Chapter 4

2.4K 199 26
                                    

Zulfa akhirnya merasa lega setelah melihat Gus Imam akhirnya pergi menjauh dari toko, sekarang ia sudah tidak di buat gugup kembali.

" Ciee....." goda Halwa yang tiba-tiba muncul seketika membuat Zulfa terlonjak kaget sejak kapan Halwa ada disana.

Zulfa hanya bisa pasrah semuanya ia serahkan kepada sang maha kuasa, entah ia harus membuat alasan apalagi saat teman-temannya nanti memberikan berbagai pertanyaan.

" Cie yang tadi habis ketemu calon suami." ucap Halwa sambil mencubit kedua pipi Zulfa.

" Bukan Halwa." seru Zulfa.

" Kok kamu ngga cerita ke kita sih Fa, kalau kamu pernah di lamar Gus Imam." tanya Lulu yang penasaran.

" Emang sengaja aku ngga cerita ke kalian." jawab Zulfa.

" Tapi aku denger tadi, kamu nolak lamaran Gus Imam? kenapa Fa."

" Ngerasa ngga pantes aja buat bersanding dengan Gus Imam."

" Ngerasa ga pantas buat bersanding apa karena Gus Imam duda?"

" Kalau masalah duda punya anak sih ngga masalah, tapi merasa ngga pantes aja buat jadi istri seorang Gus."

" Bukannya kamu dulu selalu doa Allahummarzuqni Fataan mutadayyinan muta'alliman Jamiilan jiddan jiddan, giliran udah di kasih malah nolak." ucap Bilqis sambil duduk di sebalah Zulfa yang mencatat total belanjaan.

" Bukannya nolak, tapi ngerasa ngga sanggup aja." jawab Zulfa.

" Ngga sanggup kenapa? takut di ceramahin kalau ngelakuin kesalahan?" ucap Halwa.

" Dulu aku juga gitu, ngerasa ngga cocok buat nerima lamaran ustadz Malik sekaligus takut kalau keluarga aku ngga nerima ustadz Malik, kalian tau kan kalau aku pernah gagal beberapa dalam soal lamaran." jelas Bilqis sambil menatap ke tiga temannya.

" Iya tau." jawab mereka bertiga.

" Asalkan kalian tau ustadz Malik juga dulu pernah gagal lamaran, kita berdua punya masa lalu yang sama dulu."

" Gagal lamaran kenapa?" tanya Zulfa.

" Calonnya meninggal, padahal mereka sudah menentukan waktu buat lamaran."

" Iyakah? berarti berita gosip dulu bener dong." tutur Halwa.

" Hem, kita kan ngga tau skenario apa yang Allah buat. buktinya sekarang aku sama ustadz Malik di pertemukan dengan cara yang tidak di sangka-sangka."

" Bener tuh Zulfa, lagian semua orang itu punya masa lalu." ucap Lulu sambil mengusap lengan tangan Zulfa.

" Kalian tau kan kalau Gus Imam itu dulu pernah nikah dan istrinya itu anak pak kiyai, sedangkan aku."

" Lalu bagaimana dengan aku? ustadz malik anak dari seorang ustadz, cucu dari seorang kiyai sedangkan aku?"

" Tapi kan kamu dalam soal agama sudah di bilang pintar, cocok bersanding dengan ustadz Malik."

" Jadi sekarang kamu ngerasa insecure?"

" Hem, Gus Imam kan sering di undang hadir ke beberapa kajian acara begitu juga dengan istrinya dulu, yang sering di undang beberapa acara bahkan mereka berdua pernah hadir di acara yang sama."

" Kalau ternyata Gus Imam yang tertulis di lauhul Mahfudz gimana?"

" Ngga gimana-gimana."

" Nah kan, mau seberapa kamu menjauhnya, mau seribu kali kamu menolaknya kalau ternyata Gus Imam jodoh kamu dia bakalan tetap balik ke kamu."

" Iya sih, tapi aku kan begitu banyak kekurangan, kelemahannya, ngga seperti istri pertamanya yang begitu__."

" Tapi kenapa? lagian jodoh kita itu hatinya udah di setting sama Allah. akan ada suatu saat Allah mempertemukan kita dengan seseorang yang telah tertulis di lauhul Mahfudz, seseorang yang memang sudah ditakdirkan untuk kita." kata Lulu yang memotong ucapan Zulfa.

Mencintai Imam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang