huit || Permintaan Maaf.

16 3 0
                                    

Don't be silent readers, and be a smart readers!!
Happy reading~
Jangan ghoib ya, hehe.

🌸🌸🌸

Kata maaf darinya memang terdengar sederhana,
Tapi mampu membuat hatiku berbunga-bunga.

—Aletta.

🌸🌸🌸

Dua hari telah berlalu sejak insiden Aletta dimarahi bu Inggit dan berakhir menangis di uks.

Aletta cukup beruntung karena bu Kartika tidak melaporkan hal tersebut kepada Bundanya. Kalau kabar itu sampai ke telinga Bundanya, mungkin hari ini Aletta masih perang dingin dengan sang Bunda.

Tapi, Aletta juga sedikit merasa aneh. Pasalnya, kemarin bu Inggit malah meminta maaf kepadanya, katanya terlalu kasar memarahi Aletta waktu itu. Padahal kesalahan Aletta masih bisa dimaklumi.

Aletta heran aja, karena itu bukan bu Inggit banget. Cuman, Aletta mencoba biasa saja dan menerima maaf bu Inggit saat itu.

Sudahlah, masalah itu lupakan saja.

Saat ini jam pelajaran terakhir di kelas Aletta sedang berlangsung. Keadaan kelas cukup ramai karena sedang jam kosong.

Entah sudah yang keberapa kalinya kelas Aletta kedapatan jam kosong. Walaupun begitu, tetap saja tugas selalu ngalir.

Tapi anak-anak kelas tidak pernah mengumpulkannya hari itu juga, walaupun perintah guru piket mengatakan kalau hari itu mereka harus mengumpulkannya. Aletta? Ya ikut yang lain lah, masa dia sendiri yang ngumpulin. Kecuali kalau Aletta nya lagi ambis.

Berhubung tugasnya sudah beres, Aletta bisa leha-leha dengan menelungkupkan kepalanya diatas meja. Matanya perlahan memejam, niatnya ingin tidur sampai bel pulang dibunyikan.

Tapi hal itu urung dilakukan saat matanya menangkap sosok Rezvan yang tengah bermain dengan Rafa. 

Awalnya Aletta tak peduli, tapi dia tak tahu kalau Rezvan juga sempat meliriknya tadi. Sehingga kegiatannya itu tidak jadi dilanjutkan. 

"Ale," panggil Rezvan. 

Aletta menoleh, kepalanya yang sudah mendarat di meja dia angkat kembali, "Kenapa?" Tanyanya. 

"Daripada lo tidur disitu, mending sini deh," kata Rezvan menyuruh Aletta untuk menghampirinya.

Kerutan di dahi Aletta sempat tercipta, sampai akhirnya Aletta dengan malas menggerakkan kakinya ke arah Rezvan. Gadis itu duduk tepat di hadapan si lelaki. 

"Ngapain sih?" 

"Ikut gue main gunting, kertas, batu sama Rafa," katanya. 

Aletta melebarkan matanya, ini serius Rezvan mengajaknya bermain gunting kertas batu? Ya walaupun permainan ini tidak pandang usia, tapi tetap saja rasanya aneh jika sudah SMA seperti mereka tetap memainkan permainan seperti ini.

"Gue tau ini permainan anak kecil, tapi nggak ada salahnya kan kita mainin ini? Daripada bosen."

Aletta meringis menatap Rezvan, gadis itu tak menduga kalau Rezvan akan mengetahui isi pikirannya. 

Sebatas Sahabat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang