Be a smart readers, and don't be silent readers!!
Happy reading♡🌸🌸🌸
Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung keluar kelas dan buru-buru menghampiri kelas temanku. Letak kelasnya tak jauh dari kelasku. Kelas kami bersebelahan.
Tujuanku ke kelasnya selain mengajak istirahat, ada maksud lain. Aku ingin tahu rupa dari seorang laki-laki yang memeriksa kertas ulanganku beberapa hari lalu.
Kemarin sore, aku sempat berbicara kepada temanku yang sekelas dengannya. Aku berkata bahwa orang yang mengoreksi kertas ulanganku ada di kelasnya, aku juga mengatakan bahwa tulisannya bagus dan menyebutkan namanya. Begitu tahu dia langsung antusias, dan bilang akan memberitahuku saat masuk sekolah. Dan aku kesini untuk meminta dia menepati janjinya.
"Ersya!" Panggilku ketika mataku tak sengaja melihat eksistensinya yang sedang bercanda dengan teman sekelasnya.
Dia menoleh, kemudian menghampiriku tanpa memperdulikan teman sekelasnya.
"Yang mana orangnya?" Tanyaku langsung. Pandanganku tidak terarah padanya, aku justru memiringkan kepala untuk melihat keadaan kelasnya yang sedang ramai. Iya, ramai orang yang sedang bermain dan bercanda.
"Bentar," setelah mengatakan itu, Esrya langsung menengok kedalam kelasnya. Sepertinya dia sedang mencari orang yang aku maksud.
"Tuh, dia orangnya," Ersya sedikit berbisik padaku, tangannya menunjuk seseorang yang tak jauh dari tempat kami.
Ada beberapa laki-laki disana, dan aku tak tahu yang mana yang dia maksud.
"Yang mana? Itu cowok banyak tau," tanyaku kembali.
"Itu tuh yang lagi main selepetan," dia menunjuk kembali orangnya.
Dan ya, aku tahu sekarang. Dia memang sedang bermain selepetan dasi bersama temannya. Aku tak tahu siapa, aku memang tak begitu mengenal nama-nama penghuni kelas ini. Hanya beberapa saja yang kutahu.
"Lumayan lah," celetukku. Begitu melihatnya aku tak bisa untuk tak tersenyum. Entahlah rasanya aku senang bisa bertemu dengan dia, bukan bertemu sih. Lebih ke mengenal orangnya.
"Tapi masih gantengan Fasya," lanjutku.
Jujur saja aku memang senang, tapi aku tak lupa dengan seorang laki-laki yang sudah membuatku jatuh untuk pertama kalinya. Dan laki-laki itu sekelas denganku.
"Eh siapa namanya? Gue lupa," entah kenapa aku mendadak lupa seperti ini. Padahal kemarin, aku sangat hafal dengan namanya.
"Rezvan Ali Pahlevi," jawab Ersya.
Aku menganggukkan kepalaku. Oke, aku akan mengingat namanya. Rezvan, semoga kita bisa berteman nanti!
"Rezvan!"
Sontak mataku membola. Apa-apaan Ersya ini? Kenapa malah memanggilnya?
"Apa?" Yang dipanggil menyahut degan sedikit berteriak dari dalam.
"Kenapa dipanggil sih, Er?" Bisikku pada Ersya. Sumpah, aku kesal dengannya.
Laki-laki yang bernama Rezvan itu berjalan menghampiri kami, dia berhenti dengan jarak sekitar satu meter.
"Kenapa, Er?" Tanyanya kepada Ersya.
Aku hanya bisa berharap, Ersya tidak menceritakan yang sebenarnya. Semoga saja temanku ini tidak berbuat macam-macam.
Ersya melirikku sebentar, kemudian dia menggeleng kepada Rezvan.
"Enggak, manggil doang," aku menghela nafas lega mendengar jawaban Ersya. Berbeda dengan orang di hadapanku dia malah mendelik kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Teen Fiction⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...