Chapter 14

2K 143 14
                                    

•••

Malam harinya Zulfa membantu Umi Aisyah di dapur menyiapkan makan malam untuk buka puasa bersama, padahal Zulfa juga punya niat yang sama hari ini berpuasa namun karena di bilang curang oleh sang suami membuatnya membatalkannya.

Untuk menghormati suami yang sudah rela membatalkan puasanya demi mencicipi makanannya, begitu juga dengan Zulfa dirinya ia pun pasti akan rela membatalkan puasanya demi sang suami.

" Umi, Zulfa boleh nanya ngga?" tanya Zulfa dengan suara lembut merasa tidak enak dengan Umi Aisyah.

" Masyaallah boleh dong cah ayu, mau nanya apa?" jawab Umi Aisyah sambil memasukan sayur ke dalam panci.

" Umi boleh cerita ngga sedikit aja tentang ibunya Fara, yaitu alm istrinya mas Imam, Zulfa udah berusaha buat nanya, tapi mas Imam selalu mengalihkan pembicaraan." pinta Zulfa sambil memasang wajah khawatir takut di marahin ataupun di cuekin.

" Imam ngga pernah sedikitpun cerita sama kamu? tentang alm istrinya?"

" Ngga Umi, waktu Zulfa mau lihat fotonya aja ngga di bolehin. katanya takut cemburu."

" Yaudah kalau gitu Umi juga ngga mau."

" Ngga Umi tenang aja Zulfa ngga akan cemburu kok, cuman pengen tau aja sosok beliau itu seperti apa?"

" Yakin nih ngga cemburu? nanti pas selesai Umi cerita kamu cemburu terus terjadi perang api dalam rumah."

" Ngga Umi tenang aja, Zulfa ngga bakalan cemburu janji deh."

Umi Aisyah tersenyum lalu mengangguk setuju untuk menceritakan alm menantunya, kepada menantu barunya.

Walaupun ini bukan tugasnya untuk bercerita tentang masa lalu menantunya tapi jika Zulfa masak seperti ini mau gimana lagi.

Kini Zulfa fokus menatap mertuanya Umi Aisyah, untung saja semua makanan sudah selesai tinggal menyimpan di atas meja saja, jadi mereka bisa memulainya bercerita.

" Fara ditinggalkan Uminya sejak dia lahir, umi nya meninggal setelah melahirkan Fara ke dunia. jadi Fara belum merasakan kasih sayang sekaligus pelukan Umi nya. Umi berharap kamu dapat menjadi Umi yang baik buat Fara nak."

Untuk masalah ini Zulfa sebelumnya memang sudah tau, selain dari beberapa berita di pesantren ia juga tau dari Bilqis yang menceritakan semuanya masa lalunya.

Dan hal itu membuat Zulfa awalnya ragu untuk menerima lamaran dari Gus Imam, selain beda ilmu agama, beda kasta juga karena itu ia sadar diri dan menolaknya.

" Insyaallah Umi, maaf Umi kalau boleh tau Mas Imam kenal sama alm istrinya dimana?"

" Kalau pertanyaan itu biar Imam aja yang jawab, Umi ngga mau."

" Ayo dong Umi, boleh iya cerita dikit aja banyak juga boleh. lagian mas Imam belum pulang kok jadi Umi tenang aja."

Umi Asiyah lagi-lagi di buat tersenyum dengan tingkah Zulfa yang terus membujuknya, sifat Zulfa benar-benar mirip dengan anaknya Imam.

" Iya-iya, mereka berdua kenal sekaligus awal ketemu di acara yang sama waktu mereka ceramah."

" Masyaallah, setelah menikah mas Imam sama alm istrinya juga sering hadir di acara kajian yang sama kan Umi?"

" Iya cah ayu, mereka sering hadir di acara yang sama."

" Wah pasti beliau cantik banget iya umi, udah cantik ilmunya setara dengan Mas Imam pantes aja banyak di idolakan anak santri."

" Kedua menantu Umi sama-sama Ayu kok, sama-sama pinter masak, pinter beberes rumah, sama-sama perempuan juga, pinter ngeluluhin sekaligus bikin anak umi jatuh cinta. cuman beda satu hal aja kok."

Mencintai Imam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang