[Edited]
Pagi itu hujan kembali turun membasahi bumi di ibu kota. Seorang gadis baru saja melenggang memasuki area gedung sekolah yang sepi. Pukul setengah enam pagi, memangnya siapa yang ingin bertandang ke sekolah di jam seperti jika bukan seorang penggila belajar?
Ia sibak jas hujan yang melekat di tubuhnya dan meletakkannya di lipatan tangannya seraya mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki koridor panjang menuju kelas.
Beberapa belok koridor ia lalui. Langit di luar masih gelap, sementara beberapa lampu belum sepenuhnya dinyalakan, sehingga membuat ruangan luas itu seketika terlihat temaram.
Kaki gadis itu terus melangkah, hingga tibalah ia di belokan koridor menuju kelasnya.
Namun, baru saja ia berhasil membelokkan badan, tanpa bisa ditahan lagi, jeritan langsung keluar dari mulutnya, memecah pagi dengan sebuah pemandangan mengerikan yang langsung membuatnya pingsan saat itu juga.
Pasalnya, di depan sana, sejauh lima meter di depan, terdapatlah sebuah tubuh yang tergantung di langit-langit koridor. Darah menetes dari kedua matanya yang kini berlumuran darah segar dan jatuh ke lantai keramik yang putih.
---
Pagi ini sekolah gempar akan penemuan seorang mayat dari murid kelas sebelas. Tali kuning sudah dipasang mengelilingi lokasi kejadian atau lebih tepatnya disebut TKP.
Sang gadis yang pertama kali menemukan kini sudah berada di dalam UKS. Shock jelas masih menghantuinya. Bagaimana dirinya melihat mayat mengerikan dengan kedua mata berdarah. Siapa manusia normal yang tidak shock melihatnya?
Dan yeah, bagaimana tidak gempar? Jelas saja ini kasus pembunuhan pertama yang terjadi di sekolah mereka. Sejak didirikannya sekolah ini, bahkan tidak pernah terjadi sesuatu kejadian aneh, seperti penampakan, apalagi kasus pembunuhan seperti sekarang!
Esther memasuki gerombolan yang mengelilingi area tkp hingga saat ini, di jam pelajaran yang seharusnya sedang berlangsung. Namun akibat penemuan mayat itu, para guru sibuk berkutat dengan banyak polisi serta para penyidik lainnya yang bertugas untuk memeriksa kejadian perkara yang terjadi di sekolah ini.
Kini tubuh Esther sudah berada di barisan paling depan.
Dengan sangat jelas, kedua bola matanya menangkap detik-detik ketika tubuh mayat itu mulai diturunkan dari atas oleh para petugas berwenang menggunakan tangga.
Cukup rumit, mengingat eternit sekolah yang tingginya hampir mencapai dua meter.
Tubuh itu jatuh, dan langsung disambut oleh petugas berwenang lainnya.
Tapi dari situ Esther dapat tahu siapa sosok dengan wajah berlumuran darah itu.
Yeah, siapa lagi jika bukan—
"Arkan!" jerit seorang gadis yang tiba-tiba saja menyerobot barisan di sebelah Esther. Bahkan punggung gadis itu tidak lolos dari tabrakan oleh gadis yang menyebut sosok mayat di depan dengan sebutan Arkan tersebut.
Gadis itu meraung hebat di samping tubuh Esther yang kini menatapnya dengan sorot tak terbaca. Entah itu bingung ataupun merasa aneh, tidak tahu.
Yeah, Arkan. Laki-laki itu bernama Arkan. Esther ingat, kemarin ia baru saja memuji laki-laki itu bahwa matanya indah. Tak disangka, keesokan harinya laki-laki itu benar-benar kehilangan nyawanya. Dan anehnya, luka yang melumuri wajah Arkan tampak berasal dari kedua bola matanya yang kini tampaknya sudah tidak kelihatan lagi karena tertimbun darah.
Tidak, Esther meralatnya.
Mata itu seperti... menghilang.
Yeah, matanya benar-benar menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Revelation
Mystery / Thriller[Mystery/Thriller x Fantasi-Teenfiction] Bertemu dengan sosok Wirya membuat dunia Esther seketika menghangat. Dimulai dari obrolan ringan yang tiba-tiba saja mengalir dengan mudah, tanpa sadar, Esther merasa nyaman di dekat Wirya. Faktanya. Laki-lak...