Note:
Bab pertama kemarin pake POV-nya orang pertama alias Aletta sendiri. Nah, untuk sekarang dan kedepannya bakal pake POV orang ketiga alias dari sudut pandang penulis.So, selamat membaca❤️
🌸🌸🌸
Beberapa bulan setelah pertemuan awalnya dengan Rezvan hari itu, Aletta tak pernah bertemu dengannya lagi. Mungkin kalau dari Rezvan sendiri karena dia tidak mengenal Aletta, tapi untuk Aletta walaupun dia sudah tahu bagaimana rupa Rezvan, jujur setelah pertemuan itu ia belum pernah melihat Rezvan kembali. Dengar dari Ersya sih, Rezvan anaknya memang suka berdiam diri di kelas, jarang keluar.
Sampai akhirnya hari ini, dimana siswa-siswi di SMA Angkasa akan memulai tahun ajaran baru.
Aletta berlari di koridor kelas 11 mencari namanya di deretan kertas nama yang terpampang di pintu kelas. Gadis itu sudah mengecek di kelas IPA 1 dan 2, tapi tak ada namanya dalam kertas tersebut. Kali ini dia berdiri di depan kelas 12 IPA 3, kelas ini terlihat sepi walaupun ada beberapa orang yang mengecek nama mereka masing-masing.
Langsung saja Aletta membaca nama-nama yang ada disana, sampai di absen nomor 4 dengan jelas namanya tertulis disana. Tiga kata dengan huruf kapital semua, ALETTA CECILIA KIERAN. Pencarian Aletta belum sampai sini, dia masih mencari nama lain yang ada disana. Dia berharap salah satu temannya ada di kelas tersebut.
Senyumnya langsung merekah begitu melihat nama salah satu teman yang dulu sekelas dengannya, Mahira Litubayu.
"Gue kira cuma gue doang yang masuk kelas ini," gumam Aletta pelan.
Gadis itu hendak berbalik, tapi matanya tak sengaja menangkap sebuah nama yang sangat familiar. Nama yang tak pernah dijumpainya lagi setelah pertemuan pertamanya. Sebuah nama yang entah kenapa membuat hatinya senang. Senang karena sekelas dengannya. Bibir gadis itu bahkan melengkung dengan sempurna, menggambarkan bagaimana bahagianya dia saat ini.
Aletta merasa aneh dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa sesenang itu sekelas dengan seorang Rezvan Ali Pahlevi. Perasaannya kepada Fasya padahal belum berubah, gadis itu masih mencintai sosok jangkung dengan bibir tipis dan mempunyai kulit seputih susu tersebut. Ah, entahlah. Aletta tidak mengerti.
Oh iya mengenai Fasya, Aletta tidak sekelas lagi dengannya. Fasya masuk ke kelas 11 Ipa 1, sebagian besar kelas 10 Ipa 2 masuk kedalam kelas itu. Melian juga ada disana.
"Al," tepukan di pundaknya menyadarkan Aletta, gadis itu menoleh ke samping dan mendapati Mahira yang tersenyum kepadanya.
"Lo di kelas ini juga?" Tanya Mahira yang langsung dianggukki oleh Aletta.
"Lo juga di kelas ini kok, Ra. Duduk bareng gue ya?" Pinta Aletta kepada Mahira. Hanya Mahira yang dekat dengannya, jadi Aletta harus sekali duduk dengan gadis itu.
"Iya, enak gue duduk sama lo," jawaban Mahira membuat Aletta menaikkan alisnya bingung.
"Kenapa emangnya?" Tanya Aletta.
"Iyalah, lo kan pinter," setelah mengatakan itu Mahira tertawa, Aletta juga. Aletta tahu Mahira hanya bercanda, tidak berniat serius.
Lagipula Aletta dan Mahira sudah berteman dan akrab semenjak mereka kelas 10, jadi ia sudah tahu bagaimana karakter seorang Mahira.
"Yaudah yuk masuk," ajak Mahira setelah menghentikan tawanya.
Aletta mengangguk, mereka langsung memasukki kelas dan duduk di baris kedua dari pintu dan di jajaran kedua juga. Tidak terlalu depan dan tidak terlalu belakang juga. Setidaknya tidak di depan banget. Yang isi bagian belakang juga biasanya cowok-cowok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Fiksi Remaja⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...