10. Makan Indah Tanpa Denok

2.2K 247 70
                                    

Halo, kembali dengan kisah Nizar dan Eliza nih.

Kalian apa kabar? saya harap semuanya baik-baik saja.

Nggak perlu lama-lama interaksinya, kalian langsung baca aja.

Jangan lupa vote+komen ya, kalau mau dipromosiin juga boleh.

Konfliknya akan sangat bahagia kawan.

****

Aku mau ucapin benar-benar terima kasih buat kalian yang udah mampir dan meluangkan waktu buat baca cerita ini.

I'm really really happy, pokoknya terima kasih banyak semua...☺️✌️

****

Aku belum ada pandangan buat visual Nizar, Irham, temen kembar Nizar, Alena, Kanara sama Sava. 

Kira-kira menurut kalian, siapa yang cocok jadi visual mereka?

****

Kenapa orang dingin sekali ngomong bikin jantung ketar-ketir?-Eliza Sky Megantara.

-Valuable-

****

Setelah menahan malu karena ketahuan oleh Nizar dan Eliza, dua keluarga itu menghampiri mereka berdua dan duduk di tepi kolam. Eliza mengernyit. 

"Kalian semua kenapa jadi di sini? makannya udah selesai, ya?" tanya Eliza kepada mereka. 

"UK," jawab Nardi. Eliza mulai mengatur kesabarannya setelah mendengar jawaban dari sang opa. 

"Artinya apa, opa? uji kompetensi?" Nardi menggeleng bertanda bukan. 

"Udah kenyang," jelas Nardi. Eliza menghembuskan napas kesal lalu memutar bola matanya malas. 

"Padahal cuma dua kata pendek, tapi tetep aja disingkat," gerutu Eliza kesal. Bibirnya berkomat-kamit. 

Nardi yang mendengar gerutuan dari mulut Eliza menyentil dahi Eliza. 

"BN. Kan, opa suka," kata Nardi. 

"Itu apa lagi opa?" tanya Eliza.

"Bibirnya nakal," jawab Opa Nardi. Eliza hanya menganggukkan kepala untuk menyudahi. 

Saat Eliza sedang bermanja-manja dengan Asraf, Nizar tiba-tiba menarik tangan Eliza dan diletakkan di atas kepalanya seperti gerakan mengelus.

"Rambut saya dingin. Kamu usap berubah menjadi hangat," kata Nizar dengan wajah datar dan intonasi yang terdengar dingin. Eliza menarik alisnya kaget.

Kenapa dengan bapak Ketua MPK yang dingin ini? 

Eliza menggelengkan kepala lalu menuruti perintah Nizar meski dengan gerakan yang kaku. Berkali-kali Eliza tersenyum canggung kepada anggota keluarga yang melihatnya.

"Elah, Zar. Abang gue nih, cemburu lo?" tanya Irham terdengar sangat menjengkelkan. 

Nizar hanya menatap Irham sejenak lalu menonyor kepala Irham pelan.

"Kurang belajar Matematika," kata Nizar santai. Irham meneguk salivanya kasar. Eliza, Sava, Ara, Asraf dan kedua orangtua itu menahan tawanya. 

Ara dan Eliza tidak bisa lagi menahan tawanya. Tawa mereka meledak sampai mata Nizar dan Irham menuju pada mereka. Irham menatap mereka berdua tajam dan kesal.

ValuableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang