliki kulit wajah yang cukup membuat kaumnya insecure. Nggak ganteng-ganteng amat menurut Dwi, hanya bersih, cerah juga anti komedo karena Akbar merawatnya sedemikian rupa.
"Kamu mau sarapan apa Bar?" Tanya Dwi sambil melarikan pandangan pada Akbar yang duduk menyender di atas ranjang. Akbar tampak serius menekuri ponsel pintar ditangannya.
"Mas. Panggil aku Mas, Wi." Dwi kira Akbar tak mendengar suaranya sebab pria itu tak kunjung menjawab tanyanya.
"Kenapa sih ngotot banget kupanggil Mas? Toh sama aja kan, sama-sama manggil kamu intinya." Dwi membenarkan letak cincin emas yang tersemat di jari manis sebelah kanannya. Cincin yang bertuliskan nama Akbar didalamnya beserta tanggal dimana pria itu mengucap janji atas dirinya dihadapan Tuhan. Hari dimana Dwi resmi menjadi tanggung jawab Akbar sepenuhnya. Hari dimana Dwi resmi menyandang gelar nyonya Akbar Harris Maulana, boss kedai Mi Ayam level yang depotnya sudah tersebar di sekabupaten raya. Si mas-mas pejabat Desa yang terkenal ganteng plus ramah seantero kecamatan.
Akbar menjawil lengan Dwi, berusaha mengembalikan kesadaran istrinya yang melamun.
"Apa sih?!" Sewot Dwi galak menemukan keberadaan Akbar disisinya. "Turuti perintahku, kalau kamu masih mau masuk surga."
Dwi berdecak. Kesannya Akbar ini sudah jadi manusia paling taat sedunia. Padahal ia yakin iman Akbar tidak lebih tebal dibanding dirinya.
..
Dwi Senjani Ningrum, anak tunggal meski dalam namanya terselip Dwi yang dalam bahasa sansekerta berarti dua. Identiknya nama itu terselip pada seorang yang lahir setelah anak pertama. Namun Dwi berbeda. Ia anak pertama, sekaligus anak terakhir, alias anak tunggal. Seringkali orang menduga kalau Dwi memiliki kakak atau saudara kandung. Nyatanya Dwi adalah anak tunggal dari pasangan Renjani Hadinoto Ningrum dan Prasaja Hadinoto.
Suara tawa membuat Dwi tersentak dari lamunannya. Akbar dan sang Ayah tengah bermain dengan Acel, anak sepupu Dwi, di gazebo yang berada di taman kecil belakang rumahnya, tak heran bila ia mendengar samar-samar obrolan keduanya karena jarak dapur dengan taman hanya beberapa meter saja. Apalagi suara tawa Akbar yang tidak bisa tidak keras.
"Wi kentangnya di uleg lho, jangan liatin suamimu terus. Nanti, di kamar berdua baru bisa kamu pandang sepuasmu." Dwi melirik sekilas, lalu mengerucutkan bibirnya. Sejak kapan ibundanya pandai menggoda begini?
"Aku nggak lagi liatin Akbar Bun." Balasnya singkat. Setelah halus, Dwi mencampurkan sebutir telur, garam, gula dan racikan bumbu perkedel yang telah ia blender, kedalam adonan kentang yang telah ia haluskan. Lalu memberinya sedikit tepung agar teksturnya padat.
Karena Akbar tidak request masakan apapun, akhirnya Dwi memilih memasak dengan bahan yang tersedia di kulkas saja.
Dwi bukan wanita yang pandai mengolah bahan masakan. Dia tau bumbu dapur kok, bisa menumis, membuat rendang, gorengan, tapi ya rasanya pas-pasan menurut lidahnya. Belum sepadan dengan hasil olahan ibundanya. Atau mungkin pendapat mengenai masakan ibu adalah masakan paling enak sedunia, tidak tertandingi, dan bercita rasa istimewa itu benar adanya.
Tumis buncis, perkedel kentang, oseng tahu baso, dan mi telur terhidang di meja. Dwi tersenyum puas melihat hasil masakannya pagi ini. Ia segera mengambil tempat, belum juga pantatnya menyentuh permukaan kursi, seruan ibundanya membuat Dwi mau tak mau mengurungkan niatnya untuk mendahului sarapan. "Ibun aja deh yang panggil mereka, aku dari tadi sibuk depan kompor lho, ibun enak-enakan duduk di sofa empuk nonton gosip." Dwi membuat penawaran.
"Panggil suamimu Wi, nggak usah pake alesan ini itu. Tinggal jalan berapa langkah doang kok, berat banget!" Dwi cemberut. Kakinya melangkah lunglai menemui Ayah beserta sang mantu yang tengah bermain catur.
"Yah, sarapan dulu." Dwi berdiri tak jauh dari gazebo yang letaknya persis diujung taman, bangunan yang terbuat dari bambu itu sengaja dibuat menempel pada pagar tembok setinggi dua meter.
Dwi sadar lirikkan sang Ayah yang ditujukan pada Akbar. Seolah Ayahnya tengah menegur ia yang tidak mengajak serta suami sekaligus mantu kesayangannya. "Mas, mau ikut sarapan sekarang atau nanti?" Dwi mengigit bibirnya, tak biasa memanggil Akbar dengan sebutan itu. Apalagi saat matanya tak sengaja menangkap raut geli sang Ayah. Dwi makin salting. Astaga!
Tidak mau membuat air muka istrinya tambah memerah, sekuat tenaga, Akbar menyembunyikan senyum sumringahnya. Aih, kalau ternyata menikahi teman kecilnya yang juga sahabatnya itu bisa semenyenangkan ini, Akbar sedikit menyesal kenapa baru sekarang menjadikan Dwi istrinya?
Bersambung
..
Bismillahirrahmanirrahim post bab 1 di tanggal 12-10-21 ❤️
Terimakasih banyak sudah mampir ke lapak baru ini, masih anget, baru selesai revisi wkwk
Vote dan komennya jangan lupa Yaps!
Oh iya share ke temen-temen lainnya juga ya bestie ❤️biar makin rame disini🤗.
.
Sampai jumpa di bab depan.Salam Sayang Penajanuari ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
RomanceIni adalah kisah kedua sahabat kecil yang kini menjadi sepasang suami istri. Dari teman bermain menjadi teman seumur hidup. ... Baca selagi Ongoing! ... DISCLAIMER! Cerita rate dewasa. Bijak dalam memilih bacaan ya.