Chapter 15

699 52 10
                                    

Zulfa yang masih tinggal bersama mertuanya ia berusaha beradaptasi dengan keluarga Gus imam dan allhamdulilah nya tidak begitu susah untuk bisa langsung akrab.

Malam hari ini Zulfa membantu Umi Aisyah menyiapkan makanan hidangan untuk di letakan di atas meja, untuk makan malam bersama.

" Nanti sering-seringlah main ke sini, jangan sungkan buat main kesini anggap aja ini rumah kamu juga." ujar Umi Aisyah sambil tersenyum manis memberikan mangkok lauk makanan pada Zulfa untuk di letakan di atas meja.

" Iya Umi, kayanya Zulfa bakalan kangen sama suasana daerah ini deh nanti."

" Nah kan, nanti aja pulangnya biar besok Imam ajak kamu keliling kota ini."

" Kalau Zulfa ngikut apa kata mas Imam aja."

" Biar Umi aja yang ngomong, lagian kamu harus punya waktu berdua sama Imam, biar Fara bareng umi aja."

" Ngga usah Umi, biar Fara bareng Zulfa aja."

" Kamu masih butuh waktu berdua, udah selesai tinggal duduk aja biar ini umi yang bawa."

Zulfa menganggukkan kepalanya, lalu ia kembali ke meja makan untuk bersiap makan malam bersama sambil menunggu yang lainnya datang.

Tak menunggu lama sang suami datang dan langsung memeluk Fara yang sudah siap untuk makan malam dan di susul oleh ayah Gus Imam.

Suasana makan malam hari ini begitu ramai di tambah celetohan Fara yang terus aja berbicara menanyakan berbagai banyak hal, apa saja ia ceritakan.

" Kalian mau punya rencana punya anak berapa?" tanya Umi Asiyah, dan seketika membuat Zulfa telonjak kaget.

" Umi ini, mereka baru menikah beberapa hari udah di tanyain soal anak, Umi cuman bercanda ya Zulfa jangan di masukin ke hati." seru Kiyai Harif.

" Iya bi maaf, maaf ya Zulfa umi ga berniat nyuruh kamu buru-buru punya anak kok."

Zulfa tersenyum " Kalau Zulfa belum kepikiran umi, terserah mas imam aja mau nya berapa." jawab Zulfa.

" Jangan terserah mas dek, kan kamu yang mengandung dan melahirkan, kamu yang pengorbanannya gede." timpal Gus Imam.

Zulfa menoleh ke arah sang suami dan tersebut tipis.

" Mas ngga mau memaksa kamu, kamu sanggup nya gimana yang paling terpenting semuanya sehat-sehat aja." sambung Gus imam yang tidak mau kehilangan sang istri untuk kedua kalinya.

" Masyallah, ini baru anak lakik." kata Kiyai Harif.

" Bener kata Imam, umi seneng lihat kalian berdua di jaga keromantisannya sampai tua." sambung Umi Aisyah.

" Kamu mau langsung pulang nanti pagi? ngga mau disini dulu beberapa hari ajak Zulfa keliling kota dulu."

" Betul kata Abah, kamu aja Zulfa keliling kota naik motor biar makin romantis."

" Urusan Fara biar Abah sama umi yang urus."

" Tapi Imam dah ngomong sama Malik kalau besok insyaallah kita akan pulang." jawab Gus Imam.

" Umi sama Abah cuman ngasih solusi, kalau kamu mau langsung pulang yaudah ngga papa."

" Bah, mau krupuk dua minta tolong ambilin." pinta Fara yang membuat obrolan terhenti.

Dan semuanya langsung terfokus ke arah Fara yang begitu lahap makan malam, wajahnya begitu ceria walaupun hari seperti biasanya juga ceria.

Setelah selesai makan mereka tim perempuan langsung membereskan meja makan sedangkan tim laki-laki mereka juga ikut membantu namun setelah itu mereka kembali ke tugas mereka masing-masing.

Mencintai Imam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang