1. Keluarga Bapak Juned

3.6K 378 39
                                    

Halo, kembali dengan kisah Nizar dan Eliza nih. 

Kalian apa kabar? saya harap semuanya baik-baik saja.

Nggak perlu lama-lama interaksinya, kalian langsung baca aja. 

Jangan lupa vote+komen ya, kalau mau dipromosiin juga boleh

Konfliknya akan sangat bahagia kawan.

****

Kalau nggak aneh, bukan Pak Juned namanya--Eliza Sky Megantara.

****

Eliza mematung mendengar penuturan ayahnya. Baru saja usianya genap 17 tahun. Dan kini, dia harus menerima kabar kalau akan dijodohkan dengan anak temannya? Ini benar-benar seperti mendapat hadiah duren yang dilapisi emas menurut Eliza. Iya, menyakitkan, berduri tapi menyenangkan. 

Eliza memohon kepada ayahnya untuk membatalkan perjodohan tersebut. Tetapi ayah Eliza tidak mendengarkan dan tetap teguh dengan keputusannya.

"Ayah, Eliza mohon. Masa ayah mau sih Eliza nikah cepet-cepet," ronta Eliza. 

Ayah Eliza yang lebih sering dipanggil Juned itu hanya tersenyum seraya menepuk kepala anaknya.

"Kamu nurut aja, ya. Calon suami kamu sesuai kriteria. Ganteng kayak chaenwoo, terus kaya kayak Om Burhan. Itung-itung kamu dapet sugar dady kaya raya tapi ganteng," kata Juned, ayah Eliza. Eliza menepuk kepala capek.

"Ayah, plis. Iza lagi serius tau, ayah malah bercanda," rajuk Eliza. Juned terkekeh melihat tingkah anak perempuan yang satu ini. 

"Kan, ayah udah bilang. Iza tenang aja. Nanti, kalau ketemu kamu pasti klepek-klepek sendiri, kok. Percaya deh sama ayahmu yang ganteng ini," narsis Juned. Eliza memasang wajah ingin muntah. 

"Bunda, lihat tuh ayah. Narsis mulu, suka gangguin Iza juga," adu Eliza kepada sang ibunda yang lebih sering dipanggil Sri. 

Sri a.k.a bunda Eliza menatap tajam Juned membuat nyali Juned langsung menciut. 

"Udah bunda pelototin, tenang aja. Sekarang kamu tidur gih, udah malem, besok sekolah, kan?" Eliza mengangguk.

"Iya, bunda. Ya udah Iza ke atas dulu, assalamualaikum," pamit Eliza.

Mereka mengangguk. "Waalaikumsalam."

"Bunda, ayah nanti liburin aja jatahnya, buat hukuman udah gangguin Iza mulu," ledek Eliza. Wajah Juned berubah menjadi pucat pasi lalu menatap tajam Eliza. 

"Kak! ke kamar sekarang, atau mau ayah kirim ke Rumah Oma?" geram Juned.

Eliza tertawa puas dan segera lari ke dalam kamar. "Ampun ayah ahaahaha. Iza mau kabur aja," ucap Eliza tetap dengan tawanya.

Juned mendnegus kesal dan berbalik menatap Sri dengan pandangan haus dan memelas. 

"Bunda, jangan, ya," pinta Juned. Sri menahan tawa, sepertinya seru jika sedikit menggoda sang suami.

"Kayaknya, saran Iza bener juga," ujar Sri dengan gerakan seperti mempertimbangkan saran Eliza.

Juned memeluk sang istri sangat erat. Juned menciumi setiap inchi wajah Sri. Pasangan ini memang sudah lam, tetapi keromantisan mereka masih awet sampai sekarang.

"Ayang, maafin ayah, ya. Janji deh, besok nggak gangguin Iza lagi," rengek Juned memelas. 

Cukup sudah, Sri tidak bisa menahan tawanya lagi. 

"Ahahaha, plis wajah ayah lucu banget, ih," gemas Sri dengan tangan yang memegang wajah Juned dan mengempit pipi Juned sampai bibirnya seperti ikan balon.

"Nggak mungkin bunda liburin, lah. Bunda juga nggak kuat kali," kata bunda sedikit berbisik malu.

Juned tersenyum lalu memeluk istrinya erat.

"Aaaaaa, istri aku ini paling pengertian sama ayah," ucap Juned yang kelewat senang.

Kedua kakak laki-laki Eliza dan adek perempuan Eliza menutup matanya saat meewati ruang tamu dan melihat adegan semi dewasa tersebut.

"Kak Irham, Lena nggak lihat adegan dewasa, kan?" tanya adek Eliza yang biasa dipanggil Alena atau Lena. 

Irham, kakak kedua Eliza menggeleng dan menjawab pertanyaan Lena gagu. "E-engga kok. k-kita l-langsung ke kamar Iza aja," kata Irham. Lena mengangguk patuh dan mengikuti langkah kakaknya kaku.

Asraf, kakak pertama Eliza hanya diam saja dan mengikuti langkah kedua adeknya tanpa memberi respon. Eliza melihat adegan semi dewasa orang tuanya dari kamar menepuk keras jidatnya dan menghela napas malas.

"Bunda, ayah, kalau mau bahas ibadah jangan di ruang tamu. Tuh, lihat. Kakak sama adek jalan jadi gagu, pasti salting lihat kalian," teriak Eliza. 

Irham menggaplok kepala Eliza kesal. "Woy, Iza. Jangan diomongin, gue udah diem-diem melewati pasutri random kayak mereka nahan malu, lo lemes banget, sih!" kesal Irham.

"Heh, jamal! udah untung Iza omongin biar mereka di kamar aja bahas ibadahnya. Nggak usah nyolot lo, kak."

"Siapa yang nyolot, sih! gue cuma kesel aja tau."

"DIEM!" Semua yang ada di sana langsung menutup mulutnya dan bergidik ngeri mendengar teriakan Asraf.

"Nggak usah berantem, bisa?! ayah bunda juga, ke kamar aja. Banyak yang belum nikah jadi pengen," perintah Asraf. Mereka semua mengangguk patuh seperti anak ayam yang diperintah ibunya. Asraf ini sangat galak, kejam dan dingin. Orang yang ada di rumah ini pasti langsung menuruti perintah yang keluar dari mulut Asraf. Karena yang keluar dari mulut Asraf selalu ada benarnya.

Asraf yang melihat wajah-wajah penurut keluarganya tertawa cukup keras.

"Ahahahaha plis, kalian kenapa nurut aja kayak bebek?" tanya Asraf dengan tawa yang tidak bisa berhenti.

Irham menggaplok kepala Asraf.

"Lo galak bang, kita takut," ucap Irham mewakili. Mereka semua mengangguk serentak.

"Aahahha plis, udah. Sekarang kalian tidur aja, ayah sama bunda kalau mau ibadah langsung tancep gas aja," final Asraf.

"Nggak jadi main di kamar Iza bang?" tanya Lena.

"Enggak. Sekarang semua masuk kamar."

Mereka bergegas memasuki kamar masing-masing. Eliza dan Lena yang kamarnya bersampingan itu berniat untuk mengambil cemilan di dapur supaya bisa transfer makanan waktu tengah malam.

Di lain sisi, Juned dan Sri sudah siap dengan peralatan ibadah mereka. Sri dengan baju dinas dan Juned dengan dada bidang yang siap menghangatkan sang istri. Sri menhampiri Juned yang telah siap di sana.

"Sudah siap sayang?" Sri mengangguk. Juned tersenyum penuh arti.

"Kita mulai malam ini, kalau ada hasil berarti rezeki," ucap Juned.

Sri menggeplak tangan sang suami.

"3 aja cukup, kita ibadah yang tidak menghasilkan saja," kata Sri.

"Terserah kamu, yang penting ibadahnya sama kamu pasti puas." 

Setelah percakapan itu, mereka melakukan ibadah yang selayaknya suami istri lakukan. Mereka tidak lupa membaca doa supaya tidak ada campur tangan setan nakal. 

****

Geli banget nulis adegan ini ahahahha. Tapi, nggak papa. Tungguin terus update-an cerita ini.  Boleh mampir di ig: angkasa_merindu

*****

ValuableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang