15. "Hallo Mama!"

5.6K 584 30
                                    

Dwi merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku akibat terlalu lama menunduk. Sekarang ini dia tengah berkutat dengan laporan keuangan mingguan dari kelima depot mi ayam. Akbar tidak menemaninya karena laki-laki itu tengah dinas luar yang mengharuskannya menginap di Yogyakarta selama dua hari dua malam. Adalah kali pertama sepanjang dua bulan masa pernikahan mereka harus berpisah selama itu.

Dwi sih tidak masalah sama sekali. Malah dirinya memanfaatkan ketiadaan Akbar dengan hangout bersama temannya sore nanti. Tapi sebelum itu dirinya harus ngedon seharian di ruang kerja Akbar. Dwi harus mengurus segala yang berkaitan dengan kedai, termasuk merekap gaji para pegawainya yang bila ditotal ada 23 orang.

Biasanya ada Adrian, sepupu Akbar yang bertanggung jawab atas administrasi dan segala macamnya. Namun Adrian kini tengah mempersiapkan pernikahannya yang akan digelar kurang dari dua Minggu lagi. Jadilah Dwi yang harus turun tangan menggantikan sepupu iparnya itu.

Dwi menaikan suhu pendingin ruangan sambil melemaskan punggungnya, lalu mencomot donat kentang yang tersisa dua buah. Pandangannya mengedar seisi ruang berukuran 3x3 meter itu. Ada bingkai figura besar berisikan foto dirinya dan Akbar tengah saling pandang dalam balutan busana adat jawa, terpanjang memenuhi salah satu sisi dinding bercat hijau Sage itu.

Dwi menopang dagu dengan mulut yang sibuk mengunyah donat meses terakhirnya. Potret itu diambil di studio foto milik salah seorang teman Akbar dengan embel-embel prewed gratis sebagai hadiah pernikahan. Hampir seharian penuh mereka berdua melakukan pemotretan dengan tiga konsep berbeda. Meskipun pada awalnya Dwi menolak ide untuk prewedding session tapi pada akhirnya luluh juga setelah bujuk rayu dari mulut manis calon suaminya kala itu.

Dan, diantara ratusan foto yang diambil tepat seminggu jelang hari perkawinannya itu, pose ini yang katanya paling disukai Akbar. Saking sukanya, nyaris semua sosial media yang Akbar punyai menggunakan foto tersebut sebagai profilnya.

Puas bernostalgia, Dwi kembali menekuni absensi kehadiran para pegawainya untuk ia tentukan berapa nominal uang yang diperoleh. Lalu setelah itu menempatkannya ke dalam amplop yang ia labeli satu persatu nama mereka. Lumayan njlimet tapi Dwi senang melakukannya.

Getar ponsel disusul dering lagu Yura Yunita mengalihkan perhatiannya. Bak punya ikatan batin yang kuat, si pria yang baru saja berseliweran memenuhi isi kepala sang dara langsung memunculkan eksistensinya.

Akbar iş calling

Berbeda dengan Akbar yang merubah nama kontaknya dengan 'Istriku', Dwi berlaku sebaliknya dengan memilih tidak merubahnya sama sekali. Belum ada niatan sedikitpun merubah id caller pria itu dengan embel-embel Mas, suamiku, hubby ataupun penamaan manis lainnya. Dwi pikir, yang paling penting adalah kedudukan pria itu di hatinya. Tapi, kalau Akbar tau mengenai hal ini sih Dwi yakin suaminya itu akan misuh-misuh dan langsung menggantinya sendiri.

"Kamu lagi apa sih? Lama banget angkatnya," Bukan kesal, tapi Akbar justru khawatir dengan istrinya yang kini di rumah seorang diri. Apalagi seminggu terakhir ini Dwi sering mengeluh pusing padanya. Belum tau penyebab pastinya apa karena Dwi tidak mau memeriksakan diri. Yang mana membuat Akbar sempat merasa ingin menyeret tubuh ramping itu ke rumah sakit saking gemasnya dengan kekeraskepalaan sang istri.

Dan sekarang ketika mereka tengah berjauhan begini, kekhawatirannya jelas meningkat berkali lipat. Tidak tega sebenarnya meninggalkan Dwi dalam kondisi demikian dan seorang diri, tapi perempuan berkepala batu itu memilih tetap dirumahnya seorang diri.

"Aku diruang kerjamu, rekap gaji anak-anak." Dwi menjangkau holder di sudut meja, lalu menyelipkan handphone diantara dua sisinya ketika Akbar mengubah menjadi panggilan video.

"Udah sampai hotel ya?"

"Udah, ini lagi nunggu makan siang, kamu udah makan?"

"Belum, tapi udah kenyang nyemilin donat."

Our Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang