[Edited]
"Iblis."
Crashh!
Wirya tersenyum manis. Ia putar-putar pisau itu dengan gerakan lambat hingga membuat sang lawan melotot tajam ke arahnya.
"Ib-lis."
Senyum Wirya semakin lebar. Sedangkan kedua matanya berubah merah.
"You know me, and I'll kill you."
Dan pisau itu pun tercabut, pria itu terjatuh, bersamaan dengan teriakan Esther yang menggelegar tanpa bisa dicegah.
"AAAAAAA!"
Wirya terengah-engah di antara pantulan cahaya lampu yang tepat sekali menyoroti figurnya dalam kegelapan.
Dan itu terjadi selama beberpa kian detik sebelum laki-laki itu membalikkan badannya ke arah Esther.
"Wirya—" Esther tercekat selama beberapa saat. Berusaha memproses apa yang terjadi padanya dan Wirya serta laki-laki psikopat itu sekarang.
"W-Wirya kenapa—
Esther mencoba merangsek maju, akan tetapi laki-laki itu segera mundur selangkah sembari mengangkat tangannya, mengisyaratkan tangannya untuk mengatakan isyarat agar gadis itu segera menghentikan langkahnya.
Esther menurut. Gadis itu segera menghentikan langkahnya. Melihat Wirya bergegas menarik ujung topinya seraya menghalangi wajahnya yang kini dipenuhi oleh darah.
"Kamu nggak perlu ngehampiri aku," ujar laki-laki itu, mengubah ekspresinya menjadi sendu. Menutup topengnya kembali setelah terbuka selama beberapa saat tadi. "Ya, aku bersandiwara," lanjut Wirya.
Esther tertegun sejenak. Sandiwara?
"Aku emang Wirya. Orang yang kamu kenal dua puluh tujuh tahun yang lalu."
Mendengar penuturan itu, lantas membuat gadis itu seketika terperangah di tempat. Apa?
"Aku terlahir kembali. Karena Tuhan baik, Dia melakukan ini."
Esther masih dalam mode terperangah. Tak ada satu pun kata yang berhasil lolos dari bibir Esther. Ia benar-benar tidak bisa berkata apa pun sekarang!
"Wirya..."
"Iya, ini aku."
Esther melangkah. Namun Wirya kembali mengangkat tangannya lalu berseru, "Nggak!" Membuat gadis itu kembali terhenti. "Aku bukan orang yang kamu kenal lagi. Kamu paham? Aku seorang pembunuh."
"Maaf, Wirya, maaf..." lirih Esther.
"Mmm."
Esther perlahan mendekat. Sementara Wirya masih pada tempatnya, tidak berpindah barang seinci pun.
Dan dalam detik-detik itu, Esther segera mempercepat langkahnya seraya menghambur ke dalam dekapan tubuh laki-laki itu.
Mendekapnya erat-erat. Tangisnya pecah saat itu juga, tanpa ada siapa pun yang bisa menghentikannya.
Esther sudah menduganya. Aura Wirya yang ia kenal dua puluh tujuh tahun benar-benar melekat di tubuh itu.
Pantas saja waktu itu Esther melihat respon Wirya biasa saja. Tampak tidak terkejut sama sekali dengan respon Esther tentang dirinya. Dan ternyata... ternyata itu memang Wirya.
"Aku nggak takut," tutur Esther dengan suara lirihnya.
"Kamu percaya? Bukankah omongan aku barusan terdengar kayak omong kosong?"
"Aku percaya."
"Kenapa kamu percaya?"
Esther sejenak terdiam. Sedetik setelahnya, ia pun menjawab, "Aku bisa kembali ke masa lalu. Lalu, Wirya yang terlahir kembali. Bukannya itu udah cukup membuktikan bahwa ini fantasi yang nyata?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Revelation
Mystery / Thriller[Mystery/Thriller x Fantasi-Teenfiction] Bertemu dengan sosok Wirya membuat dunia Esther seketika menghangat. Dimulai dari obrolan ringan yang tiba-tiba saja mengalir dengan mudah, tanpa sadar, Esther merasa nyaman di dekat Wirya. Faktanya. Laki-lak...