Be a smart readers, and don't be silent readers.
Happy reading!!🌸🌸🌸
Hari-hari telah berlalu, setiap detik yang kini berganti menit, dan menit yang sudah berganti jam. Waktu terus berputar dengan berbagai aktivitas yang harus dilalui.
Sudah dua bulan lebih Aletta sekolah dengan status kelas 11. Juga perasaan yang entah kenapa Aletta rasa sudah berbeda.
Kesehariannya yang selalu diisi oleh Rezvan seolah melupakan gadis itu dari Fasya yang selama ini dia cintai. Nama Fasya seolah kian memudar, dan berganti dengan sosok Rezvan. Mungkin.
Tapi untuk hal ini, Aletta selalu mengelak. Dia denial dengan perasaannya sendiri. Tak pernah mengaku entah pada siapapun kalau dirinya sebenarnya menyukai Rezvan. Aletta hanya belum tahu apa yang dirasakan oleh hatinya.
Lupakan soal perasaan Aletta.
Si gadis yang sedari tadi dibicarakan kini tengah duduk di bangku kelasnya, merumpi bersama Mahira, Rezvan, Rafa, dan Altaff.
"Nggak kerasa ya, dua minggu lagi udah pts aja," celetuk Altaff yang sedang duduk di meja depan Rezvan. Meja ya bukan bangku. Anak itu memang senang sekali duduk di Meja, mentang-mentang tubuhnya tinggi.
"Bener, Taf. Perasaan baru kemarin gue nginjek kelas 11," sahut Mahira yang sempat menganggukkan kepalanya.
Tadi tuh, Altaff mengajak Rezvan keluar entah kemana. Terus nggak lama balik lagi, dan jadilah mereka ngerumpi begini. Pembahasannya juga tadi bukan ini.
"Kaget gue pas bu Inggit ngumumin pts dua minggu lagi," kata Rafa yang berada di pojok kiri Rezvan.
"Mana kudu lunas spp bulan ini sama tunggakkan lagi, nggak lunas ya nggak dikasih kartu pts," Altaff menyahut lagi.
"Iya anj-," Aletta hendak menyahuti perkataannya Altaff, tapi teringat kalau perkataannya dilanjutkan bisa saja orang di sebelahnya marah. Lebih baik di ralat, daripada hal itu terjadi.
"Kartu pts sekarang ada harganya," lanjut Aletta. Sebenarnya gadis itu menambah kata umpatan di belakangnya, tapi lagi-lagi tidak jadi karena ada Rezvan.
Melihat Aletta yang sepertinya tertekan, Mahira, Altaff, dan Rafa sontak tertawa. Altaff si yang paling kencang.
"Kasian banget lo nggak bisa pake kata kasar," ledek Altaff yang masih tertawa.
Mereka sudah tahu kalau Rezvan sering melarang Aletta untuk tidak berkata kasar, bahkan laki-laki itu tak segan memukul pelan mulut Aletta jika gadis itu kedapatan mengumpat. Bukan hanya mereka, satu kelas sepertinya sudah tahu.
"Hahaha, iya anjir," timpal Mahira. Gadis itu juga ikut tertawa gara-gara Altaff.
"Lo tuh, Van. Nggak usah gitu banget sama Aletta, terkekang tu anak," kata Rafa, sedikit menasihati. Merasa kasihan juga kepada Aletta.
Sedangkan oknum yang menjadi objek tertawa mereka hanya diam saja, luarnya. Dalam hati sibuk misuh-misuh sama mereka, Rezvan juga.
Memang si sejak ada Rezvan dia jarang menggunakan kata-kata kasar, kalau di sekolah. Di luar sekolah mah masih sering.
"Yang gue lakuin tuh bener, bukan ngekang dia," balas Rezvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Sahabat ✔️
Genç Kurgu⚠️Plagiat dilarang mendekat⚠️ Jadi siapa yang salah? Aletta yang terlalu berharap akan sosok Rezvan, Rezvan yang terlalu menaruh perhatian lebih kepada Aletta, atau semesta yang tak berpihak kepada mereka berdua? Sehingga kata 'sebatas sahabat' leb...