Bagaimana??

336 51 30
                                    

Mencoba bertahan hidup di bumi.
~


























































Esther masih lelap dengan tidurnya.

Sedangkan Cio kini sudah di sofa ruang tamu rumah Shani.

"Jangan jadi perempuan yang tega sayang, sampe kamu biarin dia hujan-hujanan kaya gini" ucap ibu Shani sambil merangkul pundak Shani.

Dua wanita itu hanya berdiri melihat Cio yang tak sadarkan diri, karena terlalu lama kehujanan.

Pakaian yang dia kenakan sudah mulai mengering, Shani maupun ibunya tidak bisa lancang mengganti pakaian pria lain di rumah mereka.

"Badannya panas sekarang" ibu Shani mengecek suhu tubuh Cio.

Jujur dari dalam lubuk hati Shani, dia khawatir dengan keadaan Cio, tapi lagi-lagi posts pikiran Shani di penuhi ketika Cio dengan membentak Shani, Shani tidak bisa di perlakukan seperti itu karena dia memiliki hati yang begitu lembut, dia selalu mengingatkan kesalahan orang lain dengan cara yang lembut.

Shani segera pergi ke dapur, mengambil baskom dan handuk kecil untuk mengompres Cio.

Dia tetap berbaik hati walau hatinya sedikit terluka.

"Engh..."

"Ini sudah malam dan ka Cio masih belum kembali, apa jangan-jangan dia masih kehujanan di depan rumah ka shani?" Esther bangun dari tidurnya.

Esther segera melakukan hal yang biasa dia lakukan saat ingin tau apa yang di lakukan orang lain di tempat yang berbeda.

Esther melihat Cio terbaring dengan mata tertutup.

Ka Shani setia di sampingnya dan entah apa yang di lakukan ka Shani dengan kain di dahi ka Cio.

Esther di buat bingung dengan apa yang di lakukan ka Shani.

Esther menghentikan kegiatannya mencari tau ka Cio.

'jika seperti ini caranya, ka Cio tidak akan kembali dengan cepat, sempat dia baik-baik saja' batin Esther.

"Aduuh... Perutku lapar" Esther segera keluar dari kamar dan mencari sesuatu di tempat ini yang bisa di makan.

Dia melihat tanaman hijau di balkon, itu milik ka Shani.

"Pohon hijau itu enak tidak ya?, Apa itu bisa di makan?" Esther bertanya pada dirinya sendiri.

Tapi beberapa detik kemudian Esther menggeleng.

'nanti ka Shani marah kalo sampai pohon hijau itu aku makan' batin Esther.

Lalu Esther pergi ke dapur.

"Bagaimana cara membuka pintu-pintu kecil itu, apa caranya sama dengan membuka pintu kamar, dan pintu kamar mandi?"

Esther memegang dagunya sendiri sambil berfikir.

Dia memandang pintu-pintu lemari di dapur Cio.

Sampai pandangannya jatuh pada benda persegi yang cukup besar seperti sebuah pintu untuk masuk ke dalam sebuah kamar.

Bocil From Planet Neptun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang