9. Perbedaan Opa dan Oma

3.1K 308 84
                                    

Halo, kembali dengan kisah Nizar dan Eliza nih.

Kalian apa kabar? saya harap semuanya baik-baik saja.

Nggak perlu lama-lama interaksinya, kalian langsung baca aja.

Jangan lupa vote+komen ya, kalau mau dipromosiin juga boleh.

Konfliknya akan sangat bahagia kawan.

****

Kalau opa baik pake banget, kalau oma jahat pake banget. Kalau opa punya hati, kalau oma punya penyakit hati- Eliza Sky Megantara.

-Valuable-

****

Eliza melihat sekeliling keluarganya mengambilkan nasi untuk para suami. Eliza menatap Nizar yang juga sedang menatapnya. Seolah Nizar tau isi pikiran Eliza pun mengangguk lalu berbisik.

"Kamu juga boleh melakukan seperti mereka," bisik Nizar dingin.

"Mau apa?"

"Apa pun saya suka." Eliza mengangguk. Eliza mulai mengisi piring Nizar dengan nasi, sayur dan ayam goreng sebagai lauk. Setelah mengambilkan milik Nizar, Eliza ingin mengambil untuk dirinya sendiri.

Eliza mengambil menu kesukaannya, yaitu capcay dan nasi goreng. Saat tepat pada Eliza, lauk yang tersisa hanya tinggal ayam dan udang. Eliza yang memang tidak terbiasa dan tidak bisa makan udang akhirnya berniat untuk mengambil ayam.

Saat Eliza ingin mengambil ayam itu, sang Oma terlebih dahulu mengambilnya dan diletakkan di piring Alena. Entah apa maksudnya, padahal sudah jelas di piring Alena terdapat lauk, sayur bahkan udang yang tadinya Alena ambil juga masih penuh.

"Cucu saya suka ini, kamu tidak usah," kata Denok ketus. Eliza tersenyum lalu mengangguk.

"Ah, iya. Eliza lupa, Eliza alergi ayam," respon Eliza. Eliza menunduk dan mulai memakan makanannya yang berisi nasi goreng dan capcay itu. Orang tua Eliza dan kakak Eliza yang ingin protes ditahan oleh sorot mata sang adek yang mengisyaratkan tidak perlu, Eliza kuat. Opa yang melihat tingkah sang istri menggeram kesal.

Alena menatap sang kakak dengan sorot mata bersalah. Alena seolah meminta maaf melalui sorot mata. Eliza mengangguk dan seolah menjawab. "Kakak okay, tenang saja. Makanlah."

Nizar meletakkan ayam gorengnya di piring Eliza. Eliza menggeleng menolak lalu mengembalikan ayam itu ke piring Nizar.

"Iza alergi protein, kak," ujar Eliza. Nizar berdecak kesal. Istrinya ini sudah pintar berbohong rupanya. Eliza yang merasa mendapatkan tatapan iba dari semua orang segera mendongak dan menghela napas panjang. Dengan senyum tulusnya, Eliza berkata.

"I'm okay. Kalian makan dulu, ya. Iza lupa kalau tugas Iza masih ada." Eliza segera pamit dan berjalan cepat menuju kamar. Nizar ikut pamit dan segera pergi dari sana. Asraf dan Irham juga ikut beranjak meninggalkan ruang makan tersebut untuk menyusul Eliza.

Sebelum pergi, Asraf sempat berkata yang membuat Denok diam seribu bahasa.

"Anda lebih tua, tapi pikiran anda seperti anak kecil. Alay, bodoh dan tidak berpendidikan. Saya malu mempunyai nenek seperti anda. Andai opa saya bisa menceraikan anda dan menikah dengan janda menawan di samping desa, saya akan menyetujui itu sekarang juga," ucap Asraf pedas lalu meninggalkan meja makan.

"Malu Oma, udah tua tapi nggak punya otak. Daripada hidup, mending mati aja," saut Irham lalu menyusul sang kakak. Juned dan Sri juga meninggalkan meja makan itu.

ValuableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang