Vote dulu yuk ❤️
••
"Bibir aku aman wi?" Dwi yang masih terkaget-kaget akibat serangan dadakan dari manusia paling tidak bisa ia duga tingkahnya, melirik ke arah kanan dimana Akbar tengah memasang seat belt, bersiap meninggalkan halaman minimarket.
Ditengah kekagetannya, juga pening yang mendadak melanda sisi kepalanya, Dwi bergerak mengambil tisu basah dari dalam tote bag lalu mengangsurkannya pada pria itu. Dia masih punya jiwa seorang istri yang baik, meski hatinya diliputi kejengkelan atas perilaku Akbar yang main sosor, tak tau tempat. Memang halal mereka melakukannya, namun tetap saja halaman minimarket bukan tempat yang pantas untuk kemudian mereka berbagi kecupan. Andai Dwi tega, ia pasti sudah menjambak rambut suaminya demi melepaskan kekesalannya.
"Bantuin dong." Akbar berujar kalem. Kedua iris Dwi menyipit, ia menelisik raut wajah suaminya, barangkali Akbar tengah memasang jebakan lagi padanya. Tentu saja Dwi tidak mau kecolongan lagi.
"Beneran wi, aku sambil nyetir ini, udah siang lho. Mesra-mesraannya nanti di rumah ya." Dwi mencibir. Tapi tak urung tangannya bergerak membersihkan lipstik yang menempel di kedua belah bibir Akbar.
"Aku keberatan kamu seenaknya begitu. Lain kali tolong liat-liat tempat Mas. Coba kalo tadi ada yang nggak sengaja lewat, terus liat kita lagi begitu, bisa kena grebek kita."
"Sorry." Yang ditegur malah cengar cengir tanpa merasa bersalah telah membuat berantakan riasan sang istri, juga wajahnya sendiri yang kini belepot oleh lipstik berwarna nude yang sebelumnya hanya dipakai oleh Dwi.
"Aku cuma punya sisa cuti tiga hari Wi, kamu nggak papa kan kita liburan sesingkat itu?"
Inginnya sih, menghabiskan waktu sebanyak-banyaknya dengan sang istri, namun mau bagaimana lagi, kewajibannya sudah menanti. Akbar tidak mungkin lepas tanggung jawab demi keinginan pribadi kaan..Mobil berhenti di depan bangunan kedai bertuliskan Mi Ayam Donco yang terlihat sepi. Maklum, kedainya baru akan buka pukul sepuluh nanti, sedangkan kini baru setengah sepuluh. Jadilah suasana masih tampak sepi. Hanya beberapa sepeda motor milik karyawannya yang sudah terparkir mulus di pelataran bangunan bercat putih dengan aksen Oren di beberapa bagian.
"Nggak apa. Aku memang cuma pingin mingser (Pergi) sebentar aja." Sebelum keluar, Dwi kembali memastikan riasan wajahnya terutama bagian bibir yang sebelumnya acak-acakan, lalu sentuhan terakhir ia menyemprotkan parfum beraroma vanilla di pergelangan tangan, lengan, ketiak, punggung, lalu memutari jilbab yang ia kenakan.
Kegiatan itu tak luput dari penglihatan Akbar yang telah mematikan mesin mobil. Duduk termenung menatap aktivitas sang istri yang membuat jiwa posesifnya perlahan mengusai.
"Udah udah, nggak usah kaya orang mau mandi parfum begitu." Akbar merebut paksa botol parfum yang hendak Dwi semprotan kembali. "Nggak boleh pake wangi-wangi kebanyakan, kecuali pas berdua sama aku di kamar titik." Tuturnya.
Setelahnya, Akbar bergerak turun lebih dulu. Meninggalkan Dwi yang ternganga dengan yang dikatakan Akbar barusan.
"Astaga, dia kenapa lagi?!" Ia berdecak lirih, kepalanya menggeleng tak habis pikir. Gegas, Dwi membereskan isi tasnya dan menyusul Akbar yang ternyata masih menunggunya di luar. Banyak tanya menyeruak, bibir sudah terbuka hendak mengeluarkan serentetan kalimat menuntut penjelasan sang suami, tapi terpaksa ia kunci rapat-rapat karena tangannya sudah keburu ditarik mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Wedding Story
RomanceIni adalah kisah kedua sahabat kecil yang kini menjadi sepasang suami istri. Dari teman bermain menjadi teman seumur hidup. ... Baca selagi Ongoing! ... DISCLAIMER! Cerita rate dewasa. Bijak dalam memilih bacaan ya.