Akhirnya waktu istirahat tiba, Zulfa ia duduk di ranjang kasur ia menatap sekeliling kamar milik Gus Imam terlihat begitu rapih, di pojok tembok sana terdapat rak buku terlihat banyak buku-buku tebal yang mungkin jika dirinya membukanya seketika membuat kepalaku langsung memutar tujuh keliling.
Zulfa yang masih tidak menyangka dengan keadaan dan status barunya, di ruangan ini ia akan tidur dengan sosok pria yang sudah resmi menjadi suaminya.
Tokk... Tok.... Tok...
Lamunan Zulfa seketika langsung hilang, saat mendengar suara ketukan pintu dari luar karena hanya diri sendiri yang berada di kamar, sedangkan Gus Imam tengah ijin keluar sebentar.
" Iya bentar." jawab Zulfa yang bangkit dari duduknya.
" Boleh saya masuk?" ucap seseorang dari luar pintu kamar.
Deg,
Dram dumm drum..
Dum Dum.. tramm..
Mendengar suara nya yang tidak asing bagi Zulfa seketika membuat kembali gugup canggung malu di campur menjadi satu bagaikan es campur dan es cendol.
" Iya masuk aja Gus." jawab Zulfa yang masih setia berdiri tanpa duduk kembali.
Ceklek..
Pintu kamar terbuka terlihat Gus Imam yang datang dengan pakaian sarung dan baju Koko tak lupa peci yang melekat di kepalanya.
" Assalamualaikum." ucap Gus Imam dengan perlahan membuka pintu kamarnya.
" Waalaikumussalam, masuk aja Gus." kata Zulfa yang membolehkan Gus Imam untuk masuk ke kamar, apalagi ini kamar beliau.
" Katanya butuh mukenah, ngga bawa mukenah kan kesini?" tanya Gus Imam, yang berusaha untuk tidak gugup saat mengobrol dengan Zulfa.
" Iya Gus, Zulfa lupa bawa mukenah." jawab Zulfa sambil tersenyum manis, yang sama mencoba menghilangkan rasa gugup.
" Nih, pake mukenah ini aja." Gus Imam menyodorkan mukenah komplit dengan sajadahnya.
" Taro di atas meja aja Gus, Zulfa udah ambil air wudhu." pinta Zulfa pada Gus Imam.
Gus Imam mengangguk kepalanya lalu meletakkan mukenanya di atas meja " Taro disini iya."
" Makasih iya Gus buat mukenanya."
" Yaudah kalau gitu ___."
" Eh, mau kemana Gus?"
" Mau sholat di kamar sebelah."
" Emang ini kamar siapa? bukannya ini kamar Gus Imam kan?"
Gus Imam menggaruk tengkuk lehernya " Iya sih, tapi Zulfa mu sholat kan? takut ngga nyaman kalau ada saya disini."
Mereka berdua saling bertatapan satu sama lain melemparkan senyum canggung mereka, entah kenapa rasa canggung ini tidak hilang dengan cepat.
" Gus Imam udah sholat? atau mau sholat di mushola pesantren?"
" Belum, Zulfa mau sholat di mushola pesantren?"
" Ngga tau, kalau Gus gimana? Zulfa ngikut Gus Imam aja."
" Heh."
" Iya, Zulfa ngikut imam."
" Eeh."
" Maksud Zulfa gini, Zulfa ngikut imam zulfa. suami Zulfa gitu maaf Gus."
Gus Imam mengangguk, bisa-bisanya dirinya salah paham apa yang baru aja di katakan oleh Zulfa barusan.
" Kalau gitu mohon maaf, gimana kalau kita sholat bareng aja." ajak Gus Imam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Imam
Teen Fiction" Apa Gus Imam yakin memilih Zulfa? " " Apa kedatangan saya dengan membawa keluarga besar saya tidak terlihat yakin untuk meminang mu."