Chapter 5

2K 141 6
                                    

Zulfa baru saja sampai di depan rumahnya, ia langsung memarkirkan motor kesayangan di garasi rumahnya, setalah terparkir dengan benar barulah ia masuk kedalam rumahnya, tanpa harus mengetuk pintu terlebih dahulu.

Zulfa yang baru saja pulang langsung disambut hangat oleh bundanya, namun sang bunda menatap heran anaknya yang tiba-tiba saja pulang dengan kondisi menangis seperti itu mana ada sih orang tua yang tega melihat anaknya menangis.

" Assalamualaikum bund." ucap Zulfa seraya mencium punggung tangan uminya.

" Waalaikumussalam, kamu kenapa Zulfa? " tanya sang umi yang heran dengan sikap anaknya.

" Bunda." Panggil Zulfa.

" Zulfa kamu ngga papa kan?"

Sang Bunda mengajak Zulfa untuk masuk kedalam rumah, lalu ia menutup pintu rumahnya yang memang hari sudah malam.

" Zulfa sudah cerita semuanya ke mas Imam." lirih Zulfa sambil meneteskan air matanya, membuat uminya langsung memeluk tubuh Zulfa.

Zulfa pun menangis dipelukan sang Bunda, untung saja ia memiliki orang tua sebaik beliau yang selalu mendukung dirinya menasihati dirinya.

" Udah ngga usah menangis, sekarang kamu lebih baik mandi terus sholat agar hatimu tenang,"

" Tapi Bund, apakah Gus Imam akan marah kepada Zulfa?"

" Zulfa, nak Imam berhak menentukan keputusan, jika beliau setia mencintaimu berarti dia siap menerima semua kekurangan yang kamu miliki."

" Bund__."

" Zulfa jika memang nak Imam di takdirkan untuk menjadi imam kamu, mau seberapa kamu menjauhnya dan menolaknya kamu akan kembali bersama dengan dia."

" Tapi Zulfa merasa ngga pantas untuk bersanding dengan dengan Gus Imam."

" Lebih baik sekarang kamu sholat mintalah petunjuk sama Allah."

Zulfa bergegas pergi menuju kamar tidurnya untuk membersihkan dirinya karena sudah satu hari ia berada diluar rumah untuk mengurusi semua keperluan pesantren.

Zulfa selalu merasa dirinya tidak pantas bersanding dengan Gus Imam yang memang sangat jauh dengan dirinya, sedangkan dirinya hanya gadis biasa.

Gadis yang baru saja memulai awal hijrahnya, ia jauh dari kata Sholeha dan baik, ia baru memulai kehidupan untuk menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

Walaupun ia selalu berdua ingin memiliki suami yang spek Gus atau ngga ustad tapi rasanya jika di pikir-pikir lagi merasa tidak pantas karena cukup berbeda.

Dari segi ilmunya dan juga latar belakang keluarganya.

Disebuah ruangan kamar, yang berwarna putih dihiasi beberapa gambar foto-foto masa kecilnya ruangan kamar yang indah bersih dan sedarhana.

Terdapat seseorang gadis yang tengah selesai melaksanakan sholat ia gadis itu sedang berdoa seraya menangis.

" Ya Allah, yang maha pengasih lagi maha penyayang. seoarang lelaki datang menyatakan niat baiknya untuk meminang dan sejujurnya hati hamba condong kepadanya Ya Allah, laki-laki yang bernama Muhammad Imam Nadeem"

Zulfa menutup kedua matanya dengan pelan lalu turunlah air matanya saat mengatakan nama Gus Imam lelaki yang kemaren menyatakan niat baiknya kepada dirinya.

Apakah salah jika dirinya menolak lamaran dari Gus Imam? Dia selalu merasakan dirinya tidak pantas bersanding dengan Gus imam lelaki yang baik Sholeh sedangkan dirinya hanya perempuan biasa saja.

Setelah selesai sholat dan berdoa Zulfa langsung melanjutkannya dengan membaca ayat suci Al-Qur'an.


•••



Mencintai Imam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang