Be a smart readers, and don't be silent readers.
Happy reading!!🌸🌸🌸
Sudah tiga hari sejak kejadian di warung teh Nendah itu, dan tiga hari itu pula Aletta menghindar dari seorang Rezvan. Padahal Aletta tidak berhak untuk melakukan itu, karena alasannya saja tidak jelas. Aletta hanya tidak suka dengan perkataannya Rezvan tiga hari lalu.
Mungkin memang karena saat itu Aletta sedang ada di mood buruknya, makanya perasaan Aletta jadi sensitif. Sampai berhari-hari lagi sensitifnya.
Namun, di hari keempat ini Aletta berniat ingin memperbaiki hubungannya dengan Rezvan kembali. Hanya saja, Dewi Fortuna sedang tidak berpihak kepada Aletta.
Gadis itu sedang sakit gigi gara-gara memakan permen pemberian anak dari kakak sepupunya tadi malam. Permennya itu permen yang dari dulu Aletta sukai, rasanya manis dan ada rasa asamnya, makanya Aletta tergiur waktu ditawari permen itu. Naasnya dalam sekali gigitan, gigi Aletta langsung berdenyut sakit saat itu juga.
Sekarang, Aletta sedang berada di dalam kelasnya. Istirahat pertama sedang berlangsung.
Kalau kalian bertanya Aletta sudah istirahat ke kantin atau belum? Maka jawabannya adalah belum. Memang saat sedang sakit gigi seperti ini, Aletta suka malas kemana-mana.
Sebenarnya Bunda Aletta sudah menyuruh Aletta untuk diam di rumah saja. Tapi, Aletta tuh keras kepala. Selama kakinya masih sanggup untuk berjalan, matanya masih bisa melihat dengan normal, telinganya bisa mendengar dengan baik, tangannya masih bisa dipakai untuk menulis, kepalanya- ah, sudah kalau dilanjut tidak akan ada habisnya. Intinya kalau Aletta masih merasa sehat, maka Aletta akan tetap masuk sekolah. Ketinggalan pelajaran adalah hal yang paling tidak mau Aletta lakukan.
Tapi Aletta tidak tahu kalau selama di sekolah giginya akan berdenyut sakit seperti ini. Semalam dia sudah minum obat, dan tadi pagi dia lupa untuk meminumnya kembali. Mau minta ke uks, tapi Aletta malas jalan. Akankah ada Malaikat tak bersayap yang mau membantu Aletta?
Aletta menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangan yang dia taruh diatas meja. Ini lebih sakit daripada perkataannya Rezvan tiga hari lalu!
"Al, lo kenapa?" Ini dia, Malaikat tak bersayapnya Aletta! Alias Rezvan.
Aletta mendongak, menatap Rezvan dengan tatapan sendu. Oh tidak, matanya sedikit berair. Sedari tadi dia menahan sakit yang teramat di giginya.
"E-eh, kenapa? Kok malah mau nangis?" Rezvan sedikit terkejut ketika melihat raut wajah Aletta.
"Gue boleh minta tolong nggak?" Tanya Aletta dengan sedikit berharap. Tapi Rezvan baik, pasti dia mau membantu Aletta.
"Kenapa? Lo mau minta tolong apa, hm?" Rezvan sedikit menundukkan kepalanya, nada bicaranya sangat lembut. Dan sialnya jantung Aletta langsung berdegup kencang.
Oke, jangan pedulikan jantung Aletta. Mari pedulikan sakit di giginya terlebih dahulu!
"Bisa tolong pintain obat sakit gigi nggak ke uks? Sekalian beliin air mineral di warung teh Nendah," Aletta meminta dengan nada lirih, dia sedang berusaha mati-matian untuk menahan perih yang kenbali datang.
Rezvan tersenyum, kemudian mengangguk, "Tunggu sebentar ya? Lo tiduran lagi aja kayak tadi," kata Rezvan.
Setelah mendapat anggukkan dari Aletta, Rezvan berlalu dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Teen Fiction⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...