BAB 19 : Ingatlah Kehidupanmu Sebelumnya

34 33 14
                                    

[Edited]

Dan ya, pada akhirnya, setelah interogasi itu, seisi kelas resmi menganggap bahwa pembunuh Fitri adalah Leony. Tanpa bisa dicegah, berita menyebar begitu cepat sehingga kini seluruh penghuni sekolah juga ikut menggunjing Leony sebagai seorang pembunuh.

Padahal hal itu belum dipastikan. Tapi karena Leony memang sasaran empuk seisi kelas yang hobi sekali membully gadis itu, itu sebabnya rumor tidak benar itu dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut.

Dan kejadian itu tentu saja membuat gadis bernama lengkap Leony Arunika itu shock berat karena setiap hari ditekan oleh seisi kelas, sementara ia bukanlah pelakunya.

Dan di sinilah Leony. Berjalan di koridor dengan langkah sempoyongan. Sementara di tangannya terdapat botol minuman penyebab gadis itu sempoyongan seperti sekarang.

Pakaian ketat tampak membalut tubuhnya yang sedang. Sedangkan kolar hitam melilit lehernya sebagai penegas gaya berpakaiannya.

Leony terus menenggak minumannya. Sesekali ia bertumpu pada dinding ketika vertigo menguasaai sekelilingnya. Tapi ia tersenyum lebar seraya kembali melangkah.

Ini pelariannya. Setelah satu minggu penuh digunjing segala macam oleh seluruh penghuni. Di balik karakternya yang pendiam, tersimpan sebuah dunia kelam yang tidak siapa pun tahu. Ya, tidak siapa pun.

Leony tiba di depan sebuah pintu yang tertutup. Ia dorong pintu itu dan masuk ke dalam. Seorang laki-laki tampak sedang duduk di tepi kasur sembari menatapnya. Seakan sudah menanti kedatangannya di sana.

"Hei, Leony!" sapa laki-laki itu sembari berdiri. Ia rangkul pundak gadis itu seraya mengunci pintu rapat-rapat.

Keduanya sejenak terpaku dalam detik-detik yang absurd. Hingga tak lama, laki-laki itu meraba-raba punggung Leony, membuat gadis yang hampir seratus persen mabuk itu segera mendorongnya ke kasur.

Laki-laki itu terempas, membuat tubuhnya memantul-mantul di sana.

"Don't touch me," tandas Leony dengan suaranya yang terdengar parau. "Or I'll kill you."

Laki-laki itu tertawa.

"And I'll kill you back."

Leony terbahak-bahak setelah mendengar lelucon bernada sarkas tersebut.

"Oh, come on. Kamu nggak menyenangkan malam ini," rengek sang laki-laki sembari bangkit, memaksa Leony untuk melakukan sesuatu hal bersama dengannya.

"Lepas," berontak Leony. "Gosh...!"

"Ayolah... bukannya kamu mau melepas segala penderitaanmu di tempat ini? Come on, aku bakal bantu kamu buat melakukannya."

Leony memberontak hebat. Membuat tubuh laki-laki itu terdorong. Gadis itu pun tersenyum janggal.

"God will avenge that killer."

Layaknya menggumam, gadis itu berkata dengan sorot kelamnya.

Menyadari ia diperlakukan tidak terhormat oleh gadis itu, laki-laki itu pun mendorong tubuh Leony, sehingga membuat tubuh gadis itu lantas terhuyung beberapa langkah ke tengah ruangan.

"Kamu nggak tahu diri..." geram laki-laki itu.

Plak!

Tamparan mendarat di pipi kiri Leony. Lalu, plak! Lagi, kali ini tamparan panas itu berhasil mendarat di pipi kanan gadis itu.

Laki-laki itu dorong tubuh Leony beberapa kali dengan gerakan kasar sehingga punggung itu berhasil menyentuh dinding dengan keras.

"Sakit!" teriak Leony. Ia dorong tubuh laki-laki itu dengan keras. Tapi tenaganya yang kecil tidak memungkinkan membuat laki-laki itu bergeser dari tempatnya. Alhasil, laki-laki itu hanya tersentak di tempat.

The RevelationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang