Chapter 17

10.1K 1.3K 153
                                    


🦋Happy Reading🦋





"Yang Mulia, saya ingin memberi laporan tentang kejadian iblis Mamon yang telah membunuh salah satu penduduk di daerah pasar Bastille 2 bulan yang lalu," terang Hayden kepada Regulus.

Regulus Etereo La Edenia. Nama yang tidak asing bagi masyarakat di kekaisaran, bahkan warga asing pun sudah mengetahui betapa berkuasanya orang ini.

Berambut hitam seperti malam, berwajah sangat tampan tanpa cela, dan bermata merah seperti batu ruby. Selain sempurna dalam hal fisik, Regulus juga mempimpin dalam hal kekuatan dan kekuasaan. Sebagai seorang putra mahkota, wajar bagi dia memiliki kekuasaan yang mutlak karena akan memimpin kekaisaran yang katanya hampir menguasai 1/4 wilayah di dunia ini. Karena hal itu juga Regulus harus bisa menjadi seseorang yang kuat untuk bisa mempertahankan kekaisaran sebesar ini.

Sempurna. Sangat sempurna sampai tidak bisa dibayangkan ada di dunia. Tetapi setiap manusia pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Begitu juga dengan Regulus. Meskipun dia digadang-gadang adalah orang terbaik di kekaisaran, tetapi laki-laki berusia 18 tahun ini memiliki kekurangan yang sangat fatal. Yaitu tidak memiliki rasa empati dan belas kasihan. Hatinya sejak dulu telah membeku layaknya musim dingin yang tak pernah mengenal hangatnya musim semi.

"Saya juga telah mencari informasi dari berbagai sumber tentang kejadian itu. Tetapi entah mengapa seolah-olah ada penghalang sehingga mengakibatkan barang bukti yang kita miliki tidak berguna," lanjut Hayden menyerahkan catatan informasi yang telah di rangkum.

"Menurutmu apakah kejadian ini ada campur tangan dari pihak Kuil Suci?" tanya Hayden dengan tatapan dingin.

"Hah? Jadi orang-orang dari Kuil sialan itu adalah dalang dari masalah ini?!" hardik Leonardo marah.

Sejak zaman bahula pun sudah bukan rahasia lagi bahwa pihak kekaisaran dan pihak kuil suci tidak pernah satu jalan. Kedua belah pihak ini selalu berusaha untuk saling mengalahkan meskipun dengan cara yang licik. Pencemaran nama baik, tuduhan palsu, ataupun percobaan pembunuhan dari pihak Kuil sudah menjadi makanan sehari-hari Regulus dan teman-temannya.

"Sebaiknya kita selidiki secara diam-diam. Yang pasti jangan sampai Paus Mikael dan antek-anteknya mengetahui hal ini,"

"Dan juga suruh Elio agar menyusup ke dalam Kuil Suci II di pulau Mederia. Agar kita mengetahui tujuan mereka sebenarnya," Perintah Regulus kepada Hayden dan Leonardo.

Dengan tetap tenang Regulus berjalan ke arah jendela yang mengarahkan ke halaman luas di kediaman utamanya. Hayden dan Leonardo menelan ludah gugup karena merasakan tekanan yang besar berasal dari Regulus. Pangeran Muda yang berhasil mengalahkan banyak musuh meskipun umur nya saat itu belum dewasa.

"Kalau seandainya mereka berusaha mengusik kekaisaran Edenia, ku pastikan akan memotong tubuh mereka dan membakarnya sampai tidak tersisa satu tulang pun," kata Regulus kejam tanpa rasa kasihan sedikitpun.

Saat itu Hayden dan Leonardo hanya mengangguk dan mematuhi setiap perintah Putra Mahkota tersebut. Karena mereka tahu, bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut Regulus pasti akan terjadi.

Di Lain Tempat
Kediaman Utama Duke Arshavin
Kamar Tidur Selena

"Mary, menurutmu apakah aku bisa sekuat Ayah dan kakak-kakak ku?" sudah kesekian kalinya Selena menanyakan pertanyaan yang sama kepada pelayan pribadinya itu.

Im Not Side CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang